MATERI INFEKSI PERNAPASAN AKUT




A.    Defenisi ISPA
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah, dimana infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumonia bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian karena infeksi bisa menyerang selaput otak (Widoyono, 2005).
ISPA adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring trakea, bronchi dan alveoli Kemungkinan yang terjadi adalah dikarenakan infeksi saluran pernafasan, yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan pernafasan mereka, tidak hanya pada masa tumbuh kembang namun juga dapat berpengaruh hingga dewasa, karena penyakit-penyakit saluran pernapasan pada bayi dan anak-anak mempunyai kemungkinan menyebabkan kecacatan pada masa dewasa dikarenakan virus masuk ke paru dan merusak organ disana dan susah untuk di sembuhkan (Sutanto dan Hariwijaya, 2006).
B.     Macam-Macam ISPA
Menurut (Widoyono, 2005) Klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari :
a.       Bukan pneumonia/ISPA ringan
Pasien dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kearah dalam, tidak ada gangguan tidur, dahak/sputum encer, nafsu makan menurun/anoreksia serta suhu tubuh 37 s/d < 38 oC.

b.      Pneumonia/ISPA sedang
Didasarkan pada adanya batuk, dahak/sputum mulai kental, suhu tubuh 38 oC, tidak mau makan, sakit pada kerongkongan saat menelan, kadang sesak napas, dimana frekuensi nafas cepat pada anak berusia dua bulan sampai < 1 tahun adalah > 50 kali per menit dan untuk anak usia 1 sampai < 5 tahun adalah > 40 kali per menit dan untuk > 5 tahun sampai dewasa > 30 kali per menit seta kesulitan bernapas ditandai dengan adanya penggunaan oto bantu pernapasan.
c.       Pneumonia berat/ISPA berat
Gejala pneumonia/ISPA sedang ditambah dengan gejala panas tinggi (suhu tubuh > 38 oC), napas berbunyi, kadang disertai penurunan kesadaran dan perubahan bunyi suara (stridor).
C.    Penyebab ISPA
Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan adalah virus. Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis, fharingitis, tonsillitis  dan laryngitis (Sutanto dan Hariwijaya, 2006).
Sedangkan menurut (widoyono, 2005) penyebab ISPA terdiri dari :
a. Bakteri
:
Diplococcus pneumuniae, Pneumococcus, Strepcoccus pyogenes, Staphylococcus aureu, haemophilus influenza, dan lai-lain.
b. Virus
:
Influenza, adenovirus, sitomegalovirus.
c. Jamur
:
Aspergilus sp, Candida albican, Histoplasma, dan lain-lain.
d. Aspirasi
:
Makanan, asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak (BBM) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing misalnya biji-bijian, mainan plastic kecil dan lain-lain.
D.    Cara Penularan ISPA
1.      Penularan ISPA biasanya melalui medium kontak langsung seperti air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman terhirup oleh orang sehat
2.      Asupan gizi dan nutrisi tubuh yang kurang
3.      Lemahnya sel imun tubuh terhadap kuman penyakit sehingga kuman bebas masuk dan melakukan peradangan pada organ tubuh
4.      Tempat tinggal dan lingkungan sekitar yang tidak sehat, dimana telah tercemar oleh kuman penyakit baik dari udara maupun air serta makanan.
E.     Tanda dan Gejala ISPA
a.       Demam
Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh mencapai > 37 oC
b.      Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Batuk bisa disetai dahak(sputum) dengan konsentasi encer hingga kental
c.       Sakit pada kerongkongan
Hal ini menandakan adanya peradangan/inflamasi pada kerongkongan, pasien akan merasakan nyeri saat menelan serta perubahan suara
d.      Meningismus
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski

e.       Anorexia.
Biasa terjadi pada semua yang mengalami sakit, dimana akan menjadi susah makan dan bahkan tidak mau minum. Pada anak akan menjadi rewel dan sering menanggis (Whaley and Wong; 1991; 1419)
F.     Akibat Lanjut ISPA
1.      Infeksi pada paru
Kuman penyebab ISPA akan masuk lebih dalam kesaluran pernapasan yaitu bronkus dan alveoli sehingga menginfeksi bronkus dan alveoli sehingga pesien akan sulit bernapas kerena adanya sumbatan jalan napas oleh penumpukan secret hasil produksi kuman pada rongga paru.
2.      Infeksi selaput otak
Kuman juga mampu menjangkau selaput otak sehingga menginfeksi selaput otak dengan menumpukan cairan yang mampu berakibat meningitis.
3.      Penurunan Kesadaran
Infeksi dan penumpukan cairan pada selaput otak menyebabkan terhambatnya suplay oksigen dan darah ke otak
4.      Kematian
Penangganan yang lama dan tidak tepat pada pasien ISPA mampu memperlambat dan merusak seluruh fungsi tubuh oleh kuman sehingga pasien akan mengalami henti napas dan henti jantung
G.    Pencegahan
Pencegahan infeksi saluran pernafasan atas dapat dilakukan sendiri dengan :
1.      Menjaga keadaan gizi anggota keluarga agar tetap baik dan memberikan ASI eksklusif pada bayi
2.      Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah raga teratur
3.      Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya
4.      Melakukan imunisasi pada anak anda
5.      Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA
6.      Hindari menyentuh mulut atau hidung flu
7.      Apabila sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak menulari anak atau anggota keluarga lainnya
8.      Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan/rumah
H.    Penatalaksanaan
Perawatan ini dapat di lakukan sendiri oleh orangtua untuk mengatasi anggota keluarga yang menggalami ISPA
1.      Mengatasi panas atau demam
Demam dapat di tangani dengan memberikan obat penurun demam atau kompres
2.      Mengatasi batuk
Disarankan untuk memberikan obat tradisional yang bisa di buat sendiri, yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampurkan dengan madu atau kecap ½ sendok teh. Ramuan ini diberikan 3x sehari
3.      Makanan
Berikan makanan dengan kualitas gizi cukup, sedikit–sedikit tapi di ulangi lebih sering daripada biasa. ASI pada bayi tetap di berikan
4.      Minuman
Berikan cairan berupa air putih hangat, buah lebih banyak dari biasanya untuk mengencerkan dahak dan menambah cairan bagi yang kekurangan cairan
5.      Gaya hidup
·         Jangan memakai pakaian atau selimut yang tebal
·         Pada penderita pilek, selalu bersihkan hidung dari ingus. Ini akan mempercepat penyembuhan dan bisa menghindari komplikasi yang mungkin muncul
·         Usahakan untuk mendapatkan ventilasi yang cukup dan mencegah adanya asap yang dihirup, tidak terkecuali melarang orang merokok di sekitar anak

MATERI PENYULUHAN
ISPA PADA ANAK

A.   Pengertian ISPA
       ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang terjadi  suatu proses inflamasi pada saluran pernapasan bagian atas yang ditandai dengan batuk pilek sebagai respon tubuh terhadap terjadinya proses infeksi.

B.   Penyebab ISPA
       ISPA dapat disebabkan oleh:
       1.  Bakteri, misal: Staphilococcus.
       2.  Virus, misal: Virus Influenza.
       3.  Jamur, misal: Candida Albicans.

C.   Tanda dan Gejala Anak Terserang ISPA
       1.  Sering batuk.
       2.  Kesulitan bernafas.
       3.  Sakit tenggorokan.
       4.  Pilek.
       5.  Kehilangan nafsu makan.

D.   Komplikasi dan Bahaya Bila Tidak Diobati
       Apabila tidak diobati akan dapat mengakibatkan masalah baru yang sangat berbahaya bagi kesehatan seseorang. Bahaya bila tidak diobati mengakibatkan antara lain Otitis media (radang telinga tengah), Sinusitis, Faringitis dan Meningitis.

E.   Cara Pencegahan ISPA
       1.  Berikan gizi yang cukup.
       2.  Jangan membuang dahak sembarangan bila sedang batuk.
       3.  Jaga kebersihan lingkungan.
       4.  Ciptakan lingkungan bebas polusi.

F.    Cara Perawatan dan Pengobatan ISPA
       1.  Berikan larutan jeruk nipis yang di campur kecap.
       2.  Bawa segera kepelayanan kesehatan terdekat.
      
        Cara Pembuatan Larutan Jeruk Nipis–Kecap
       a.  Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah :
            1.  Jeruk nipis.
            2.  Kecap.
            3.  Sendok, gelas, pisau.
            4.  Air matang.
       b.  Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:
            1.  Siapkan alat dan bahan.
            2.  Cuci jeruk nipis sampai bersih.
            3.  Potong jeruk nipis menjadi 2 bagian.
            4.  Peras jeruk nipis, kira-kira satu sendok makan.
            5.  Campurkan dengan  ½ - 1 sendok kecap manis, aduk rata.
            6.  Segera minumkan pada anak yang terserang ISPA.
       c. Aturan pakainya adalah sebagai berikut:
            1.  Bagi orang dewasa, minum 3 x 1 sdm larutan tanpa dicampur air.
            2.  Bagi anak–anak, minumkan larutan 3 x ½ sdm larutan tanpa dicampur air.
            3.  Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah air matang yang masih hangat.

            Bila batuk tidak berkurang, segera periksakan diri ke pusat pelayanan.


Pengaruh Globalisasi Terhadap Perkembangan Keperawatan komunitas Komunitas



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Profesionalisme keperawatan komunitas merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan komunitas yang telah terbentuk (1984) mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat. Profesi Keperawatan komunitas, profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial di Indonesia. Proses ini merupakan tantangan bagi perawat Indonesia dan perlu dipersiapkan dengan baik, berencana, berkelanjutan dan tentunya memerlukan waktu yang lama.
Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang cepat disegala bidang, menuju kepada keadaan yang lebih baik. Di bidang kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih adanya ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, kurangnya kemandirian dalam pembangunan bangsa dan derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal di bandingkan dengan negara tetangga. Reformasi bidang kesehatan juga diperlukan karena adanya lima fenomena utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu perubahan pada dinamika kependudukan, temuan substansial IPTEK kesehatan/kedokteran, tantangan global, perubahan lingkungan dan demokrasi disegala bidang.
Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Dep.Kes (1999) menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia. Proses ini merupakan tantangan bagi perawat Indonesia dan perlu dipersiapkan dengan baik, berencana, berkelanjutan dan tentunya memerlukan waktu yang lama bertahap.
Untuk itu penulis dalam makalah ini akan mengulas mengenai Pengaruh Globalisasi Terhadap Perkembangan Keperawatan komunitas Komunitas.

B.  Tujuan
Untuk mengetahui konsep Pengaruh Globalisasi Terhadap Perkembangan Keperawatan komunitas Komunitas.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A. PENGERTIAN
Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan komunitas berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan komunitas. Tyalor C Lillis C Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan. Definisi perawat menurut ICN (international council of nursing) tahun 1965, perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan komunitas yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan komunitas yan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.
Praktek keperawatan komunitas adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi dengan system klien dan tenaga kesehatan lain dalam membrikan asuhan keperawatan komunitas sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan komunitas individual dan berkelompok.
Tantangan profesi keperawatan komunitas adalah profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan agarkeberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial.
Tantangan internal profesi keperawatan komunitas adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga keperawatan komunitas sejalan dengan telah disepakatinya keperawatan komunitas sebagai suatu profesi pada lokakarya nasional keperawatan komunitas tahun 1983, sehingga keperawatan komunitas dituntut untuk memberikan pelayanan yang bersifat professional.
Tantangan eksternal profesi keperawatan komunitas adalah kesiapan profesi lain untuk menerima paradigma baru yang kita bawa.
Professional keperawatan komunitas adalah proses dinamis dimana profesi keperawatan komunitas yang telah terbentuk (1984) mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat.
Sebagai profesi, keperawatan komunitas dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal kemampuan teknis dan moral. Dengan demikian diharapkan terjadi perubahan besar yang mendasar dalam upaya berpartisipasi aktif mensukseskan program pemerintah dan berwawasan yang luas tentang profesi keperawatan komunitas. Perubahan tersebut bisa dicapai apabila pendidikan tinggi keperawatan komunitas tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan perkembangan pelayanan dan program pembangunan kesehatan seiring dengan perkembangan IPTEK bidang kesehatan/keperawatan komunitas serta diperlukan proses pembelajaran baik institusi pendidikan maupun pengalaman belajar klinik di rumah sakit dan komunitasz
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat dibagi dalam 4 kategori yaitu :
1.      Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan
a.       Penyuluhan kesehatan
b.      Peningkatan gizi
c.       Pemeliharaan kesehatan perorangan
d.      Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e.       Olahraga teratur
f.        Rekreasi
g.       Pendidikan seks

2.      Preventif
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a.     Imunisasi
b.     Pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah
c.     Pemberian vitamin A, Iodium
d.     Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
3.      Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan:
a.     Perawatan orang sakit dirumah
b.     Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut dari Pukesmas atau rumah   sakit
c.      Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
d.     Perawatan buah dada
e.      Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4.  Rehabilitatif
Upaya pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan:
a.     Latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang dan lain sebagainya
b.    Fisioterapi pada penderita strooke, batuk efektif pada penderita TBC dll

B. KLASIFIKASI PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KEPERAWATAN KOMUNITAS
Jika dianalisa lebih mendalam, ada empat tantangan utama yang sangat menentukan terjadinya perubahan dan perkembangan keperawatan komunitas di Indonesia, yang secara nyata dapat dirasakan khususnya dalam sistem pendidikan keperawatan komunitas, yaitu (1) terjadinya pergeseran pola masyarakat Indonesia; (2) Perkembangan Iptek; (3) Globalisasi dalam pelayanan kesehatan.

1. Terjadi pergeseran pola masyarakat Indonesia
a.  Pergeseran pola masyarakat agrikultural ke masyarakat industri dan masyarakat tradisional berkembang menjadi masyarakat maju.
b.  Pergeseran pola kesehatan yaitu adanya penyakit dengan kemiskinan seperti infeksi, penyakit yang disebabkan oleh kurang gizi dan pemukiman yang tidak sehat, adanya penyakit atau kelainan kesehatan akibat pola hidup modern.
c.  Adanya angka kematian bayi dan angka kematian ibu sebagai indikator derajat kesehatan.
d.  Pergerakan umur harapan hidup juga mengakibatkan masalah kesehatan yang terkait dengan masyarakat lanjut usia seperti penyakit generatif.
e.   Masalah kesehatan yang berhubungan dengan urbanisasi, pencemaran kesehatan lingkungan dan kecelakaan kerja cenderung meningkat sejalan dengan pembangunan industry.
f.   Adanya pegeseran nilai-nilai keluarga mempegaruhi berkembangnya kecenderungan keluarga terhadap anggotanya menjadi berkurang.
g.   Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan penghasilan yang lebih besar membuat masyarakat lebih kritis dan mampu membayanr pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Perkembangan IPTEK menuntut kemampuan spesifikasi dan penelitian bukan saja dapat memanfaatkan IPTEK, tetapi juga untuk menapis dan memastikan IPTEK sesuai dengan kebutuhan dan social budaya masyarakat Indonesia yang akan diadopsi. IPTEK juga berdampak pada biaya kesehatan yang makin tinggi dan pilihan tindakan penanggulangan masalah kesehatan yang makin banyak dan kompleks selain itu dapat menurunkan jumlah hari rawat (Hamid, 1997; Jerningan,1998). Penurunan jumlah hari rawat mempengaruhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang lebih berfokus kepada kualitas bukan hanya kuantitas, serta meningkatkankebutuhan untuk pelayanan / asuhan keperawatan komunitas di rumah dengan mengikutsetakan klien dan keluarganya. Perkembangan IPTEK harus diikuti dengan upaya perlindungan terhadap untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, hak untuk diberitahu, hak untuk memilih tindakan yang dilakukan dan hak untuk didengarkan pendapatnya. Oleh karena itu, pengguna jasa pelayanan kesehatan perlu memberikan persetujuan secara tertulis sebelum dilakukan tindakan (informed consent).

3. Globalisasi dalam pelayanan kesehatan
Globalisasi yang akan berpengaruh terhadap perkembangan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan komunitas terutama dampak tenaga asing terhadap keperawatan komunitas , yaitu :
a.    Kelompok jasa yang dapat dikonsumsi tanpa perlu mendatangi negara penghasil jasa. Apabila kesejagatan menyangkut jasa pelayanan keperawatan komunitas yang termasuk dalam kelompok ini, dampak yang ditemukan lebih banyak bersifat positif, yakni makin meningkatnya mutu pelayanan keperawatan komunitas. Karena sesungguhnya dengan terbukanya akses melakukan konsultasi dengan berbagai sarana/tenaga keperawatan komunitas di negara-negara penghasil jasa yang pada umumnya lebih maju, pengetahuan dan keterampilan tenaga keperawatan komunitas yang ada di dalam negeri akan lebih meningkat.
b.    Kelompok jasa yang untuk mengkonsumsinya harus mendatangi negara penghasil jasa. Apabila kesejagatan menyangkut jasa pelayanan keperawatan komunitas yang termasuk dalam kelompok ini, dampak yang ditemukan lebih banyak bersifat negatif, yakni terkurasnya devisa negara karena dipakai guna membiayai pelayanan yang dikonsumsi di luar negeri.
c.    Kelompok jasa yang diselenggarakan oleh suatu sarana asing di suatu negara. Apabila kesejagatan menyangkut jasa pelayanan keperawatan komunitas yang termasuk kelompok ini, dampak yang ditemukan dapat bersifat negatif dan positif. Dampak positif yang ditemukan antara lain :
1)      Bertambahnya jumlah sarana pelayanan keperawatan komunitas yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Pertambahan jumlah sarana ini tentu saja akan menguntungkan masyarakat, karena masyarakat yang membutuhkan akan dengan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut.
2)      Bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Penambahan ini tidak hnya ditemukan di dalam negeri, yakni dengan makin banyaknya jumlah sarana kesehatan/keperawatan komunitas yang telah didirikan, tetapi juga ke luar negeri, yakni ke berbagai sarana kesehatan/keperawatan komunitas luar negeri.
3)      Makin meningkatnya mutu pelayanan keperawatan komunitas. Meningkatnya mutu pelayanan ini terkait dengan makin banyak dipergunakan berbagai kemajuan ilmu dan tehnologi kedikteran/keperawatan komunitas canggih, yang memang akan masuk bersamaan dengan makin banyak didirikannya sarana kesehatan asing.
4)      Pemakaian devisa negara akan lebih hemat, yakni karena masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan/keperawatan komunitas tidak perlu harus pergi ke luar negeri, tetapi cukup dengan memanfaatkan berbagai sarana kesehatan/keperawatan komunitas asing yang didirikan di dalam negeri.
Sedangkan dampak negatif yang ditemukan, sangat ditentukan oleh daya saing dan/atau karakteristik tatanan pelayanan keperawatan komunitas yang ada. Untuk Indonesia dampak negatif yang dimaksudkan adalah :
1)   Berubahnya filosofi kesehatan, yang semula sepenuhnya dan/atau sebagian masih bersifat sosial, menjadi sepenuhnya bersifat komersial. Terjadinya perubahan filosofi ini erat kaitannya dengan motif utama masuknya sarana kesehatan asing ke Indonesia. Motif utama yang dimaksud bukan untuk menolong meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia, melainkan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
2)   Makin meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Terjadinya peningkatan biaya ini erat kaitannya dengan makin banyak dipergunakan berbagai tehnologi canggih, yang telah diketahui memang membutuhkan biaya pengelolaan yang lebih tinggi.
3)   Makin sulit mewujudklan pemerataan pelayanan kesehatan / keperawatan komunitas. Terjadinya kesulitan ini erat kaitannya dengan keengganan sarana kesehatan asing untuk berkiprah didaerah-daerah terpencil. Karena adanya motif untuk mencari keuntungan. Sarana kesehatan/keperawatan komunitas asing tersebut akan lebih senang berada di kota-kota besar, yakni yang daya beli masyarakat memang cukup tinggi.
4)   Tidak sesuainya pelayanan kesehatan/keperawatan komunitas yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat. Terjadinya tidak kesesuaian kebutuhan dan tuntutan masyarakat erat kaitannya dengan perbedaan sistem pengelolaan pelayanan kesehatan/keperawatan komunitas yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat.
d.   Kelompok jasa yang diselenggarakan oleh tenaga kerja asing yang bekerja di suatu negara. Apabila kesejagatan menyangkut jasa pelayanan keperawatan komunitas yang termasuk dalam kelompok ini, dampak yang ditemukan dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif yang ditemukan antara lain :
1)   Makin meningkatnya mutu pelayanan keperawatan komunitas yang diselenggarakan, yakni melalui kesempatan konsultasi dan/atau kerjasama secara langsung dengan tenaga kesehatan asing yang bekerja di dalam negeri.
2)   Makin sesuaianya jenis keahlian tenaga keperawatan komunitas yang tersedia dengan kebutuhan dan tuntutan pelayanan keperawatan komunitas, yakni dengan masuknya berbagai tenaga keperawatan komunitas asing yang jenis dan keahliannya belum ditemukan di dalam negeri.
Sedangkan dampak negatif dari kehadiran tenaga keperawatan komunitas asing sangat ditentukan oleh daya saing serta karakteristik tatanan keperawatan komunitas yang ada. Untuk Indonesia dampak negatif yang dimaksud:
1)   Terjadinya persaingan yang makin ketat antar tenaga keperawatan komunitas. Persaingan yang dimaksud tidak hanya antar tenaga keperawatan komunitas bangsa sendiri, tetapi juga dengan tenaga keperawatan komunitas asing.
2)   Berubahnya filosofi pelayanan keperawatan komunitas, yang semula sepenuhnya dan/atau sebagian masih bersifat sosial, menjadi sepenuhnya bersifat komersial. Terjadinya perubahan filosofi pelayanan ini erat kaitannya dengan motif utama masuknya tenaga kesehatan asing. Motif utama yang dimaksud bukan untuk menolong meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, melainkan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
3)   Makin sulit mewujudkan pemerataan pelayanan   kesehatan / keperawatan komunitas. Terjadinya ketimpangan pemerataan pelayanan ini erat kaitannya dengan keengganan tenaga kesehatan asing untuk berkiprah didaerah-daerah terpencil. Karena adanya motif untuk mencari keuntungan, tenaga kesehatan asing tersebut akan lebih senang berada di kota-kota besar, yakni yang daya beli masyarakatnya memang cukup tinggi.
4)   Tidak sesuainya pelayanan keperawatan komunitas yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Terjadinya ketidaksesuaian kebutuhan dan tuntutan ini erat kaitannya dengan perbedaan sistem pendidikan tenaga keperawatan komunitas yangtidak sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Untuk hal ini berarti tenaga kesehatan, khususnya tenaga keperawatan komunitas diharapkan untuk dapat memenuhi standar global dalam memberikan pelayanan / asuhan keperawatan komunitas. Dengan demikian diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan professional dengan standar internasional dalam aspekintelektual,interpersonal dan teknikal, bahkan peka terhadap perbedaan social budaya dan mempunyai pengetahuan transtrutural yang luas serta mampu memanfaatkan alih IPTEK.

4. Tuntutan profesi keperawatan komunitas
Keyakinan bahwa keperawatan komunitas merpakan profesi harus disertai dengan realisasi pemenuhan karakteristik keperawatan komunitas sebagai profesi yang disebut dengan professional (Kelly & Joel,1995). Karakteristik profesi yaitu ;
a.    Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan melalui penelitian
b.    Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain
c.    Pendidikan yang memenuhi standar
d.   Terdapat pengendalian terhadap praktek
e.    Bertanggug jawab & bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan
f.       Merupakan karir seumur hidup
g.    Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi.
Praktek keperawatan komunitas sebagai tindakan keperawatan komunitas professional masyarakat penggunaan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu keperawatan komunitas sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnostik, menyusun perencanaan, melaksanakan asuhan keperawatan komunitas dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan komunitas serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan komunitas untuk menentukan tindakan selanjutnya. Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal dan teknikal, perawat juga harus mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan mengatur dirinya sendiri.

C. Masalah, Harapan dan Solusi Pengembangan Keperawatan komunitas di Indonesia dalam Peta Persaingan Global
1. Masalah yang dihadapi keperawatan komunitas Indonesia :
a.    Masalah pelayanan / praktik; mutu asuhan rendah, kondisi kerja buruk, ketidaksetaraan dan keadilan gender, waktu kerja panjang dan beban kerja berat vs gaji rendah, migrasi dan angka retensi perawat rendah.
b.    Masalah SDM Perawat; motivasi rendah, kepuasan kerja rendah, ketidaksesuaian utilisasi jenis dan jenjang, kekurangan perawat dalam jumlah dan kualifikasi di tempat kerja, tidak tertatanya sistem jenjang karir professional & penghargaan, citra keperawatan komunitas rendah.
c.    Masalah Pendidikan; tidak berdasarkan kompetensi, kurang koordinasi antara pendidikan & pelayanan, kurang skill mix, kapasitas dan metode pengajaran yang tidak memadai, kurang fasilitas sumber pembelajaran, sistem pengendalian kualitas pendidikan kurang tertata, kurang kaderisasi mahasiswa sebagai perawat pemimpin sedini mungkin.
d.   Masalah Kebijakan & Regulasi; pemberdayaan perawat, mutu asuhan dan pelayanan publik yang aman, sistem registrasi, lisensi, sertifikasi perawat dan akreditasi institusi pendidikan, pengakuan perawat Indonesia oleh negara lain, filterasi perawat asing bekerja di Indonesia, otonomi profesi (self governance).
e.    Masalah Globalisasi; kekurangan perawat dan migrasi, kompetensi standar global dan budaya, keragaman & SDM, manajemen keragaman, kesetaraan/keadilan social.
Beberapa masalah tersebut diatas merupakan penyebab yang dapat menimbulkan tidak sesuainya sebaran kebutuhan perawat di pasar global / Internasional, sehingga dimungkinkan akan munculnya konsekuensi yang harus diterima oleh pengguna jasa perawat, menurut (ICN, 2007); Distribusi perawat di manca negara tidak seimbang, Rekrutmen tidak etis dan menindas (abuse) perawat, Kehilangan sumber daya di negara asal, Kehilangan pengakuan dan martabat perawat karena masalah regulatori - legislatif dan akulturasi.

a.    Harapan Pelayanan/Praktik; Reformasi sistem pelayanan kesehatan secara global yang mengedepankan kepentingan masyarakat terpinggirkan dan rawan menuju MDG 2015, Pelayanan keperawatan komunitas berkualitas dalam lingkungan kerja positif yang mengkontribusi optimal dalam sistem pelayanan kesehatan.
b.    Harapan SDM Perawat; memadai dalam jumlah dan kualifikasi yang didayagunakan secara rasional dalam tim kesehatan pada tempat dan waktu yang tepat dengan sistem jenjang karir professional dan penghargaan yang tertata.
c.    Harapan Pendidikan; Sistem pendidikan keperawatan komunitas yang memenuhi standar yang berorientasi pada kompetensi nasional dan global dan sesuai ketentuan regulasi/akreditasi, Menghasilkan berbagai jenis tenaga perawat dengan berbagai jenjang kompetensi dan bidang kekhususan / spesialisasi keperawatan komunitas, Menyiapkan perawat menguasai ilmu keperawatan komunitas (scientific nursing) sebagai landasan praktik ilmiah keperawatan komunitas (scientific nursing practice).
d.   Harapan Kebijakan & Regulasi; Tertatanya sistem pelayanan - pendidikan dan praktik profesi yang bermutu, Undang - Undang Keperawatan komunitas yang memfungsikan Konsil Keperawatan komunitas Indonesia, diakui secara global dalam pengaturan sistem registrasi, lisensi, sertifikasi perawat dan akreditasi pendidikan untuk menjamin perlindungan masyarakat, Kebijakan yang memberdayakan perawat & keperawatan komunitas, mengkontribusi maksimal dalam sistem pelayanan kesehatan, Memposisikan OP PPNI sebagai focal point untuk kesatuan suara; kesejahteraan; jenjang karir; PBP; citra keperawatan komunitas; representasi Komunitas Keperawatan komunitas di forum nasional dan internasional dalam sistem manajemen dan kepemimpinan yang mantap, Menghasilkan karya ilmiah untuk pengembangan keilmuan dan pengabdian masyarakat.
e.    Harapan Globalisasi; Profil Perawat Indonesia yang kompeten dengan standar global, Citra Sosial; pendidikan/ekonomi, Lingkungan dan perilaku sehat, Angka Kematian Bayi, Akses terhadap pelayanan kesehatan, Umur Harapan Hidup.

3. Solusi Yang Diharapkan ke Depan :
a. Solusi Pelayanan Keperawatan komunitas
Menata lingkungan kerja yang positif dan sistem rekrutmen dan retensi perawat yang rasional, Merekonstruksi lingkungan praktik dan menata model praktik keperawatan komunitas professional yang positif; bebas dari tindak kekerasan dan terlindungi dari risiko kerja, Mengintegrasikan model praktik keperawatan komunitas mandiri sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan untuk meningkatkan asksibelitas dan memenuhi kebutuhan masyarakat atas pelayanan keperawatan komunitas yang komprehensif dan berkesinambungan (continuity of care), Memberikan kewenangan untuk mengelola secara penuh pelayanan dan asuhan keperawatan komunitas termasuk sumber daya, Membangun komunitas perawat professional dalam sistem manajemen keperawatan komunitas yang professional, Memfasilitasi praktik berdasarkan evidence dengan menggalakkan riset dan pemanfaatannya, Meningkatkan hubungan intra dan inter-profesi dalam iklim kerja tim yang sehat dan setara, Mengimplementasikan sistem jenjang karir professional dan memfasilitasi PBP bagi perawat, Mendukung jejaring dan kerjasama efektif untuk meningkatkan pelayanan, Menetapkan kebijakan RS sebagai lahan praktik mahasiswa keperawatan komunitas.
b. Solusi SDM Perawat
Menetapkan kesesuaian tanggung jawab; kompetensi, pengalaman kerja dan kompensasi penghargaan untuk tiap jenjang dan kategori (AMK, ners, ners spesialis dan ners konsultan), Memberikan peluang bagi perawat untuk berkembang menggunakan sistem jenjang karir professional & PBP, Melakukan rekrutmen dan program retensi berdasarkan staffing level yang rasional dalam jumlah dan kualifikasi, Menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, Mendukung penataan SDM yang peka dengan kesetaraan dan keadilan gender, Menjadi role model dan mentor professional bagi mahasiswa dan perawat muda, Memfasilitasi perawat untuk berorganisasi dalam Organisasi Profesi dan meningkatkan citra keperawatan komunitas menggunakan berbagai media dan forum.
c. Solusi Pendidikan
Manajemen perubahan jangka panjang dan pendek yang terkelola baik, termasuk mengubah budaya organisasi dan staf pendidikan, Menyiapkan perawat yang tanggap terhadap tuntutan masyarakat dan profesi keperawatan komunitas; perkembangan IPTEK & globalisasi, Menata pendidikan profesi berbasis kompetensi dan skill mix melalui program pendidikan akademik dan profesi (UU No.20/2003: Sisdiknas) dan sistem akreditasi sesuai standar pendidikan dan kompetensi nasional dan global, Menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (inti: interpersonal, klinik dan komunitas, manajemen, legal & etika, edukasi dan riset), Mengkawal pengembangan sistem dikti keperawatan komunitas dalam sistem dikti nasional sejalan dengan pendidikan tinggi profesi kesehatan lain, Memastikan bahwa pengelolaan organisasi/ institusi dan keilmuan dilakukan oleh yang menguasai substansi keilmuan untuk membangun komunitas perawat professional dan ilmuan pengembang disiplin ilmu keperawatan komunitas, Memfasilitasi sistem dikti keperawatan komunitas menghasilkan pengembangan body of knowledge dan temuan ilmiah, Bekerjasama optimal antara Institusi Pendidikan dan Pelayanan dalam koordinasi yang kondusif.
d.  Solusi Kebijakan/Regulasi
Menerbitkan Undang Undang  Keperawatan komunitas yang Mengatur tentang Fungsi Konsil Keperawatan komunitas dan Perangkatnya (standar profesi, komite, dll) dalam Melindungi Masyarakat dan Komunitas Keperawatan komunitas, Menetapkan kejelasan kedudukan peran pelayanan/asuhan keperawatan komunitas dalam pelayanan kesehatan di RS & Komunitas  bagi masyarakat, Kebijakan Pemerintah yang mengatur utilisasi dan mengoptimalkan kontribusi keperawatan komunitas dalam sistem kesehatan, Menata Sistem Jenjang Karir Professional Perawat menjadi kebijakan nasional dan diimplementasikan dalam tatanan pelayanan kesehatan dengan lingkungan kerja yang positif dan staffing level yang rasional.
e. Solusi Globalisasi
Catatan ICN (2008) “Tidak ada satupun tindakan yang akan dapat menyelesaikan krisis keperawatan komunitas, karena masalah keperawatan komunitas amat kompleks dan solusi harus multi dimensi dan komprehensif”, Globalisasi mempengaruhi tiap sistem, oleh karena itu perlu reformasi sistem pelayanan kesehatan secara global, Berkolaborasi untuk berbagi visi, membangun jejaring transnasional; membina hubungan professional yang sinergi; menyusun kebijakan dan kesepakatan yang mengedepankan kepentingan Perawat; Negara asal dan Negara yang dituju, Bekerjasama dalam mengumpulkan data, mengkordinasikan sumber untuk solusi optimal dan menguatkan serta memberdayakan infrastruktur yang sudah untuk mengefektifkan pengelolaan migrasi, Memerlukan upaya inter-professional  untuk meningkatkan pelayanan kesehatan global, Praktisi kesehatan perlu menyiapkan diri, proaktif dan berkolaborasi.
ICN memprioritaskan 5 area intervensi untuk mengatasi krisis global tenaga perawat:
1)   Kebijakan anggaran sektor kesehatan dan ekonomi makro
2)   Kebijakan dan perencanaan SDM, termasuk regulasi
3)   Lingkungan praktik yang positif dan kinerja organisasi
4)   Rekrutmen dan retensi dalam mengatasi maldistribusi nasional dan migrasi perawat ke LN
5)   Kepemimpinan Keperawatan komunitas


 
BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa menghadapi tantangan yang sangat berat tersebut, diperlukan perawat dengan sikap yang selalu dilandasi oleh kaidah etik profesi. Upaya yang paling strategik untuk dapat menghasilkan perawat profesional melalui pendidikan keperawatan komunitas profesional dan beberapa langkah yang telah disebutkan diatas.
Ada empat tantangan utama yang sangat menentukan terjadinya perubahan dan perkembangan keperawatan komunitas di Indonesia, yang secara nyata dapat dirasakan khususnya dalam sistem pendidikan keperawatan komunitas, yaitu :
(1) Terjadinya pergeseran pola masyarakat Indonesia
Pergeseran pola masyarakat agrikultur ke masyarakat industri dan dari masyarakat tradisional berkembang menjadi masyarakat maju, menimbulkan dampak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk aspek kesehatan.
(2) Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK menuntut kemampuan spesifikasi dan penelitian bukan saja agar dapat memanfaatkan IPTEK, tetapi juga untuk menapis dan memastikan hanya IPTEK sesuai dengan kebutuhan dan sosial budaya masyarakat Indonesia yang akan diadopsi, disamping tentunya untuk mengembangkan IPTEK baru lainnya.
(3) Globalisasi dalam pelayanan kesehatan
Pada dasarnya dua hal utama dari globalisasi yang akan berpengaruh terhadap perkembangan pelayanan keseahatan termasuk pelayanan keperawatan komunitas adalah : 1) tersedianya alternatif pelayanan, dan 2) persaingan penyelenggaraan pelayanan untuk menarik minat pemakai jasa pelayanan kualitas untuk memberikan jasa pelayanan keseahtanyang terbaik.
(4) Tuntutan tekanan profesi keperawatan komunitas.
Keyakinan bahwa keperawatan komunitas merupakan profesi harus disertai dengan realisasi pemenuhan karakteristik keperawatan komunitas sebagai profesi yang disebut dengan profesional (Kelly & Joel, 1995).

B.  Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis mencoba mengemukakan saran untuk menjadi pertimbangan dan untuk meningkatkan kualitas dalam proses belajar. Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan bisa memahami dan mengerti materi tentang Tantangan dan Kecenderungan Profesionalisme Keperawatan komunitas di  masa yang akan datang dalam hal tantangan bidang praktek keperawatan komunitas. Semoga tantangan keperawatan komunitas kedepan memberikan harapan yang cerah pada perkembangan keperawatan komunitas di Indonesia, dengan harapan akhir kita mambu bersaing dalam persaingan Global di dunia keperawatan komunitas Internasional. Selain itu diharapkan juga kepada peserta didik dapat memberikan masukan kepada kelompok agar bisa menjadi pelajaran bagi kelompok.



DAFTAR PUSTAKA

 Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam     Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Anderson, Elisabeth T, (2007). Buku ajar keperawatan komunitas:teori dan praktek.