MANAJEMEN RESIKO PENANGKAPAN IKAN DI LAUT



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dilihat dari segi geografis, Indonesia didominasi oleh lautan sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan subsektor perikanan. Indonesia mempunyai potensi sumber daya kelautan (perikanan) yang melimpah, negeri ini memiliki peluang yang sangat besar untuk memulihkan perekonomian nasional, khususnya dengan bertumpu pada pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan secara tepat dan optimal. Hal itu didasarkan pada berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa permintaan akan hasil perikanan cenderung terus meningkat, baik untuk permintaan dari dalam maupun luar negeri. Kebutuhan ikan Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan mencapai minimal 9,5 juta ton. Peningkatan volume tersebut disebabkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus meningkat dari 24 kg menjadi 32 kg per kapita per tahun. Selain itu, target nilai ekspor kelautan dan perikanan pun meningkat dari 2 miliar dolar AS (2003) menjadi 5 miliar dolar AS di tahun 2006. Kebutuhan ini meningkat sangat pesat dibandingkan dengan tingkat konsumsi ikan pada tahun 2001 yang mencapai 4,6 juta ton atau ekuivalen dengan 22,4 kg / kapita / tahun (Anonim, 2009).
Perikanan adalah semua kegiatan yang terorganisir berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Umumnya, Perikanan ada untuk kepentingan penyediaan makanan bagi manusia, walaupun mungkin ada tujuan lain (seperti olahraga atau pemancingan yang berkaitan dengan rekreasi), mungkin juga memperoleh ikan untuk tujuan membuat perhiasan atau produk ikan seperti minyak ikan. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial atau bisnis) (Wikipedia, 2009).
Menurut Wikipedia (2009) penangkapan ikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkannya. Perikanan tangkap adalah usaha ekonomi dengan mendayagunakan sumber hayati perairan dan alat tangkap untuk menghasilkan ikan dan memenuhi permintaan akan ikan.
Perikanan tangkap Indonesia sangat khas dengan karakteristik multialat dan multispesies, tersebar di seluruh wilayah pendaratan. Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan antara usaha nelayan kecil, menengah, dan besar. Dalam melakukan usaha penangkap ikan dari tiga kelompok nelayan tersebut digunakan sekitar 15 s/d 25 jenis alat penangkap.
Keanekaragaman istilah dan definisi alat tangkap pancing yang berkembang di masyarakat nelayan, akan menimbulkan penafsiran yang berbeda dalam penamaan, sehingga diperlukan standard istilah dan definisi alat tangkap pancing. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2008) pancing prawai dasar merupakan pancing yang tersusun dari rangkaian tali yang dilengkapi dengan pemberat atau jangkar yang dioperasikan secara menetap. Penangkapan ikan laut dengan alat tangkap pancing prawai dasar (bottom long line) merupakan salah satu cara pemanfaatan potensi sumber daya kelautan.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Definisi
Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia neanderthal (neanderthal man)  telah melakukan kegiatan penangkapan, dengan menggunakan tangan kemudian profesi ini berkembang  dengan perlahan-lahan dengan menggunakan berbagai alat yang masih sangat tradisional yang terbuat dari bahan  seperti kayu, tulang, dan tanduk (Mallawa 2000).
Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebudayaan, manusia  mulai bisa membuat perahu yang sangat sederhana  seperti msampan dan rakit. Perahu yang tertua di Eropa dibuat sekitar 8.300 tahun yang lalu dengan panjang 3 meter berada di Netherland.
Setelah ditemukan mesin uap  (Steam engine) oleh James Watt pada tahun 1769 maka penagkapan ikan ikut berkembang . Mesin-mesin tersebut tidak hanya digunkan menggerakkan kapal, tetapi pada tahun 1860 mesin-mesin tersebut digunakan pula untuk menarik   berbagai jenis alat tangkap seperti jaring, long line (Sahrhange and Lundbeck, 1991).
Pada abad ke-20 dan memasuki abad ke-21 berbagai negar telah berlomba dalam melakukan modernisasi teknologi penangkapan. Beberapa negara Eropa seperti Polandai, belanda, Inggris, Swedia, Perancis, dan sebagainya merupakan contoh negara yang telah maju  dlam bidang penagkapan. Dim Asia, jepang merupakan negara yang sangat maju teknologi penangkapan  ikannya. Menurut FAO total hasil tangkapan negara ini  mencapai 12 juta ton atau 13% dari total tangkapan ikan dunia pada tahun 1988. Armada penangkpannya tidak hanya beroperasi di perairan Jepang tetapi sampai ke lautan pasifik, Samudera Indonesia, dan perairan lainnya. Untuk mencapai hal tersebut, jepang telah menggunakan  alat komunikasi dan pananganan hasil tangkap telah dibenahi dengan baik.
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Indonesia umumnya masih bersifat tradisional. Menurut Ayodhoa (1981) pendapat ini ada benarnya, tetapi juga ada ketidakbenarannya. Jika ditinjau dari segi teknik penangkapan,  yang digunakan oleh nelayan di tanah air  akan terlihat  bahwa telah banyak pemanfaatan tingkah laku ikan untuk tujuan penangkapan ikan yang telah digunakan.

B.   Alat Tangkap Ikan di Laut
Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang lingkungannya berbeda-beda, menimbulkan cara penangkapan termasuk penggunaan alat penangkap yang berbeda-beda pula. Adalah juga sifat dari ikan pelagis selalu berpindah-pindah tempat, baik terbatas hanya pada suatu daerah maupun berupa jarak jauh seperti ikan tuna dan cakalang yang melintsi perairan beberapa negara tetangga Indonesia.
Setiap usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan daerah penangkapan, gerombolan ikan, dan keadaan potensinya untuk kemudian dilakukan operasi penangkapannya. Beberapa cara untuk mendapatkan kawasan ikan sebelum penangkapan dilakukan menggunakan alat bantu penangkap yang biasa disebut rumpin dan sinar lampu. Kedudukan rumpon dan sinar lampu untuk usaha penangkapan ikan di perairan Indonesia sangat penting ditinjau dari segala aspek baik ekologi, biologi, maupun ekonomi. Rumpon digunakan pada siang hari sedangkan lampu digunakan pada malam hari untuk mengumpulkan ikan pada titik/tempat laut tertentu sebelum operasi penangkapan dilakukan dengan alat penangkap ikan seperti jarring.
Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan antara usaha nelayan kecil, menengah, dan besar. Dalam melakukan usaha penangkap ikan dari tiga kelompok nelayan tersebut digunakan sekitar 15 s/d 25 jenis alat penangkap yang dapat dibagi dalam empat kelompok sebagai berikut.

Kelompok Alat Tangkap Ikan Nelayan
No
Kelompok
Nama Alat Tangkap
1
Pukat
Payang termasuk lampara, Pukat pantai, Pukat cincin
2
Jaring
Jaring insang hanyut, Jaring insang lilngkar, Jaring klitik, Jaring trammel
3
Jaring Angkat
Bagan Perahu, Bangan Tancap, Bagan Rakit, Serok, Bondong dan banrong
4
Pancing
Rawi tuna, Rawai hanyut selain, Rawai tetap, Huhate, Pancing tonda, Pancing tangan-hand lin

Penjelasan Singkat tentang Alat Penangkap Ikan Laut
Pukat cincin harus berbentuk selembar jaring yang terdiri dari sayap dan pembentuk kantong. Keberhasilan pengoperasian pukat cincin dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu ketepatan melingkari gerombolan ikan, kecepatan tenggelam pemberat dan kecepatn penatikan tali kolor. Pengaturan jaring harus tepat dan cepat sehingga gerombolan atau kawanan ikan tidak punya kesempatan untuk keluar dari lingkaran jaring.
Payang mempunyai bentuk terdiri dari sayap, badan dan kantong, dua buah sayap yang terletak di sebelah kanan dan kiri badan payang, setiap sayap berukuran panjang 100-200 meter, bagian badan jaring sepanjang 36-65 meter dan bagian kantong terletak di belakang bagian badan payang yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan ikan adalah sepanjang 10-20 meter
Payang
Payang

Jaring insang hanyut yang digunakan harus mempunyai spesifikasi yang terdiri dari lima faktor utama, yaitu daya apung jaring harus lebih besar dari pada daya tenggelamnya, warna jaring yang baik adalah hijau sampai biru muda, benang yang digunakan adalah nylon benang ganda atau tunggal.
Besar mata jaring adalah 2,5-3,0 inci yang dipasang pada tali ris atas dengan koefisien pengikatan 30-40%

Jaring Insang Hanyut
Jaring insang hanyut

Jaring lampara mirip jaring payang yaitu terdiri dari sayap kiri dan kanan di samping kantong. Jaring tersebut dilengkapi dengan sebuah cincin dari besi berdiameter sekitar 2 meter. Kantong lampara lebih cenderung menggelumbung agar ikan pelagis kecil yang ditangkap tidak mudah mati (ikan umpan hidup)
Jaring angkat adalah jaring yang diturunkan di laut dan diangkat secara vertikal ke atas pada saat gerombolan ikan ada di atas jaring tersebut. Jaring angkat ditempatkan di beberapa jenis bagan di laut atau dioperasikan dari perahu kecil maapun langsung oleh para nekayan dekat pantai. Berdasarkan bentuk dan cara pengoperasian ada beberapa macam jaring angkat maupun jaring dorong, misalnya bagan tancap (stationary), bagan rakit, bagan perahu, kelong Betawi, serok, jaring rajungan dan kepiting, Bondong dan banrong. Pecak dan Anco, jaring dorong, sodo biasa, sodo perahu, sodo sangir, siru, siu, songko dan seser.
Dogol, cantrang, dapang, potol, payang alit bentuk alat penangkap tersebut mirip payang tetapi ukuran lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya ia menyerupai cicncin pukat (trawl), yaitu untuk menangkap ikan demersal dan udang.
Jaring Penggiring adalah jaring yang dioperasikan sedemikian rupa, yaitu dengan melakukan penggiringan atau menghalau ikan-ikan agar masuk jaring atau menggerakkan jaring itu sendiri dari tempat yang agak dalam ke tempat yang lebih dangkal untuk kemudian dilakukan penangkapan ikan. Jaring penggiring atau drive-innet dapat terdiri dari jaring sayap dan jaring kantong, dapat juga berbentuk segi tiga atau segi empat lengkap dengan jaringan kantong. Jenis-jenis drive in-net yang terkenal di Indonesia adalah :muroami, soma malalugis, jaring kalase, jaring klotok, jaring saden, pukat rarape, ambai, pukat rosa, dan talido.
Alat pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang terdapat pada tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekalli (beberapa ratus mata kail) tergantung dari jenis pancingnya. Selain dua komponen utama tali dan mata pancing, alat pancing dapat dilengkapi dengan komponen lainnya, misalnya tangkai (pole), pemberat, pelampung dan kili-kili (swivel). Pada umumnya mata pancing diberikan umpan baik dalam bentuk mati maupun hidup atau umpan tiruan. Banyak mavam alat pancing digunakan oleh para nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang digunakan untuk perikanan industri.
C.  Resiko pekerjaan pencari ikan
Untuk mencari ikan dilaut dibutuhkan waktu sampai berhari-hari  lamanya. Mencari ikan ditengah laut pada dasarnya bergelut menghadapi bahaya setiap hari seperti
a.       Gelombang besar
b.      Tenggelam
c.       Tersesat di tengah laut
d.      Nyawa sebagai taruhan
e.       Tidak mendapatkan ikan
D.  Manfaat mencari ikan
Para nelayan/pencari ikan memanfaatkan ikan yang didapat untuk dijual ke masyarakat atau tengkulak dah hasilnya untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk perbaikan kapal / perahu.


BAB VI
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Perikanan adalah semua kegiatan yang terorganisir berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Umumnya, Perikanan ada untuk kepentingan penyediaan makanan bagi manusia, walaupun mungkin ada tujuan lain (seperti olahraga atau pemancingan yang berkaitan dengan rekreasi), mungkin juga memperoleh ikan untuk tujuan membuat perhiasan atau produk ikan seperti minyak ikan. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial atau bisnis)
Di Indonesia saat ini, telah banyak dikembangkan metode penangkapan yang tidak merusak lingkungan (Anonim. 2006). Selain karena tuntutan dan kecaman dunia internasional yang akan memboikot ekspor dari negara yang sistem penangkapan ikannya masih merusak lingkungan, pemerintah juga telah berupaya untuk melaksanakan tata cara perikanan yang bertanggung jawab.
B. Saran
Diharapkan saran yang membangun untuk kemajuan makalah ini..
















Tidak ada komentar: