FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN JIWA




A.    Laporan Pendahuluan :
  1. Konsep dasar, terdiri dari :
·         Pengertian
·         Rentang respon
·         Faktor penyebab
·         Proses terjadinya
·         Mekanisme koping
·         Penatalaksanaan
·         Prinsip tindakan keperawatan
  1. Asuhan Keperawatan
a.       Pengkajian
    • Identitas
    • Alasan masuk
    • Faktor predisposisi
    • Fisik
    • Psikososial : konsep dijelaskan satu persatu
    • Hubungan sosial
    • Spiritual
    • Status mental : diuraikan satu persatu, sesuai dengan gejala penyakit yang mendukung kasus
    • Kebutuhan persiapan pulang
    • Mekanisme koping
    • Masalah psikososial
    • Pengetahuan
    • Aspek medis
b.      Daftar masalah (secara teoritis)
c.       Pohon masalah (ada sumber baku)
d.      Kemungkinan diagnosa keperawatan
e.       Rencana keperawatan (NCP) untuk masalah keperawatan utama saja
f.       Implementasi (dijelaskan secara teoritis)
g.      Evaluasi (dijelaskan secara teoritis)
  1. Daftar Pustaka
B.     Kasus
Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang meliputi :
  • Pengkajian sesuai dengan format pengkajian
  • Analisa data dari seluruh masalah yang muncul
  • Daftar masalah
  • Pohon masalah
  • Daftar diagnosa masalah keperawatan, sesuai prioritas berdasarkan pohon masalah
  • Rencana keperawatan minimal 3 diagnosa keperawatan utama
  • Catatan perkembangan

KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA

BAB 1
KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA

A. Pengertian Kesehatan Jiwa
1. A mind that grows and adjust, is in control and is free of stress. (Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius). (Rosdahl, Textbook of Basic Nursing, 1999: 58)
2. Sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan. (Stuart & Laraia, Principle and Practice Psychiatric Nursing, 1998) (Yahoda)
3. Fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain. (UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996)

B. Kriteria Sehat Jiwa Menurut Yahoda
1. Sikap positif terhadap diri sendiri
2. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
3. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)
4. Otonomi
5. Persefsi realitas
6. Environmental mastery (Kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan)

C. Rentang Sehat Jiwa
1. Dinamis bukan titik statis
2. Rentang dimulai dari sehat optimal mati
3. Ada tahap-tahap
4. Adanya variasi tiap individu
5. Menggambarkan kemampuan adaptasi
6. Berfungsi secara efektif sehat


D. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang merupakan perpaduan dan integrasi dari area teori-teori yang berbeda: ilmu-ilmu sosial, seperti psikologi dan sosiologi, ilmu-ilmu dasar seperti Anatomi, fisiologi, mikrobiologi, dan biokimia serta ilmu media tentang diagnose dan pengobatan terhadap penyakit.
Menurut Stuart Sundeen
Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi.

E. Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa
1. Peran dan fungsi keperawatan jiwa
2. Hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien
3. Konsep model keperawatan jiwa
4. Model stress dan adaptasi dalam keperawatan jiwa
5. Keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa
6. Keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa
7. Keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa
8. Keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa
9. Keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa
10. Penatalaksanaan proses keperawatan: dengan standar-standar keperawatan
11. Aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar profesional

BAB 2
TREND CURRENT ISSUE DAN KECENDERUNGAN
DALAM KEPERAWATAN JIWA

Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa trend penting yang menjadi perhatian dalam Keperawatan Jiwa di antaranya adalah masalah berikut :
- Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
- Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
- Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
- Kecenderungan situasi di era globalisasi
- Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
- Kecenderungan penyakit jiwa
- Meningkatnya post traumatik sindrom
- Meningkatnya masalah psikososial
- Trend bunuh diri pada anak
- Masalah AIDS dan Napza
- Pattern of parenting
- Presfektif life span history
- Kekerasan
- Masalah ekonomi dan kemiskinan
a. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala.

b. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi.



c. Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
Terjadinya perang, konflik, dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

d. Kecenderungan situasi di Era Globalisasi
Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antar Negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik.

e. Globalisasi dan Perubahan Orientasi Sehat
Globalisasi atau era pasar bebas disadari atau tidak telah berdampak pada pelayanan kesehatan.

f. Kecenderungan Penyakit
1. Meningkatnya post traumatic syndrome disorder
2. Meningkatnya masalah psikososial
3. Trend bunuh diri pada anak dan remaja
4. Masalah Napza dan HIV/AIDS

g. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri
1. Sekilas tentang Sejarah
2. Trend pelayanan keperawatan mental psikiatri di Era Globalisasi

h. Issue Seputar Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri
1. Pelayanan keperawatan mental psikiatri yang ada kurang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah hal ini karena masih kurangnya hasil-hasil riset keperawatan tentang keperawatan jiwa klinik.
2. Perawat psikiatri yang ada kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang bias diakui secara internasional.
3. Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman seringkali tidak jelas dalam “Position Description”, job responsibility dan system reward di dalam pelayanan keperawatan dimana mereka bekerja (Stuart Sudeen, 1998).
4. Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa keperawatan)

i. Bagaimana profesi keperawatan mental psikiatri di Indonesia menghadapinya?
a. Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa secara global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas (community based care) yang member penekanan pada preventif dan promotif.
b. Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan institusi pendidikan yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi keperawatan jiwa.
c. Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk melindungi konsumen, sudah saatnya ada “licence” bagi perawat yang bekerja di pelayanan.
d. Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan narasumber, yang dalam hal ini kita masih mengacu pada Negara-negara Barat terutama Amerika, maka perlu untuk menyaring konsep-konsep keperawatan mental psikiatri yang didapatkan dari luar.






BAB 3
KONSEP STRESS DAN ADAPTASI

A. Konsep Dasar Stress
1. Pengertian stress
Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin “stingere” yang berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, stresce, dan stress.
2. Model stress berdasarkan stimulus
3. Model stress berdasarkan respon
4. Model stress berdasarkan transaksional

B. Psikofisiologi Stress
Menurut Selye (1982) stress merupakan tanggapan non spesifik terhadap setiap tuntutan yang diberikan pada suatu organisme dan digambarkan sebagai GAS.
1. Penyebab stress dan stressor psikososial
Jenis stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Perkawinan
b. Problem orangtua
c. Hubungan interpersonal (Antarpribadi)
d. Pekerjaan
e. Lingkungan hidup
f. Keuangan
g. Hokum
h. Perkembangan
i. Penyakit fisik atau cidera
j. Faktor keluarga
k. Lain-lain



2. Tahapan stress
a. Stress tingkat I
b. Stress tingkat II
c. Stress tingkat III
d. Stress tingkat IV
e. Stress tingkat V
f. Stress tingkat VI



BAB 4
FAKTOR PENYEBAB DAN PROSES TERJADINYA
GANGGUAN JIWA

A. Skizofrenia sebagai bentuk gangguan jiwa
Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan The American Psychiatric Association/APA di Miami, Florida, Amerika Serikat, Mei 1995 lalu.

B. Faktor Penyebab Skizofrenia
Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain :
1. Faktor genetik
2. Virus
3. Auto antibody
4. Malnutrisi

C. Penyebab Umum Gangguan Jiwa
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh factor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik) atau organobiologis
2. Faktor –faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) atau sosiokultural
- Faktor keturunan
- Faktor konstitusi
- Cacat kongenital
- Perkembangan psikologik yang salah
- Deprivasi dini
- Pola keluarga yang petagonik
- Masa remaja
- Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah
- Genetika
- Neurobiological
- Biokimiawi tubuh
- Neurobehavioral
- Stress
- Penyalahgunaan obat-obatan
- Psikodinamik
- Sebab biologik
- Sebab psikologik
- Sebab sosio kultural

D. Proses Perjalanan Penyakit
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :
1) Fase Promodal;
- Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun
- Gangguan dapat berupa self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi.
2) Fase Residual;
- Klien mengalami minimal 2 gejala: gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.




BAB 5
TANDA GEJALA GANGGUAN JIWA

A. Gangguan Kognisi
Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya seseorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal).
Proses kognisi meliputi :
- Sensasi dan persepsi
- Perhatian
- Ingatan
- Asosiasi
- Pertimbangan
- Pikiran
- Kesadaran

B. Gangguan Perhatian
Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsang.

C. Gangguan Ingatan
Ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan, memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran.

D. Gangguan Asosiasi
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon/konsep lain, yang memang sebelumnya berkaitan dengannya.

E. Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk membandingkan/ menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas.
F. Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan seseorang.

G. Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya melalui pancaindera dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.

H. Gangguan Kemauan
Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan dipertimbangkan untuk kemudian diputuskan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan.

I. Gangguan Emosi dan Afek
Emosi aalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologik.

J. Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.

BAB 6
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN
ALAM PERASAAN

A. Pengertian Mood
Perasaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam waktu yang lama. Misalnya seseorang yang sedih, malas untuk berkomunikasi, makan, bekerja, dan sebagainya.

B. Rentang Respon Emosi

Emotional Responsive Reaksi kehilangan yang wajar Supresi Supresi reaksi kehilangan yang memanjang Mania atau depresi

Rentang respon emosi bergerak dari emotional responsive sampai mania/ depresi dengan cirri-ciri sebagai berikut :
• Responsive
• Reaksi kehilangan yang wajar
• Supresi
• Depresi

C. Tipe Gangguan Alam Perasaan
Secara garis besar tipe gangguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mood episode, depressive disorder, dan bipolar disorders.

D. Faktor Predisposisi Gangguan Mood
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
1. Genetic factor
2. Aggression turned inward theory
3. Object loss theory
4. Personality organization theory
5. Cognitive model
6. Learned helplessness model
7. Behavioral model
8. Biological model
9. Masalah dalam bounding and attachment dan genetic

E. Gejala Gangguan Mood Depresi
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Gejala lain yang sering menyertai gangguan mood adalah:
- Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun
- Nafsu makan dan berat badan menurun
- Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan) disertai mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misal mimpi orang yang sudah meninggal.
- Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan motorik)
- Hilang perasaan senang, semangat, dan minat, meninggalkan hobi.
- Kreativitas dan produktivitas menurun
- Gangguan seksual (libido menurun)
- Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri




BAB 7
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
POST PARTUM BLUES

A. Pengertian
Post Partum Blues merupakan Depresi yang terjadi setelah melahirkan (Post-Partum).

B. Tanda dan Gejala
Klien yang menderita post partum blues akan menunjukkan kesedihan mendalam, sering menangis, insomnia (susah tidur) atau tidur tidak nyenyak, mudah tersinggung, kehilangan minat terhadap bayi, kurang berminat terhadap kegiatan rutin sehari. Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas.

C. Faktor Penyebab
- Masalah dalam pernikahan
- Kemiskinan atau tidak adanya dukungan sosial dari keluarga
- Adanya stress atau kejadian buruk selama masa kehamilan seperti kematian orang tua, atau orang terdekat atau perpindahan ke tempat baru, atau gangguan alam perasaan.
- Pengalaman melahirkan yang bersifat traumatis
Kelainan fisik yang dapat menyebabkan depresi :
1. Efek samping obat-obatan
2. Infeksi
3. Kelainan hormonal
4. Penyakit jaringan ikat
5. Kelainan neurologis
6. Kelainan gizi
7. Kanker



BAB 8
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
EKSPRESI MARAH

A. KonsepMarah
1. Pengertian
Kemarahan (anger) adalah suatu emosi yang terentang mulai dari iritabilitas sampai agresivitas yang dialami oleh semua orang. Biasanya, kemarahan adalah reaksi terhadap stimulus yang tidak menyenangkan atau mengancam (Widjaya Kusuma, 1992:423).
Kemarahan menurut Stuart dan Sunden (1987 : 363) adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Budi Ana Keliat, 1996:5)

2. Rentang Respon Kemarahan
Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif (lihat gambar berikut).

Respon adaptif Respons maladaptif

Pernyataan
(assertion) Frustasi Pasif Agresif Ngamuk

3. Proses Kemarahan
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu :
1) Mengungkapkan secara verbal
2) Menekan; dan
3) Menantang



B. Peran Perawat pada Klien Marah
1. Pengkajian
2. Diagnose keperawatan
3. Intervensi dan implementasi keperawatan
4. Evaluasi
5. Fungsi positif marah
6. Respon perawat terhadap kemarahan klien

BAB 9
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
PERILAKU MENCEDERAI DIRI

A. Konsep Bunuh Diri
1. Pengertian bunuh diri
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan akibatnya yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat.
2. Trend bunuh diri pada anak dan remaja
Bunuh diri sebagai masalah dunia
Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam.
3. Faktor yang berkontribusi pada anak dan remaja
4. Stressor pencetus secara umum
5. Faktor yang mempengaruhi bunuh diri
- Faktor mood dan biokimiawi otak
- Faktor riwayat gangguan mental
- Faktor meniru, imitasi, dan pembelajaran
- Faktor isolasi sosial dan human relations
- Faktor hilangnya perasaan aman dan ancaman kebutuhan dasar
- Faktor religiusitas
6. Rentang respon
7. Jenis bunuh diri
Ada tiga jenis bunuh diri yang bisa diidentifikasi, yakni bunuh diri anomik, altruistik, dan egoistik.
8. Terapi lingkungan pada kondisi khusus bunuh diri (Suicide)
Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain, alat-alat medis, obat-obatan dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci.


B. Peran Perawat dalam Perilaku Mencederai Diri
 Pengkajian
Ø
 Diagnoga keperawatan
Ø
Ø Intervensi dan rasional
 Intervensi klien bunuh diri
Ø



BAB 10
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
PERILAKU KEKERASAN

A. Konsep Perilaku Kekerasan
1. Pengertian perilaku kekerasan
Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah.

2. Rentang respon marah
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.

3. Faktor predisposisi
- Faktor psikologis
- Faktor sosial budaya
- Faktor biologis
- Faktor presipitasi

B. Peran Perawat dalam Perilaku Kekerasan
Asuhan keperawatan
Pengkajian
• Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan klien.


• Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah yang tepat.
• Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat :
- Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang
- Mengatakan ‘tidak’ untuk sesuatu yang tidak beralasan
- Sanggup melakukan complain
- Mengekspresikan penghargaan dengan tepat
• Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif :
- Bersikap tenang
- Bicara lembut
- Bicara tidak dengan cara menghakimi
- Bicara netral dan dengan cara yang konkrit
- Tunjukkan respek pada klien
- Hindari intensitas kontak mata langsung
- Demonstrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan
- Fasilitasi pembicaraan klien
- Dengarkan klien
- Jangan terburu-buru yang tidak dapat perawat tepati
• Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas.
• Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar, dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan.
• Psikofarmakologi
Antianxiety dan sedative-hipnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.


• Managemen krisis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi yang lebih aktif.
• Seclusion
- Pengkajian fisik
- Pengekangan dengan sprei basah atau dingin
- Restrains
- Isolasi
- Kontraindikasi
- Evaluasi

BAB 11
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
PENYALAHGUNAAN NAPZA

A. Rentang Respon Gangguan Penggunaan Zat Adiktif
Rentang respon gangguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai yang berat.
Respon adaptif Respon maladaptif

Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan Ketergantungan

B. Pengenalan Zat Adiktif
Zat adiktif : suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan.

C. Beberapa Faktor Pendukung Terjadinya Gangguan Penggunaan NAPZA
1. Faktor biologis
- Genetik (tendensi keturunan)
- Metabolik
- Infeksi pada organ otak
2. Faktor psikologis
- Tipe kepribadian
- Harga diri yang rendah
- Disfungsi keluarga
- Individu yang mempunyai perasaan tidak aman
- Cara pemecahan masalah individu yang menyimpang
- Individu yang mengalami krisis identitas dan kecenderungan untuk mempraktikkan homoseksual, krisis identitas.
- Rasa bermusuhan dengan keluarga atau dengan orantua.
3. Faktor sosial Cultural
- Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan zat seperti tembakau, nikotin, ganja, dan alkohol.
- Norma kebudayaan pada suku bangsa tertentu, menggunakan halusinogen atau alkohol untuk upacara adat dan keagamaan.
- Lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya banyak mengedarkan dan menggunakan zat adiktif.
- Persefsi dan penerimaan masyarakat terhadap penggunaan zat adiktif
- Remaja yang lari dari rumah
- Penyimpangan seksual pada usia dini
- Perilaku tindak kriminal pada usia dini, misalnya mencuri, merampok dalam komunitas.
- Kehidupan beragama yang kurang


BAB 12
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
KEHILANGAN DAN BERDUKA (LOSS AND GRIEF)

A. Definisi
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.

B. Proses Kehilangan
1. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna positif – melakukan kompensasi dengan kegiatan positif – perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman)
2. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi – diekpresikan ke dalam diri – muncul gejala sakit fisik.
3. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi – diekspresikan ke luar diri individu – kompensasi dengan perilaku konstruktif – perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman)
4. Stressor internal dan eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi makna - merasa tidak brdaya – marah dan berlaku agresi diekspresikan ke luar diri individu – kompensasi dengan perilaku destruktif – merasa bersalah – ketidakberdayaan.

C. Fase-Fase Kehilangan
1. Fase peningkatan (denial)
2. Fase marah (anger)
3. Fase tawar menawar (bargaining)
4. Fase depresi (depression)
5. Fase penerimaan (acceptance)


BAB 13
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
MASALAH PSIKOSEKSUAL

A. Pengertian Psikoseksual
Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badaniah. Psikologik dan kebudayaan yang berhubungan langsung dengan seks dan hubungan seks manusia.
Kita membedakan beberapa pengertian yang berkaitan dengan psikoseksual yang meliputi :
1) Sexual identity (identitas kelamin)
2) Gender identity (identitas jenis kelamin)
3) Gender role behavior (perilaku peranan jenis kelamin)

B. Teori Psikoseksual
1) Menurut teori Libido Freud
2) Teori interpersonal
3) Teori biologis
4) Teori psikoanalitik

C. Seksualitas Normal dan Penyesuaian Seks yang Sehat
Normal dalam hal ini diartikan sehat atau tidak patologik dalam hal fungsi keseluruhan.

D. Tingkatan Respon Faaliyah Seksual
1) Tingkat I (perangsangan)
2) Tingkat 2 (dataran)
3) Tingkat 3 (orgasme)
4) Tingkat 4 (resolusi)

E. Organ Seksualitas
Klitoris merupakan organ seksualitas utama pada wanita di samping vagina, labia, putting susu dan mulut.


F. Dorongan Seksual dan Transmutasi Seksual
Dorongan seksual, seperti dorongan lain pada manusia, merupakan kejadian yang normal dan netral.

G. Disfungsi Seksual
Disfungsi seksual adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami suatu perubahan dalam fungsi seksual yang digambarkan sebagai ketidakpuasan, merasa tidak dihargai, tidak adekuat.

H. Deviasi Seksual dan Seksual Abnormal
Deviasi seksual adalah gangguan arah tujuan seksual.

I. Faktor Predisposisi Penyimpangan Seksual
1. Faktor biologis
2. Faktor psikososial
3. Pandangan psikoanalitis
Disini kita melihat fase-fase psikoseksual yang pasti dilalui setiap individu sesuai dengan tahap perkembangannya. Fase-fase tersebut adalah :
a. Fase oral/mulut (0-18 bulan)
b. Fase anal (1 ½ - 3 tahun)
c. Fase uretral
d. Fase phallus (3-5 tahun)
e. Fase latensi (5/6 tahun 11/13 tahun)
f. Fase genital (11/13 tahun – 18 tahun)
4. Pandangan perilaku
Perspektif ini memandang perilaku seksual sebagai suatu respon yang dapat diukur dengan komponen fisiologis maupun psikologis terhadap stimulus yang dipelajari atau kejadian yang mendukung.

J. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi spesifik meliputi :
1. Penyakit fisik dan emosional
2. Efek samping dari pengobatan
3. Kecelakaan atau pembedahan
4. Perubahan karena proses penuaan
BAB 14
TERAPI MODALITAS

I. TERAPI KOGNISI
A. Konsep Gangguan Kognisi
Secara garis besar gejala gangguan jiwa dikelompokkan menjadi empat kelompok besar.
Gangguan Kognisi adalah adanya masalah dalam proses mental yang dengannya seseorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal).

1. Pengertian Cognitive Behavioral Therapy
Cognitive behavioral therapy : Apikasi dari berbagai variasi teori belajar dalam kehidupan. Tujuannya adalah untuk menolong seseorang keluar dari kesulitannya dalam berbagai bidang kehidupan dan pengalaman.

B. Peran Perawat Jiwa dalam Kognitif Terapi
Secara umum kognitif terapi meliputi beberapa teknik dengan tujuan sebagai berikut :
- Meningkatkan aktivitas yang diharapkan (increasing activity)
- Menurunkan perilaku yang tidak dikehendaki (reducing unwanted behavior)
- Meningkatkan rekreasi (increasing pleasure)
- Meningkatkan dan memberi kesempatan dalam kemampuan sosial (enchancing social skill)
1. Teknik restrukturisasi kognisi (Rectucturing Cognitive)
Perawat berupaya untuk memfasilitasi klien dalam melakukan pengamatan terhadap pemikiran dan perasaan yang muncul.
2. Teknik penemuan fakta-fakta (Questioning the evidence)
3. Teknik penemuan alternatif (Examing Alternative)
Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak adanya alternative pemecahan lagi.

4. Dekatastropik (Decatastrophizing)
Teknik dekatastropik dikenal juga dengan teknik bila dan apa (the what-if then).
5. Reframing
Reframing adalah strategi dalam berubah persepsi klien terhadap situasi atau perilaku.
6. Thought Stopping
Kesalahan berpikir seringkali menimbulkan dampak seperti bola salju bagi klien.
7. Learning New Behavior with Modeling
Modeling adalah strategi untuk merubah perilaku baru dalam meningkatkan kemampuan dan mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima.
8. Membentuk pola (Shaping)
Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang diberikan reinforcement.
9. Token Economy
Token economy adalah bentuk reinforcement positif yang sering digunakan pada kelompok anak-anak atau klien yang mengalami masalah psikiatrik.
10. Role Play
Role play memungkinkan klien untuk belajar menganalisa perilaku salahnya melalui kegiatan sandiwara yang bisa dievaluasi oleh klien dengan memanfaatkan alur cerita dan perilaku orang lain.
11. Social Skill Trining
Teknik yang didasari oleh sebuah keyakinan bahwa keterampilan apapun diperoleh sebagai hasil belajar. Beberapa prinsip untuk memperoleh baru bagi klien adalah :
- Bimbingan
- Demonstrasi
- Praktik
- Feedback
12. Aversion Therapy
Aversion therapy bertujuan untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk klien dengan cara mengaversikan kegiatan buruk tersebut dengan sesuatu yang tidak disukai.

13. Contingency Contracting
Contingency contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat antara therapist dalam hal ini perawat jiwa dengan klien.

II. LOGOTERAPI
A. Konsep Logoterapi
B. Peran Perawat dalam Logoterapi
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang merupakan perpaduan dan integrasi dari area teori-teori yang berbeda: Ilmu-ilmu sosial, seperti psikologi dan sosiologi, ilmu-ilmu dasar seperti anatomy, fisiologi, mikrobilogi, dan biokimia serta ilmu medis tentang diagnose dan pengobatan terhadap penyakit.

III. TERAPI KELUARGA
A. Konsep Terapi Keluarga
B. Peran perawat dalam terapi keluarga

IV. TERAPI LINGKUNGAN
A. Konsep terapi lingkungan
B. Peranan perawat dalam terapi lingkungan

V. TERAPI PSIKORELIGIUS
A. Pendahuluan
B. Religius sebagai kebutuhan dasar dan God Spot pada otak manusia
C. Riset epidemologis, korelasi antara kesehatan dan religiusitas
D. Riset religiusitas pada klien jiwa
E. Pendapat para ahli ilmu jiwa
F. Pandangan beberapa ahli ilmu jiwa
G. Pengaruh do’a terhadap penyakit kejiwaan
H. Penerapan psikoreligius terapi di Rumah Sakit Jiwa
I. Kaitan antara shalat dengan ilmu keperawatan


VI. TERAPI KELOMPOK
a. Tujuan terapi kelompok
b. Sasaran dan keanggotaan
c. Mekanisme dalam terapi kelompok
d. Pelaksanaan terapi kelompok

VII. PROGRAM PERENCANAAN PULANG
a. Pengertian
b. Tujuan dan prinsip
c. Jenis-jenis pemulangan pasien
d. Standar keperawatan perencanaan pulang


DAFTAR ISI

BAB I
KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA 1
A. Pengertian kesehatan jiwa 1
B. Kriteria sehat jiwa 1
C. Pengertian keperawatan kesehatan jiwa 1
D. Tentang sehat jiwa 2
E. Prinsip-prinsip keperawatan kesehatan jiwa 2

BAB II
TREND CURRENT ISSUE DAN KECENDERUNGAN DALAM KEPERAWATAN JIWA 3

BAB III
KONSEP STRESS DAN ADAPTASI 6
A. Konsep dasar stress 6
B. Psikofisiologi stress 6

BAB IV
FAKTOR PENYEBAB DAN PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA
A. Skizofrenia sebagai bentuk gangguan jiwa 8
B. Faktor penyebab skizofrenia 8
C. Penyebab umum gangguan jiwa 8
BAB V
TANDA GEJALA GANGGUAN JIWA 10
A. Gangguan Kognisi 10
B. Gangguan Perhatian 10
C. Gangguan ingatan 10
D. Gangguan asosiasi 10
E. Gangguan pertimbangan 10
F. Gangguan pikiran 11
G. Gangguan kesadaran 11
H. Gangguan kemauan 11
I. Gangguan emosi dan efek 11
J. Gangguan Psikomotor 11
BAB VI
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN ALAM
PERASAAN 12
A. Pengertian Mood 12
B. Rentang respon emosi 12
C. Tipe gangguan alam perasaan 12
D. Faktor predisposisi gangguan mood 12
E. Gejala gangguan mood depresi 13
BAB VII
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM BLUES 14
A. Pengertian 14
B. Tanda dan Gejala 14
C. Faktor penyebab 14
BAB VIII
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EKSPRESI MARAH 15
A. Konsep Marah 15
B. Peran perawat pada klien marah 16
BAB IX
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PRILAKU
MENCEDERAI DIRI 17
A. Konsep bunuh diri 17
B. Peran perawat dalam perilaku mencederai diri 18
BAB X
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN 19
A. Konsep perilaku kekerasan 19
B. Peran perawat dalam perilaku kekerasan 19

BAB XI
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PENYALAHGUNAAN NAPZA 22
A. Rentang respon gangguan penggunaan zat adiktif 22
B. Pengenalan zat adiktif 22
C. Faktor pendukung terjadinya gangguan penggunaan NAPZA 22
BAB XII
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA 24
A. Definisi 24
B. Proses kehilangan 24
C. Fase-fase kehilangan 24
BAB XIII
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH
PSIKOSEKSUAL 25
A. Pengertian psikoseksual 25
B. Teori psikoseksual 25
C. Seksualitas normal 25
D. Tingkatan respon 25
E. Organ seksualitas 25
F. Dorongan seksual 26
G. Disfungsi seksual 26
H. Defisiasi seksual 26
I. Faktor predispon penyimpangan seksual 26
J. Faktor Presipitasi 26
BAB XIV
TERAPI MORALITAS 27
1. Terapi Kognisi 27
2. Terapi logo terapi 29
3. Terapi keluarga 29
4. Terapi lingkungan 29
5. Terapi psikoreligius 29
6. Terapi kelompok 30
7. Program perencanaan pulang 30

1.1 PENGERTIAN      
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
:
Kesehatan jiwa meliputi
· Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
· Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
· Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.


Beberapa pengertian manusia:
  • Individu yang holistik: terdiri dari jasmani dan ‘rohani’.
  • Terdiri dari komponen jasmani, akal, jiwa dan qalbu (ruh)
  • Struktur jiwa manusia terdiri dari id (insting-prinsip kepuasan), ego (kesadaran realitas-prinsip realitas), super ego/ moralitas-prinsip moralitas (Teori Freud)

________________________________________________________________

1.2 KRITERIA SEHAT MENTAL MENURUT YAHODA
  • Sikap positif terhadap diri sendiri
  • Tumbuh, berkembang dan aktualisasi
  • Integrasi : Masa lalu dan sekarang
  • Otonomi dalam pengambilan kupusan
  • Persepsi sesuai kenyataan
  • Menguasai lingkungan : mampu beradaptasi
___________________________________________________________

1.3 RENTANG SEHAT JIWA


  1. Dinamis bukan titik statis
  2. Rentang dimulai dari sehat optimal – mati
  3. Ada tahap-tahap
  4. Adanya variasi tiap individu
  5. Menggambarkan kemampuan adaptasi
  6. Berfungsi secara efektif : sehat

_____________________________________________________




a. Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
b. Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
  • Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
  • Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
  • Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
  • Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik.
Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving).
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat.
a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.

Bagi Klien
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).
c. Terhindar dari malpraktik.

Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik keperawatan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan, keharmonisan fungsi jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan merasa bahagia. Sehat secara utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan pribadi yang dapat dijelaskan sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik dan fungsi fisiologis, kepadanan, dan efisiensinya.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk menilai berbagai derajat kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang, kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah tidak merasa tertekan/ depresi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, dan sosial individu secara optimal, dan selaras dengan perkembangan dengan orang lain.

Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi secara adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai status sehat sosial yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan dasar yang sesuai dengan peran seseorang.
Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya secara efektif dan adekuat dari ketiga aspek tersebut di atas, menekankan pada kemungkinan kemampuan, sumber daya, bakat dan talenta internal seseorang, yang mungkin tidak dapat/ akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang biasa.
Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum atau pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa di dalam diri seseorang terdapat potensi dan kemampuan untuk memenuhi dan menyelesaikan dimensi lain dari dirinya, hal yang tidak bersifat instrumental, dan yang memungkinkan perkembangan optimal seseorang. Indikator minimal dari kesehatan pribadi adalah ada minat yang nyata terhadap aktivitas dan pengalaman yang memungkinkan seseorang untuk menembus keadaan “status quo”.
Psikiatri dan kesehatan jiwa Indonesia menggunakan pendekatan elektik-holistik yang melihat manusia dan perilakunya baik dalam keadaan sehat maupun sakit, sebagai kesatuan yang utuh dari unsur-unsur organo-biologis (bio-sistem), psiko edukatif/ psikodinamik (psiko-sistem), dan sosio-kultural (sosio-sistem).
Pendekatan ini berarti bahwa kita harus dapat melihat kondisi manusia dan perilakunya, baik dalam kondisi sehat maupun sakit, secara terinci “detail” dalam ketiga aspek tersebut di atas (ekletik), tetapi menyadari bahwa ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai satu sistem (holistik).

Jadi jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor psikologis dan sosial atau psikososial di samping faktor biologis di dalam melaksanakan upaya kesehatan.

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak membahayakan.
Hal itu harus dihindari karena :
  • Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta.
  • Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam mengendalikan kehidupannya lebih mungkin tercapai.
  • Dengan berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap pelakunya.
Peran dan Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA mendefiniskan keperawatan kesehatan jiwa sebagai Suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan pengunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan.
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasari praktik keperawatan.

Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan. Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat.

2. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health (APRN-PMH)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.

3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional
Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa masyarakat, unit psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan praktik pribadi. Namun, dengan adanya reformasi perawatan kesehatan, timbul suatu tatanan alternatif sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa.

Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis terintegrasi yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau terapi harian, perawatan residetial, perawatan di rumah, dan asuhan rawat jalan.
Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group home, hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan, shelter, nursing home, klinik perawatan utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas managed care, dan organisasi pemeliharaan kesehatan.

Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
(1) Aktivitas asuhan langsung
(2) Aktivitas komunikasi
(3) Aktivitas penatalaksanaan

Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat ditunjukkan dalam domain praktik yang tumpang tindih ini.Berbagai aktivitas perawat jiwa dalam tiap-tiap domain dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan yang kompeten oleh perawat jiwa walaupun tidak semua perawat berperan serta pada semua aktivitas.

Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:

  1. Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.
  2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga yang mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan sakit.
  3. Berperan serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi, mengakses, menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan perbaikan bagi individu dan keluarga.
  4. Memberikan pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan kelompok untuk menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas termasuk pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan sistem sosial yang paling tepat.
  5. Meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh gangguan jiwa melalui penyuluhan dan konseling.
  6. Memberikan asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah psiokologis dan pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik.
  7. Mengelola dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga,staf, dan pembuat kebijakan.
____________________________________________________________________________


1. 5 PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

  • Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan jiwa : yang kompeten).
  • Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien).
  • Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
  • Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan jiwa).
  • Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa).
  • Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa).
  • Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa).
  • Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa).
  • Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa).
  • Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
  • Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).
__________________________________________________________________________________

1.6 PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


Menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik
Pencegahan primer
Penanganan multidisiplin
Spesialisasi keperawatan jiwa
DULU :
Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmNf9SXTstwaQhKqTmYnnl4XWXGlyM6kRtXMX6qQttQo1iDN3XhC7j3qA3tvEZhkv8uLjvpWZ5v2FBlqirC6r-gtCKkDg1roOPaHwTJlDQpbjveHosQGPU69kFoJ_caK3vHyG66FDfPVw/s200/pasung.jpeg

SEKARANG :
-
Meningkatkan Iptek
-
Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
-
Perlu pemahaman tentang human right
-
Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen.
______________________________________________________________________

1.7 KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA




Tabel 1

Model

View of behavioral deviation


Therapeutic process

Roles of a patient & therapist


Psychoanalytical
(freud, Erickson)
Ego tidak mampu mengontrol ansietas, konflik tidak selesai

Asosiasi bebas & analisa mimpi
Transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu
Klien: mengungkapkan semua pikiran & mimpi
Terapist : menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien

Interpersonal
(Sullivan, peplau)
Ansietas timbul & dialami secara interpersonal, basic fear is fear of rejection

Build feeling security
Trusting relationship & interpersonal satisfaction
Patient: share anxieties
Therapist : use empathy & relationship

Social
(caplan,szasz)
Social & environmental factors create stress, which cause anxiety &symptom

Environment manipulation & social support
Pasien: menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
Terapist: menggali system social klien

Existensial
(Ellis, Rogers)
Individu gagal menemukan dan menerima diri sendiri

Experience in relationship, conducted in group
Encouraged to accept self & control behavior
Klien: berperan serta dalam pengalaman yang berarti untuk mempelajari diri
Terapist: memperluas kesadaran diri klien

Supportive Therapy
(Wermon,Rockland)
Faktor biopsikososial & respon maladaptive saat ini

Menguatkan respon koping adaptif
Klien: terlibat dalam identifikasi coping
Terapist: hubungan yang hangta dan empatik

Medical
(Meyer,Kreaplin)
Combination from physiological, genetic, environmental & social

Pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik & teknik interpersonal
Klien: menjalani prosedur diagnostic & terapi jangka panjang
Terapist : Therapy, Repport effects,Diagnose illness, Therapeutic Approach

Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam 6 model yaitu:
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).

2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.

3. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

4. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.

5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.

6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.

_________________________________________________________________

1.8 PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA
  • Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
  • Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
  • Berperan serta dlm pengelolaan kasus
  • Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit mental - penyuluhan dan konseling
  • Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
  • Memberikan pedoman pelayana kesehatan
___________________________________________



1.9 ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA ( COMPETENT OF CARING )

  • Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
  • Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
  • Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi, koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.
  • Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
  • Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
  • Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.
  • Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.

Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.