Analisis pengembangan sains keperawatan dan hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan



BAB  1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Ilmu keperawatan adalah rangkaian teori dan praktek yang bertujuan dalam peningkatan kualitas pelayanan pada klien. Mendalami ilmu dan mempelajarinya berarti membekali diri dalam rangka memperkaya khasanah keilmuan tentang keperawatan, sehingga bisa dianalisis,dibuktikan dan dikembangkan dengan parameter dalam ilmu kesehatan secara khusus (ilmu keperawatan). Integritas seorang perawat memerlukan usaha dan pengorbanan yaitu dengan cara mempelajari ilmu keperawatan dan mempraktekkannya.

Keperawatan dikatakan sebuah profesi karena semua semua karakteristik profesi semuanya ada dalam diri perawat, yaitu; (1) Body of knowledge (tubuh pengetahuan), (2) Penggunaan riset sebagai dasar pengembangan keperawatan, (3) Adanya pendidikan tinggi (Asmadi, 2008). Untuk memantapkan diri menjadi sebuah profesi yang kuat, maka perlu mengokohkan dasar keilmuan/sains, didukung oleh bangunan etika dan moral yang terstandar, dan dilingkupi oleh jaminan hukum yang pasti. Oleh karena itu , bangunan keilmuan sains keperawatan harus selalu dikembangkan.

Sains (science) adalah tubuh pengetahuan yang sistematis yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran tentang dunia. Tujuan adanya sains adalah mengamati, mengklarifikasi, dan menyelidiki hubungan yang memberikan pengertian tentang  fenomena. Pengetahuan yang mendalam terhadap suatu sains akan menciptakan suatu teori. Teori dapat diibaratkan seperti suatu bangunan,yang terdiri dari pondasi, tiang dan tembok termasuk didalamnya, serta atap. Bangunan teori mulai bersifat abstrak  (meta theory) sebagai dasar pengembangan sampai dengan teori empiris (practice theory) saling menguatkan (De Laune, Sue C., Ladner, K. Patricia, 2002). Teori akan didapat dari penelitian terhadap suatu ilmu yang dilakukan secara berulang-ulang. Perkembangan sains keperawatan didasari oleh falsafah dan paradigma keperawatan sebagai kerangka ilmu untuk meningkatkan pelayanan keperawatan secara holistik. Sains keperawatan memiliki falsafah berupa keyakinan dan kerangka berpikir secara sistematis dan ilmiah yang mendasari suatu gambaran yang berdasarkan pada realitas dan logika sehingga menjadi panduan perawat untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan secara profesional. Ilmu keperawatan juga memiliki paradigma keperawatan sebagai kerangka ilmu untuk berfokus pada pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan, sehat, dan keperawatan.

Pelayanan keperawatan profesional merupakan area yang dapat memunculkan berbagai perkembangan ilmu dan teori keperawatan. Hal ini didukung dengan perkembangan sains keperawatan yang diintegrasikan dalam pendidikan, pelayanan/ praktik, dan riset keperawatan. Ketiga hal tersebut memiliki peran masing-masing untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang lebih baik dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Hasil dari pemberian pelayanan keperawatan profesional dengan pendekatan sains keperawatan dapat menjadi solusi dari fenomena keperawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, pengembangan sains keperawatan memiliki hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik, dan riset keperawatan sebagai ilmu terapan yang memiliki otonomi profesional.

Pada saat ini, banyak orang yang tidak mengetahui apa makna dari filsafat, padahal filsafat saat ini telah berkemban lebih maju dam memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Berbagai cabang dari filsafat telah dikembangkan, seperti filsafat moral, filsafat seni, metafisika, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat kedokteran, filsafat hukum, filsafat matematika dan sebagainya. Selain itu, filsafat juga berperan dalam Ilmu Keperawatan, sehingga saat ini banyak perguruan tinggi yang memasukkan mata ajar filsafat ke dalam program studi ilmu keperawatan, baik untuk strata 1 (S1), strata 2 (S2) ataupun strata 3 (S3). Namun meski, telah berkembang dengan pesat, banyak orang tidak mengetahui apa itu filsafat dan kegunaannya bagi Ilmu Keperawatan.

Melalui makalah ini, kelompok tertarik untuk membahas tentang falsafah dan paradigm disiplin sains keperawatan, serta pengembangan sains keperawatan dan hubungan antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam pengembangannya.

1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuktikan bahwa keperawatan adalah rangkaian dari ilmu yang dapat dipelajari.

1.2.2.      Tujuan Khusus
a.      Mahasiswa mampu menguraikan definisi/konsep yang mendasari falsafah dan paradigma sains keperawatan.
b.      Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat/karakteistik sains keperawatan.
c.      Mahasiswa mampu menjelaskan falsafah sains keperawatan.
d.     Mahasiswa mampu menjelaskan paradigm sains keperawatan.
e.      Mahasiswa mampu menganalisis pengembangan sains keperawatan dan hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan.

1.3        Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu: bab satu berisi pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan; bab dua berisi tinjauan konsep meliputi definisi falsafah dan paradigma sains keperawatan, sifat-sifat/karakteistik sains keperawatan, paradigm sains keperawatan, pengembangan sains keperawatan dan hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan; bab ketiga berisi kesimpulan.




BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1         Definisi Falsafah dan Paradigma Disiplin Sains Keperawatan
Sains menurut KBBI (2014) adalah pengetahuan sistematis yang diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya. Disebutkan pula sains merupakan body of knowledge yang sistematis yang mempunyai tujuan utama menemukan fenomena kebenaran tentang dunia yang diperkuat melalui pemeriksaan secara empiris (Peterson & Bredow, 2013).

Hasil Lokakarya Keperawatan Nasional (1983), keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang profesional, yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dengan bentuk pelayanan mencakup biopsikososio-spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus kehidupan manusia. Definisi keperawatan menurut Henderson (1964) dalam Alligood (2014) keperawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat maupun sakit untuk menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit atau meninggal dunia dengan tenang, serta tenaga perawat berperan menolong individu agar tidak menggantungkan diri pada bantuan orang lain dalam waktu secepat mungkin.

Menurut Carper (1978) dalam Peterson & Bredow (2013), sains keperawatan adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis menjadi hukum dan teori umum yang berfungsi untuk menggambarkan, menjelaskan dan atau memprediksi fenomena yang berkaitan dengan keperawatan. Sedangkan pengertian sains keperawatan menurut Brockopp & Tolsma (2003) merupakan kumpulan pengetahuan yang unik dari disiplin keperawatan, merupakan penemuan informasi yang menjelaskan, menggambarkan dan memperkirakan hubungan antara individu dan pengalaman kesehatannya.
Falsafah dan paradigma keperawatan akan mempengaruhi perkembangan teori keperawatan selanjutnya. Sebelum membahas lebih lanjut tentang falsafah dan paradigma keperawatan, akan dijelaskan definisi dari tiap-tiap istilah di atas:

2.1.1.      Definisi Falsafah Sains Keperawatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, falsafah adalah anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar dimiliki oleh orang atau masyarakat (KBBI, 2014).
Falsafah adalah pengetahuan yang menguraikan logika, etik, estetika, metafisika, dan teori pengetahuan/epistemologi (Leddy & Pepper, 1998). Sedangkan menurut Fawcett (2005) filosofi atau falsafah adalah seperangkat nilai atau kepercayaan. Filosofi diartikan juga sebagai pernyataan tentang fenomena sentral yang menjadi minat bagi disiplin ilmu, tentang bagaimana proses fenomena tersebut diketahui dan tentang nilai-nilai yang diyakini anggota disiplin tersebut.

Filosofi memberikan suatu pandangan yang unik tentang praktik keperawatan, tentang fenomena yang menjadi fokus perhatian disiplin keperawatan dan nilai-nilai yang diyakini perawat dalam melakukan praktik keperawatan (Fawcett, 2005). Filosofi keperawatan adalah pernyataan dasar dan universal, nilai dan prinsip tentang hakikat pengetahuan dan kebenaran (epistemologi), tentang sifat alami suatu entitas yang diwakili dalam metaparadigma (Peterson & Bredow, 2004). Falsafah keperawatan memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio-psiko-sosial-spiritual), rasional dan bertanggung jawab; manusia berinteraksi dengan lingkungan secara ritmik dan terus menerus; perubahan perilaku dapat terjadi sebagai akibat multifaktor pada manusia atau lingkungan; pengembangan ilmu pengetahuan (keperawatan) berfokus pada fenomena obektif dan pengalaman subjektif (Fawcett, 2005). Selain itu juga falsafah keperawatan dapat didefinisikan sebagai pengetahuan dan sikap yang dimiliki perawat profesional untuk (a) memahami hubungan antara manusia, lingkungan, dan kesehatannya; (b) pendekatan perawat sebagai seorang disiplin ilmu; (c) mengintegrasi sebuah nilai; dan (d) memahami keyakinan individu mengenai manusia, lingkungan, kesehatan, dan proses keperawatan (Leddy & Pepper, 1998).
Jadi falsafah sains keperawatan merupakan gagasan logis sistematis yang bersifat ilmiah dalam memahami proses keperawatan dengan mengintegrasi nilai-nilai profesi.

2.1.1. Definisi Paradigma Sains Keperawatan
Paradigma adalah model, pola atau pandangan yang dilandasi pada dua karakteristik yaitu penampilan dari kelompok guna menunjukkan keberadaannya  dan terbuka dalam melakukan “Problem Solving” di dalam kelompoknya (Kuhn, 1979 dalam McEwen & Wills, 2007). Pengertian lain menurut Potter dan Perry (2013) dalam bukunya “Fundamental of Nursing”, paradigma diartikan sebagai bagian dari ilmu, filosofi, dan teori yang dapat diterima yang diterapkan oleh suatu disiplin.

Paradigma keperawatan menurut Gaffar (1997), adalah cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, member makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yag ada dalam keperawatan. Dengan demikian paradigma keperawatan berfungsi sebagai acuan atau dasar dalam melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat professional. Sedangkan paradigma keperawatan menurut Marriner (2001) adalah suatu diagram konseptual berupa struktur-struktur yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu struktur organisasi keperawatan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa “Paradigma Sains Keperawatan” adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara  melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi, dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan serta memberi arahan kepada perawat dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan serta kehidupan profesi. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik, perawat juga hendak nya mengaplikasikan paradigma keperawatan yang tepat yang telah dikemukakan oleh para ahli disesuaikan dengan kondisi pasien, sehingga tujuan asuhan keperawatan akan tercapai. Sebagai contoh sebagai berikut : dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap, perawat menggunakan paradigma yang dikemukakan oleh Orem dimana perawat membagi pasien berdasarkan tingkat kemandirian pasien, sehingga asuhan  keperawatan dapat berjalan dengan maksimal dan efisien.

2.2   Sains Keperawatan
Sains keperawatan adalah ilmu terapan (applied science) yang mensintesis dari berbagai teori ilmiah, psikologis, dan biologis sosial dalam memberikan pelayanan kepada individu, keluarga, maupun masyarakat (Asmadi, 2008). Sains keperawatan adalah substansi, disiplin ilmu yang spesifik berfokus pada manusia, proses kesehatan, dalam lingkup kerja keperawatan (Barred, 2002 dalam Melani McEwen, 2011). Jadi sains merupakan pengetahuan sistematis yang dikembangkan melalui dasar rasional dan empiris (diobservasi, diteliti atau diuji coba).

2.2.1.      Sifat-sifat/ karakteristik sains keperawatan
Menurut Asmadi (2008), karakteristik sains adalah pengetahuan yang diperoleh adalah kenyataan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan observasi dan eksperimen. Sifat/karakteristik sains keperawatan meliputi berbagai hal :
a.       Pengetahuan umum (public knowledge), ilmu keperawatan dapat dipelajari oleh siapa saja yang berminat, ilmu keperawatan dapat dipublikasikan dengan bahasa yang informative dan emotif.
b.      Objektif, ilmu keperawatan dapat menginterpretasikan objek yang sama dengan cara yang sama.
c.       Abstrak, ilmu keperawatan ditujukan bagi umat manusia yang tidak lepas dari kebutuhan, ini tertuang dalam sejumlah konsep tentang manusia yakni manusiasebagai makhluk holistk (bio, psiko, social, spiritual), manuasia sebagai makhluk yang unik yang memiliki kebutuhan dan manusia sebagai makhluk dengan system terbuka.
d.      Konseptual, ilmu keperawatan mempunyai konsep yang membangun teori keperawatan, konsep ini yang dikemukan oleh sejumlah tokoh teori keperawatan.
e.       Generalisasi, dengan adanya konsep manusia dan teori keperawatan, maka ilmu keperawatan dapat dipublikasikan sehingga dapat diketahui dan diterima oleh umum.

Creasia, J.L., & Parker, B.J. (2007) menjelaskan ilmu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.         Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b.         Metodis
Metodis berasal dari kata Yunani, metodos yang berarti cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
c.         Sistematis
Ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
d.        Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 1800.

Menurut Feigl dalam Perspective on Philosophy of Science in Nursing (1988) ada 5 kriteria yang digunakan untuk membedakan ilmu dan penalaran wajar yaitu: (a) Intersubjective testability (dapat diuji secara empiris), (b) Reliability (dapat diandalkan/dipercaya), (c) Definiteness (kepastian/pasti), (d) Precision (ketelitian/teliti), (e) Coherence or systematic (berkait/terpadu) atau sistematis.
Menurut Silva (1977) dalam Melani McEwen (2011) bahwa sifat/karakteristik sains terdiri dari: (a) Sains harus menunjukkan koheren, (b) Sains fokus pada suatu bidang ilmu tertentu, (c) Sains harus bersifat universaldan dipahami secara luas, (d) Sains harus bersifat logis, (e) Sains harus dapat menjelaskan, (f)  Sains harus melalui penelitiaandan berbagai pendapat.

Sifat-sifat sains keperawatan antara lain: (a)  Sains keperawatan bersifat dinamis, (b)  Sains keperawatan bersifat sistematis dan berdasarkan metode ilmiah atau rasionalisme, (c)  Sains keperawatan mempunyai body of knowledge, (d)  Sains keperawatan bertujuan mengamati, mengklarifikasi dan menyelidiki hubungan yang memberikan pengertian tentang fenomena, (e) Sains keperawatan bersifat komprehensif (Asmadi, 2008). Sedangkan menurut De Laune & Patricia (2002) dalam sains keperawatan ada beberapa karakteristik yang merupakan ciri khusus dalam proses pelaksanaan asuhan keperawatan. karakteristik tersebut sebagai berikut:
a.       Kelompok pengetahuan itu yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam tatanan praktek keperawatan. pada awalnya praktek keperawatan hanya didasari oleh keterampilan yang bersifat intuitif. Sebagai suatu disiplin ilmu sekarang keperawatan dapat disebut sebagai sains/ilmu dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku, sosial, fisika, biomedik, dan lain-lain. Ilmu Keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan yaitu, fisiologi manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien.
b.      Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada klien. Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada seseorang dalam melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan proses penyembuhan serta membantu kemandirian.
c.       Memiliki pendidikan yang memenuhi standar yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi atau universitas. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan intelektual, interpersonal dan teknikal yang memungkinkan perawat menjalankan peran yang lebih terpadu dalam menjalankan keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan. Perawat juga dituntut mengembangkan IPTEK keperawatan.
d.      Adanya pengendalian terhadap standar praktik. Standar adalah suatu criteria tentang kualitas praktik. Standar praktik keperawatan ini menekankan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi klien maupun perawat. Perawat juga bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.
e.       Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan. bertanggung jawab berarti perawat bertanggung jawabatas pelayanan yang diberikana terhadap klien. Tanggung gugat berarti perawat mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan, dan konsumen (klien).
f.       Karir seumur hidup artinya bahwa perawat melakukan pelayanan berdasarkan pendidikan dan ketrampilan yang telah menjadi pilhan hidupnya sendiri dan mendapat kontribusi dari pekerjaan.
g.      Memilki fungsi yang otonom artinya perawat memilki kewenangan yang penuh dalam melakukan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan klien.
h.      Metode Ilmiah Sebagai Ciri Sains
Pendekatan orang yunani untuk memperoleh pengetahuan didasarkan atas deduksi, pendekatan deduksi adalah berdasarkan hal-hal yang sudah dianggap benar, diambil suatu kesimpulan dengan hal-hal yang dianggap benar. Dan demikian seterusnya kait – mengkait antara cara yang lain yang dikenal dengan metode ilmiah.

Menurut  Carper (1978) dalam Melani McEwen (2011)  dan Hood (2014) bahwa sains keperawatan memiliki karakteristik yaitu: (a) Empiri, pengetahuan empiris adalah sesuatu hal yang bersifat objektif, abstrak, dapat diukur, dicontoh, disesuaikan/berubah-ubah, dan dapat dirumuskan, (b) Estetika, pengetahuan bersifat estetika merupakan sesuatu yang menggambarkan ekspresi/ungkapan, bersifat subjektif, unik dan merupakan  pengalaman daripada suatu yang normal/deskriptif. Estetika adalah kejadian melalui peristiwa, perilaku, sikap, dan interaksi dari respon perawat terhadap orang lain (klien), (c)  Pengetahuan individu, lebih kepada bagaimana cara perawat dalam melihat/menilai pada diri mereka dan kien yang bersifat subjektif, dan mempromosikan, serta integrasi diri yang digabungkan secara utuh, (d) Etik, lebih kepada kode etik keperawatan dan kewajiban terhadap  pelayanan, serta kepedulian untuk kehidupan manusia, (e) Sosiopolitik, merupakan penambahan dari pola asli yang telah diidentifikasikan oleh Carper (1978). Pola ini mengetahui konteks yang lebih luas mencakup perawat, klien, dan praktek profesi (White, 1995 dalam Hood, 2014). Dengan keadaan ini, pemahaman sosiopolitik membingkai semua pola lainnya yang kita ketahui sebagai bagian penting dari masa depan keperawatan dalam meningkatkan ekonomi dunia, (f) Emansipasi, merupakan kemampuan manusia mengenali masalah social dan politik dari ketidakadilan, untuk dapat meningkatkan kehidupan masyarakat, (g) Ketidaktahuan, menurut Munhall (1993) dalam Hood (2014) bahwa keadaan ketidaktahuan merupakan kondisi keterbukaan sehingga dapat memahami dunia pasien dari berbagai macam persepsi pengalaman klien tersebut.

Karakteristik sains keperawatan antara lain: (a) Kelompok pengetahuan yang  melandasi  keterampilan  untuk menyelesaikan masalah  dalam  tatanan  praktik  keperawatan, (b) Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada klien, (c) Memiliki pendidikan yang memenuhi standar yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi atau universitas, (d)  Adanya pengendalian terhadap standar praktik, (e)  Bertanggung  jawab  dan  bertanggung  gugat  terhadap  tindakan  yang  dilakukan, (f)  Karir  seumur  hidup, (g)  Memiliki  fungsi  yang  otonom, (h) Metode ilmiah sebagai ciri sains (Asmadi, 2008).

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa sains adalah suatu pengetahuan yang diperoleh/ disusun dengan cara yang khas khususnyadengan melakukan observasi, eksperimen, menyimpulkan, menyusun teori, observasi. Kesimpulan mengenai karakateristik profesi keperawatan adalah bahwa profesi keperawatan didasari oleh sains keperawatan, dimana keperawatan sendiri sebagai profesi memiliki landasan ilmu pengetahuan yang jelas, kode etik profesi, memilki lingkup dan wewenang praktik keperawatan yang berdasar standar praktik asuhan keperawatan yang bersifat dinamis yang menjadi panduan dalam praktik keperawatan.

2.2.2.      Falsafah Sains Keperawatan
Perawat diharapkan memiliki sikap, gagasan, dan perilaku yang logis dalam melakukan asuhan keperawatan. Perawat seharusnya memiliki sifat sebagai seorang disiplin ilmu, berfokus melakukan asuhan keperawatan yang holistik sesuai kode etik, dan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dalam mencerminkan falsafah keperawatannya. Falsafah bersifat natural dan empiris, sehingga dalam kegiatan eksplorasi fenomena melibatkan observasi dan pemeriksaan langsung. Tujuan dari falsafah keilmuan adalah menyajikan suatu gambaran ilmiah dalam menghasilkan pengetahuan tentang alam semesta.

Falsafah keperawatan meyakini bahwa asuhan keperawatan harus dilaksanakan secara universal dan holistik. Setiap individu bersifat unik yang dinilai dan dipersepsikan terkait budaya, sosial ekonomi, agama, dan pengalaman. Berdasarkan hal tersebut, setiap individu memiliki pengalaman berbeda sesuai dengan keunikannya, oleh karena itu perawat diharapkan melakukan asuhan keperawatan berdasarkan etik yang berlaku, sehingga asuhan yang diberikan bersifat holistik dan komperehensif. Hal ini sesuai dengan falsafah keperawatan yang meliputi pengetahuan, keahlian, kepercayaan pasien, dan kemampuan untuk memberikan asuhan keperawatan (Austgard, 2008, dalam Alligood, 2014).

Tindakan keperawatan yang diberikan perawat harus mencerminkan nilai-nilai profesi menurut American Associaition of Colleges of Nursing (1986) dalam Leddy & Pepper (1998), yaitu altruisme, kesamaan (equality), estetika, kebebasan (freedom), martabat (human dignity), keadilan (justice), dan kebeneran (truth).
a.       Altruisme adalah kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain, komitmen, arahan, kedermawanan hati, dan ketekunan. Perawat harus memiliki nilai altruisme dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Altruisme pada perawat dapat ditunjukkan dengan sikap caring saat memberikan asuhan keperawatan.
b.      Kesamaan (equality) adalah memiliki hak yang sama dalam menerima asuhan keperawatan, tidak berpihak dan memiliki toleransi. Pada nilai equality dapat ditunjukkan dengan memberikan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan bukan pada karakter.
c.       Estetika adalah suatu keindahan yang ditunjukkan dengan memberikan apresiasi, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas, dan kepeduliaan. Hal yang ditunjukkan pada perawat dengan memberikan distraksi musik untuk mengurangi nyeri. Contoh yang diberikan perawat adalah bentuk kreatifitas dalam asuhan keperawatan.
d.      Kebebasan (freedom) adalah memiliki kapasitas untuk memilih atau kebebasan dalam pengarahan diri sendiri. Sebagai contoh ketika perawat memberikan kebebasan pada pasien untuk menerim atau menolak asuhan keperawatan.
e.       Martabat (human dignity) adalah berhubungan dengan penghargaan teerhadap martabat manusia sebagai individu yang didalamnya mengandung nilai kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan.
f.       Keadilan (justice) adalah menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal, termasuk objektifitas, moralitas, integritas, dan dorongan untuk melakukan keadilan. Contoh : perawat sebagai advokat pasien
g.      Kebenaran (truth) adalah kejujuran pada fakta, termasuk akuntabilitas, keunikan yang rasional. Contoh : perawat memberikan dokumentasi yang benar dalam asuhan keperawatan.

Falsafah sains keperawatan sangatlah penting dimiliki oleh perawat. Sebagai profesi yang berfokus pada ilmu pengetahuan, perawat harus memiliki cara pandang yang rasional dan didasarkan dari observasi dan bukti empiris. Hal ini diharapkan agar perawat menjadi profesi yang professional, menjunjung tinggi nilai-nilai profesi.

2.2.3.      Paradigma Sains Keperawatan
Ada perbedaan mendasar antara paradigma dan metaparadigma. Paradigma memberikan parameter dasar dan konsep dasar untuk mengorganisasi suatu disiplin ilmu. Paradigma umumnya bersifat spesifik untuk suatu disiplin, filosofis, dan mampu berubah  Sedangkan metaparadigma bersifat global, netral filosofi, dan umumnya stabil, dan memiliki beberapa paradigma keyakinan dan kerangka berfikir secara sistematis dan ilmiah. (Peterson & bredow, 2004).

Menurut Fawcett (2006) Metaparadigma keperawatan terdiri dari empat konsep, empat proposisi yang tidak berhubungan dan empat proposisi yang berhubungan. Empat konsep adalah: Manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Menurut Tomey & Alligood (2006) dalam Potter (2009) paradigma keperawatan melibatkan cakupan yaitu manusia, kesehatan, lingkungan/situasi dan keperawatan; elemen dari paradigma keperawatan berhubungan langsung dengan kegiatan profesi keperawatan, termasuk perkembangan pengetahuan, filosofi, teori, pengalaman pendidikan dan penelitian,  Sedangkan metaparadigma keperawatan menurut Alligood & Tomey (2010) adalah konsep yang paling abstrak dalam disiplin ilmu keperawatan (manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan) serta beberapa konsep masuk kedalam konseptual berdasarkan filosofi model tersebut.

Parker (2006) menyatakan bahwa paradigma keperawatan membantu untuk menentukantujuan dan batas-batas dari ilmu keperawatan. Dalam keperawatan, paradigma berdasarkan pada berbagi nilai dan konsep mengenai orang, kesehatan, lingkungan dan keperawatan itu sendiri  yang kesemuanya merupakan suatu satu kesatuan. Dari pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa paradigma keperawatan adalah cara pandang yang spesifik terhadap ilmuwan keperawatan tentang konsep dan fenomena keperawatan yang didukung oleh teori keperawatan sehingga berfungsi sebagai acuan atau dasar dalam melaksanakan praktek keperawatan yang bersifat professional.

Berdasarkan beberapa teori yang menjelaskan tentang empat paradigma dalam keperawatan yang meliputi manusia, perawat, kesehatan, dan lingkungan. Berikut penjelasan mengenai empat paradigma dalam keperawatan:
a.       Manusia berupaya sepanjang hidup dan terus menerus berubah, berinteraksi dengan lingkungan serta berpartisipasi dalam mempertahankan kesehatannya. Manusia juga bertindak dan mendasarkan tindakannya pada pemikiran bahwa dirinya harus mempertahankan keseimbangan hidup dengan membuat penyesuaian dengan lingkungan maupun sebaliknya yaitu memanipulasi lingkungan untuk menciptakan keseimbangan. Dalam konteks paradigma keperawatan ini setiap manusia dalam hidupnya akan mengalami situasi di mana dia mampu memenuhi kebutuhannya, membutuhkan bantuan atau bahkan membutuhkan orang lain untuk melakukannya, dalam hal ini perawat.
b.      Perawat, yang merupakan individu yang memiliki kompetensi dan legal secara hukum berprofesi sebagai tenaga keperawatan. Sedangkan keperawatan yaitu seni dan pengetahuan dalam memandirikan maupun membantu klien sesuai dengan kondisi masing-masing personal. Sebagai sebuah profesi, perawat mendasarkan pelayanan kepada individu dan keluarga, maupun masyarakat pada ilmu dan seni yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimilki seorang perawat untuk membantu manusia baik dalam keadaan sehat atau sakit.
c.       Kesehatan, yaitu suatu kondisi sejahtera jasmani maupun rohani yang bersifat dinamis pada individu di mana dalam kondisi ini setiap individu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan internal maupun eksternal. Tingkat keberhasilan atau tingkat kesehatan dapat berbeda pada setiap individu karena akan sangat dipengaruhi kondisi maupun cara memenuhi kebutuhannya.
d.      Lingkungan yang diartikan sebagai tempat, situasi maupun hal-hal yang berinteraksi dengan individu baik secara aktif maupun pasif. Lingkungan dapat juga diartikan sebagai kondisi terpenuhi atau tidaknya kebutuhan seseorang/klien. Ketika kebutuhan terpenuhi akan menjadi suatu lingkungan yang kondusif bagi individu untuk berfungsi secara optimal dan berlaku juga hal yang sebaliknya.

Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka disimpulkan bahwa paradigma keperawatan yaitu suatu konsep dasar yang digunakan untuk mengorganisasi suatu disiplin ilmu, filosofi yang bersifat umum spesifik dan mampu berubah. Sedangan Metaparadigma keperawatan didefinisikan sebagai konsep global yang mengidentifikasi fenomena dalam disiplin ilmu keperawatan.
2.3  Pengembangan Sains Keperawatan dan Hubungan Interaktif Antara Pendidikan, Pelayanan/ Praktik dan Riset Keperawatan dalam Pengembangan Sains Keperawatan
2.3.1.      Perkembangan Sains Keperawatan
Fawcet (2006) mengatakan bahwa keperawatan dimulai dengan asal dan ide moralnya yaitu “caring”, dengan tujuannya yaitu menjaga, meningkatkan taraf kehidupan manusia, “caring” merupakan inti dasar  dan fokus dalam tindakan keperawatan. Sejarah dari profesionalitas keperawatan dimulai dari Florence Nightingale yang memberikan visi dan mengajarkan perempuan mengenai badan keperawatan termasuk bagi mereka yang telah memiliki pengetahuan sebelumnya atau yang hanya sebagai pekerja di pelayanan publik (Alligood, 2014). Perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan menurut Alligood (2014), dibagi menjadi beberapa era:
a.      Curriculum era : 1900 hingga 1940
Fokus pada masa ini adalah dasar/eviden pada kegiatan-kegiatan keperawatan, seperti pada tahun 1933 adanya survei kurikulum pada lembaga pelatihan New York. Hal ini digunakan untuk membuat kurikulum pengajaran pada apa yang akan dilakukan dan yang perlu diketahui oleh perawat pada kegiatan keperawatan termasuk pengetahuan sosial, farmakologi, dan prosedur tindakan keperawatan. Selanjutnya ini disebut sebagai laboratorium “seni keperawatan”, kemudian berubah menjadi “skill atau lab simulasi”. Keperawatan pada masa ini yaitu pada tahap vokasional, kemudian beberapa perawat mengambil dan memulai pada tahap edukasi pelatihan yang lebih tinggi, dan berikutnya akan diadakan tahap universitas. Transisi perkembangan program keperawatan membawa perubahan signifikan pada ilmu pengetahuan keperawatan. Perawat dikenalkan pada proses penelitian dan memulai untuk menulis nilai penting pada proses yang nantinya akan menjadi pengetahuan subtantif, hal ini mengawali pada masa penelitian.
b.      Research era: 1950 hingga 1970
Pada masa ini penelitian banyak dimulai, perawat memulai pengetahuan untuk meningkatkan peran dan spesialisasi dari ilmu pengetahuan.  Pada tahun 1952 merupakan awal mula munculnya jurnal penelitian keperawatan. Pada masa ini juga terjadi tumpang tindih antara pendidikan penelitian dan pendidikan di jenjang universitas, maka perkembangan selanjutnya yaitu mempengaruhi dari sistem pendidikan keperawatan yaitu disatukannya antara pendidikan keperawatan dengan pelatihan penelitian keperawatan. Program master dikenalkan di univesitas pada beberapa negara dan konsep perkembangan pelatihan banyak dilakukan diberbagai program, ini dikenalkan pada tahun 1950 dan awal tahun 1970.
c.       Graduate education era: 1950 dan 1970
Pada masa ini merupakan persiapan dari level master kemudian adanya standarisasi hingga akreditasi yang diadakan oleh National League dir Nursing (NLN). Pada akhir tahun 1970 telah banyak program master keperawatan yang telah terakreditasi termasuk program pelatihan penelitian keperawatan, pelatihan spesialisasi klinis, kepemimpinan, dan perkembangan konsep pada teori keperawatan yang merupakan inti dari kurikulum yang disusun bersama dengan falsafah keperawatan dan kerangka konseptual. Sangat diperlukan upaya untuk mengenali teori dari disiplin ilmu yang lain yang spesifik pada keperawatan dan juga yang tidak sepesifik pada keperawatan. Rogers pada tahun 1970 mengatakan bahwa perawat harus mengklarifikasi kerangka konsep dari fenomena yang menjadi fokus pada keperawatan dan memulai perkembangan ilmu keperawatan. Beberapa kerangka konsep keperawatan dipublikasikan pada masa ini, seperti Jhonson (1974,1980), King (1971), Levine (1967), Neuman (1972), Orem (1971), Roy (1970), Carper (1978) mengenai pola dari “mengetahui”,  dan Fawcett (1978) mendeskripsikan hubungan dari teori dan penelitian.
d.      Theory era: 1980 dan 1990
Pada masa ini, bersama dengan masa penelitian dan masa graduation, mengawali pemahaman proses penelitian ilmiah dengan hasil produk penelitian ilmiah. Edisi pertama dari beberapa tulisan teori keperawatan pada masa ini termasuk penulis teori keperawatan kontemporer, beberapa bagian ditulis oleh mahasiswa program master yaitu Marriner Tomey (1986), Meleis (1985), Riehl&Roy (1980).  Fawcet (1984,1989) berkontribusi sangat signifikan terhadap pemahaman tentang asal mula pengetahuan keperawatan.Fawcett menuliskan metaparadigma ilmu keperawatan; batasanspesifik dari manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan; membedakan level abstraksi; menghubungkan teori dan model konseptual yang berhubungan dengan perkembangan ilmu keperawatan.
e.       Theory utilization era: abad 21
Saat ini masa dari penggunaan dari teori keperawatan termasuk Falsafah, model, dan teori untuk teori yang berdasarkan dengan kegiatan keperawatan. Melanjutkan perkembangan teori sangat penting bagi profesi ini dan sebagai disiplin ilmu. Pada awal tahun 1990 berkembangnya program doctor keperawatan untuk fokus pada perkembangan dan menguji teori. Teori tidak hanya untuk diketahui tetapi untuk digunakan. Tujuan dari penggunaan teori yaitu untuk peningkatan kualitas dari pelayanan kesehatan (p.3-10).

2.3.2.      Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan merupakan sebuah proses “long life education”  sebagai sarana untuk mencapai profesionalisme dan peningkatan kinerja perawat. Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (PPNI, 2017). Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup pendidikan vokasional, akademik, dan profesi. Pendidikan vokasional yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia. pendidikan akademik yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan paska sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu. Pendidikan profesi yaitu pendidikan setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.  Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor.

Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan berbagai dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983 saat deklarasi dan kongres Nasional pendidikan keperawatan Indonesia yang di kawal oleh PPNI dan diikuti oleh seluruh komponen keperawatan Indonesia, serta dukungan penuh dari pemerintah Kemendiknas dan Kemenkes saai itu serta difasilitasi oleh Konsorium Pendidikan Ilmu Kesehatan saat itu, sepakat bahwa pendidikan keperawatan Indonesia adalah pendidikan profesi (PPNI, 2017). Sebagai pendidikan profesional, pendidikan keperawatan harus dilandasi dengan kerangka konsep yang kokoh yang memiliki karakteristik pendidikan akademik-profesional yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, penyelesaian masalah secara ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif, mandiri serta pendidikan di lingkungan masyarakat.

2.3.3.      Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada Rumah Sakit (Tribowo, 2013). Pelayanan keperawatan yang professional merupakan praktik keperawatan yang dilandasi oleh nilai-nilai profesional, yaitu mempunyai otonomi dalam pekerjaannya, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin lain, pemberian pembelaan dan memfasilitasi kepentingan klien. Praktik keperawatan ini menggunakan pengetahuan teoritik yang kuat dari berbagai ilmu dasar  (biomedik, fisika, biologi, sosial, perilaku) dan ilmu keperawatan sebagai landasan dalam melakukan pengkajian, diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan, melaksanakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi tindakan serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2.3.4. Riset Keperawatan
Riset adalah suatu proses pemeriksaan secara sistemik terhadap hal-hal yang dapat diobservasi (Brockopp, 1999). Riset dibutuhkan utuk menjelaskan fenomena keperawatan secara lebih adekuat yaitu dengan menguji teori, apakah akan menumbangkan teori lama dan memunculkannya sebagai teori yang baru. Yang pada akhirnya dapat dilakukan lebih lanjut untuk mengembangkan keilmuan keperawatan (body of konowledge) (Alligood, 2014).

Carper (1992) dalam Delaune (2002) menjelaskan bahwa riset keperawatan harus memiliki empat pola fundamental, yang pertama bersifat empirik yaitu memanfaatkan riset untuk menjelaskan, mendeskripsikan, dan memprediksikan; kedua bersifat etikal yaitu  memperluas pengetahuan untuk menilai, mengklarifikasi dan mengadvokasi; ketiga bersifat personal yaitu berfokus pada diri dan orang lain; yang terakhir bersifat estetik yaitu riset harus menginterpretasi dan mensintesis dari suatu pengetahuan.

2.3.5.      Hubungan Interaktif Antara Pendidikan dan Pengembangan Sains Keperawatan
Berkembangnya sains keperawatan maka akan mempengaruhi perkembangan di bidang pendidikan ataupun sebaliknya. Gaffar (1999) mengatakan bahwa pendidikan khusus berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, penataan jenjang studi/pendidikan keperawatan, penyusunan kurikulum pendidikan, metode pembelajaran yang digunakan dan penyusunan kompetensi perawat di pendidikan tinggi adalah merupakan pengembangan sains keperawatan dalam pendidikan hingga diharapan mampu menjadi mitra kerja dalam memberikan standar pelayanan kesehatan yang profesional. Hal ini sesuai dengan Fawcett (2000) yang mengatakan bahwa teori dan model keperawatan digunakan dalam penyusunan kurikulum dan aktivitas belajar mengajar.  Struktur kurikulum dan proses pendidikan mencakup panduan tentang: fokus kurikulum dan tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan keperawatan, keberadaan umum dan kesinambungan isi yang akan diajarkan, tempat penyelenggaraan, karakter peserta didik, serta strategi belajar mengajar yang digunakan.Saat model konseptual digunakan dalam penyusunan kurikulum, harus dihubungkan dengan teori pendidikan dan proses belajar mengajar. Begitu juga dengan teori substansial dari keperawatan. Teori keperawatan diaplikasikan ke dalam pendidikan karena bisa membantu memahami hubungan ilmu pengetahuan dengan praktik, memberikan batasan yang jelas tentang bidang keperawatan, serta sebagai dasar mentoring.




2.3.6.      Hubungan Interaktif Antara Pelayanan/Praktik dan Pengembangan Sains Keperawatan
Manfaat teori keperawatan dalam berpikir kritis dan praktik keperawatan menurut Kilpatrik (2008 dalam Alligood, 2010) adalah sebagai panduan dalam pengambilan keputusan dalam praktik keperawatan yang didalamnya merupakan gabungan antara pengetahuan dan seni. Teori memberikan pengetahuan dasar dan strukturnya mengarahkan pada tindakan keperawatan professional. Framework digunakan karena penting dalam melaksanakan praktik keperawatan dengan berdasar pada bukti (evidence-based) dan mampu menentukan tujuan dari praktik keperawatan. Tanpa framework, informasiselama praktik tidak dapat tersaring dengan relevan. Teori menjadi dasar berpikir kritis dalam praktik keperawatan sehingga memandang proses dan praktik keperawatan saling berkaitan.

Model konseptual, teori dan indikator empiris sebagai panduan umum praktik professional keperawatan. Praktik keperawatan harus berdasarkan pada temuan/hasil penelitian, dipelajari dalam pendidikan keperawatan, diatur dalam administrasi keperawatan, dan begitu sebaliknya sebagai panduan riset, pendidikan, dan administrasi. Model konseptual yang telah lengkap mengandung pandangan/pendekatan tertentu untuk praktik keperawatan. Panduan tersebut tersusun sebagai berikut: tujuan yang akan dicapai dengan praktik keperawatan, identifikasi permasalahan yang ada, setting praktik, proses keperawatan, teknik yang dipakai, dan strategi yang digunakan, serta kontribusi perawat dalam mencapai kesehatan pasien (Alligood, 2010).

Model konseptual digunakan sebagai arahan/acuan bagi perawat untuk mencari permasalahan, meskipun begitu teori digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi manifestasi masalah aktual/potensial dalam situasi pasien. Teori juga mengarahkan/menentukan intervensi apa yang digunakan dalam situasi tertentu (Lipsey, 1993; Sidani Braden, 1998 dalam Fawcett, 2000). Meleis (2007) menyatakan bahwa teori keperawatan memberikan gambaran tentang situasi praktik keperawatan dan dapat digunakan sebagai panduan riset. Teori juga menyediakan framework dan tujuan yang akan dicapai dalam pengkajian, diagnosis, dan intervensi. Teori merupakan alat yang menyediakan praktik lebih efektif dan efisien yang membantu mengidentifikasi outcome.

2.3.7.      Hubungan Interaktif antara Riset Keperawatan dan Pengembangan Sains Keperawatan
Sejarah riset sebagian besar berasal dari era Florance Nightingale, dalam karyanya Notes on nursing (1959/1969) menekankan pada pentingnya observasi yang hati-hati dalam merawat pasien. Ia berbendapat bahwa ketika perawat dapat mengobservasi dengan baik, pasti dapat menentukan perawatan yang terbaik untuk pasien. Dengan penekanan pada observasi yang sistemik, yang merupakan kebalikan dari pendekatan trial and error (coba-coba dalam pemberian perawatan) ini menanamkan bibi-bibit evolusi sains keperawatan (Brockopp, 1999).

Pengembangan riset memiliki keterikatan dan memiliki hubungan timbal balik yang saling menopang dalam keberhasilan sains antara lain: memperkuat  dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan manajemen keperawatan. Selanjutnya, dapat meningkatan kualitas pelayanan keperawatan melalui pemanfaatan hasil penelitian ilmiah, meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembiyaan pelayanan keperawatan, serta memahami  fenomena secara profesional  sehingga dapat menyusun perencanaan, memprediksi hasil, pengambilan keputusan, dan meningkatkan perilaku sehat klien (Delaune, 2002). Selain itu juga, pengembangan sains keperawatan dalam bidang penelitian/riset ini mampu mengembangkan mengenai teori-teori model keperawatan yang berguna bagi pengembangan profesi keperawatan. Salah satu hasil dari riset keperawatan digunakan dalam praktik keperawatan yang berbasis temuan ilmiah (evidence based practice) (Alligood, 2014).

Riset yang dikembangkan berdasarkan  sains keperawatan memiliki pengembangan domain yang berbeda dengan pengembangan ilmu lainnya. Berdasarkan National Iinstitutes of Health Clinical Center Nursing and Patient Care Services,  riset keperawatan memiliki pengembangan domain yang terdiri dari manajemen kasus, praktik klinik, koordinasi dan kesinambungan perawatan, berkontribusi kepada sains keperawatan, dan proteksi manusia sebagai subjek. Oleh sebab itu, riset keperawatan menjadi hal yang substansi untuk pengembangan sains keperawatan. Hal ini dikarenakan, riset keperawatan memiliki falsafah dan paradigma keperawatan dari setiap fenomena yang akan memiliki pengaruh dibidang pendidikan dan pelayanan keperawatan profesional.

2.3.8.      Hubungan Interaktif antara Pendidikan, Pelayanan/praktik dan Riset Keperawatan dalam Pengembangan Sains Keperawatan.
Interaksi antara pendidikan, pelayanan, dan riset keperawatan saling berkaitan dan mempengaruhi pengembangan sains keperawatan. Dalam pendidikan, sains keperawatan menjadi dasar untuk pengembangan kurikulum sehingga dapat memberikan kerangka ilmiah dan pemikiran analitis untuk menjawab fenomena-fenomena yang ditemukan di pelayanan/praktik. Melalui pendidikan, metode-metode ilmiah dipelajari dan teori keperawatan dikembangkan untuk menjadi tuntunan dalam melakukan riset keperawatan.

Pelayanan keperawatan juga memiliki hubungan interaksi dengan pendidikan dan riset. Pelayanan dapat dijadikan sumber fenomena keperawatan yang terjadi, sehingga dapat menghasilkan model praktik keperawatan yang sesuai dengan teori yang dikembangkan di pendidikan dan telah dibuktikan melalui riset keperawatan. Sedangkan riset keperawatan menjadi hal substansi dalam pengembangan sains keperawatan, karena melalui riset keperawatan dapat dibuktikan suatu teori yang dikembangkan di pendidikan sehingga dapat bermanfaat dan dipraktekkan di pelayanan kesehatan.

Menurut Alligood (2014) upaya yang dilakukan untuk membuktikan kesahihan (rigor) dari riset untuk pengujian suatu teori dalam keperawatan, maka perawat ilmuan dan praktisi berupaya untuk lebih menekankan pada hubungan antar teori, riset dan praktik dengan cara :
a.       Perkembangan lebih lanjut dari teori keperawatan yang relevan dengan praktik perawat spesialis.
b.      Meningkatkan kolaborasi antara peneliti dan praktisi.
c.       Memotivasi perawat peneliti untuk mengkomunikasikan hasil penemuannya kepada pihak praktisi.
d.      Meningkatkan upaya untuk menghubungkun teori middle-range dengan paradigma keperawatan.
e.       Meningkatkan pada fokus riset klinis.
f.       Meningkatkan penggunaan teori keperawatan untuk praktik berdasarkan teori (theory-based practice) dan pengambilan klinis.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pendidikan, pelayanan dan riset keperawatan saling memiliki hubungan interaksi yang tidak dapat dipisahkan.



 
BAB 3
PENUTUP

Pembahasan pada bab ini tentang kesimpulan dari konsep falsafah dan paradigma sains keperawatan serta pengembangan sains keperawatan dan hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan.

3.1 Kesimpulan
Dari hasil penulisan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
3.1.1.    Falsafah sains keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat sebagai kerangka dalam berpikir, pengambilan keputusan dan bertindak yang diberikan pada klien dalam rentang sehat sakit, yang memandang manusia sebagai mahluk yang holistik, yang harus dipenuhi kebutuhan biologis, psikologis, social, kultural dan spiritual melalui asuhan keperawatan yang komprehensif, sistematis, logis dengan memperhatikan aspek kemanusian bahwa setiap klien berhak mendapat perawatan.
3.1.2.    Paradigma keperawatan adalah  cara pandang yang mendasar atau cara melihat, memikirkan dan memberikan makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan serta memberi arahan kepada perawat dalam menyikapi dan menyelesikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan.
3.1.3.    Ada lima karakteristik sains keperawatan yaitu ilmu pengetahuan artinya ilmu keperawatan dapat dipelajari oleh siapa saja yang berminat. Objektif, artinya ilmu keperawatan dapat menginterperstasikan objek yang sama dengan cara yang sama. Abstrak, yaitu ilmu keperawatan ditunjukan bagi umat manusia yang tidak lepas dari kebutuhan, ini tertuang  dalam jumlah kosnep tentang manusia yakni manusia sebagai mahluk yang holistik. Konseptual, yaitu ilmu keperawatan mempunyai konsep yang membangun teori keperawatan, konsep ini yang ditemukan oleh beberapa teori keperawatan. Generalisasi, dengan adanya kosep manusia dan teori keperawatan,maka ilmu keperawatan dapat dipublikasikan sehingga dapat diketahui dan diterima oleh umum.
3.1.4.    Paradigma  keperawatan  membantu dalam menentukan tujuan dan batas-batas dari ilmu keperawatan. Dalam keperawatan, paradigma berdasarkan pada berbagai nilai dan konsep mengenai orang.kesehatan,lingkungan dan keperawatan itu sendiri.
3.1.5.    Sains Keperawatan juga mencakup pendidikan, pelayanan dan riset keperawatan, dimana pendidikan digunakan sebagai landasan ilmu dalam mempraktikan ilmu-ilmu yang dimiliki di lahan praktik .Sebagai suatu profesi Keperawatan memiliki ilmu pengetahuan yang didapat melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan manfaatannya bagi manusia. Serta mendasari perawat dalam melihat, memikirkan, menyikapi, memilih dan memberi makna dari berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Teori-teori ilmu keperawatan sudah sejak lama diungkapkan oleh para ahli melalui berbagai sudut pandang mereka yang diperoleh dari fenomena-fenomena yang ditemukan saat mereka melakukan asuhan keperawatan. Dari pengalaman-pengalaman yang ada dalam lahan praktik munculah berbagai penelitian-penelitian yang dijadikan bahan riset. Hasil dari riset tersebut pada akhirnya bisa di aplikasikan kembali dalam pendidikan Hal ini menimbulkan lingkaran keterkaitan yang selalu berproses untuk menciptakan temuan temuan yang digunakan sebagai pengembangan sains keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014). Nursing theorist and their work. 8th ed. St. Louis: Elsevier Mosby.

Alligood, M.R. (2014). The nature of knowledge needed for nursing practice Nursing theory: Utilization & application.. St. Louis: Mosby . p. 3 – 10.

Asmadi (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.

Brockopp, D.Y.,& Tolsma, Marie T.H. (2003). Fundamentals of nursing research. 3rd ed. Usetts: Jones and Bartlett Publishers.

Creasia, J.L.,& Parker, B.J. (2007). Conceptual foundations the bridge to professional nursing Practice. 4th ed. St. Louis: Mosby Elsivier.

De Laune, Sue C., Ladner, K. Patricia. (2002). Fundamental of nursing: Standard and practice. 2nd ed. New York: Delmar.

Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge: Analysis and evaluation of nursing models and theories. 2nd ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Gaffar, Laode J. (1997). Pengantar keperawatan profesional. EGC: Jakarta.

Hood, Lucy J. (2014). Conceptual bases of professional nursing. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.

KBBI. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online - definisi kata. Potensi. Retrieved from http://kbbi.web.id/

Leddy, S., & Pepper, J.M. (1998). Conceptual bases of professional nursing. 4th ed. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.

Marriner, A., & Alligood, M. R. (2010). Nursing theorists and their works. 7th ed. St. Louis: Mosby Elsevier.

McEwen, M.,& Wills, E.M. (2007). Theoretical basis for nursing. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.

Peterson, S.J.,& Bredow, T.S. (2013). Middle range theories: Aplication to nursing research. 3rd ed. China: Library of Congress Catalonging-in-Publication Data.

Peterson. J &Bredow. T.S. (2009). Middle range theories: Application to nursing research.    2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins

PPNI. (2017). Pendidikan keperawatan. https://inna-ppni.or.id/pendidikan-keperawatan/. Diunduh tanggal 8 September 2017 pukul 13.30 WIB
Potter,P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of nursing. 7th ed. St. Louis, MO: Mosby Elsevier.

Potter, Patrecia A., & Anne Griffin. (2013). Fundamental of nursing. 8th ed. St. Louis: Elsevier Mosby.

Triwibowo. (2013). Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit. Jakarta: TIM.

Tomey, A.M.& Alligood, M. R. (2010). Nursing theorist and their works. 7th ed. St. Louis: Mosby Elsivier.