TEORI, MODEL, DAN KERANGKA KERJA RISET KEPERAWATAN

2.1 TEORI, MODEL, DAN KERANGKA KERJA
Banyak cara yang sudah digunakan dalam menggabungkan konteks kontekstual untuk penelitian, termasuk model, kerangka kerja, bagan dan peta. Ada sedikit penyimpangan bagaimana cara ini digunakan, sebagian karena ini digunakan secara berbeda dengan penulis berbeda pula, dan karena mereka pun saling berhubungan.  Kita mengarahkan petunjuk dalam membedakan istilah ini, tapi harus diingat bahwa maknanya tidak umum.

A. TEORI
Istilah teori digunakan dalam banyak cara. Contohnya instruktur perawat dan mahasiswa biasanya menggunakan istilah ini yang mengarah kepada pengajaran di dalam kelas, bukan kepada praktik nyata dari aktivitas perawat di lapangan. Istilah teori biasanya berkonotasi sebuah abstrak.
Dalam lingkaran penelitian, istilah teori digunakan dengan cara yang berbeda oleh pengarang yang berbeda. Dahulunya, ilmuwan telah menggunakan istilah teori untuk mengacu kepada generalisasi abstrak yang menyajikan penjelasan yang sistematik tentang bagaimana fenomena tergabung. Definisi klasik memberikan sebuah teori untuk menjadi bagian sekurang-kurangnya dua konsep yang berhubungan dalam sebuah cara yang mana tujuan teori adalah untuk dijelaskan. Yang lainnya, bagaimanapun, penggunaan istilah teori sedikit terbatas kepada perluasan karakteristik dari fenomena.
Berdasarkan pada pembatasan definisi ini, sebuah teori bisa dihitung untuk setiap fenomena. Beberapa penulis secara spesifik mengarahkan teori tipe ini sebagai teori deskriptif. Contohnya, Fawcett (1999) mengartikan teori deskriptif sebagai teori empirik dan pengetahuan bahwa “pemaparan atau pengklasifikasian dimensi atau karakteristik dari individu, kelompok, situasi, atau bahkan dengan merangkum penemuan umum dalam observasi tersendiri”.
Komponen dari Sebuah Teori Klasik
Seperti definisi klasik, teori ilmiah termasuk ke dalam sepaket hubungan antar konsep. Penulisan dalam teori ilmiah memiliki beragam istilah seperti proposisi, dalil, dasar pemikiran, azas, hukum, prinsip, dan seterusnya, beberapa diantaranya digunakan bergantian, dan yang lain digunakan dengan memperkenalkan judul tambahan yang lebih kompleks. Disini, kita menampilkan analisis sederhana dari komponen teori.
Konsep adalah dasar bangunan dari teori. Contoh dari konsep keperawatan adalah adaptasi, kesehatan, ansietas dan interaksi perawat-klien. Teori klasik terdiri dari sepaket proposisi yang mengidentifikasi  hubungan antar konsep.
Hubungan berarti sebuah istilah seperti “berhubungan dengan” , “berhubungan langsung dengan”, atau “kontingen pada”. Proposisi ini membentuk sebuah sistem deduktif yang saling berhubungan. Ini berarti bahwa teori ini memberikan mekanisme yang secara logika dapat membentuk kalimat baru dari proposisi yang asli.
Coba kita lihat contoh berikut ini, yang menggambarkan poin berikut. Teori Perencanaan Prilaku (TPB; Ajzen, 1998), yang merupakan pengembangan dari teori dulu yang disebut dengan nama Teori Tindakan yang beralasan, yang memberikan kerangka dalam pemahaman prilaku orang-orang dan sifat psikologi yang menentukannya. Kerangka yang secara sederhana dari TPB terdiri dari proposisi berikut ini:
  1. Faktor volisional yang ditentukan oleh niat seseorang untuk menampilkan prilaku tersebut
  2. Niat untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu prilaku yang ditentukan oleh 3 faktor:
a.       Sikap terhadap prilaku (yaitu evaluasi keseluruhan dalam menampilkan prilaku)
b.      Norma-norma subjektif (yaitu tekanan sosial yang diterima dalam hal menampilkan atau tidak menampilkan prilaku)
c.       Kontrol prilaku yang diterima (yaitu mengantisipasi kemudahan atau kesulitan yang melibatkan prilaku)
  1. Kepentingan relatif dari ketiga faktor dalam mempengaruhi niat bervariasi tergantung prilaku dan situasi
Konsep yang membentuk dasar TPB termasuk diantaranya perilaku, niat, sikap, norma-norma subjektif, dan kontrol diri yang diterima. Teori tersebut lebih mengkhususkan kepada sifat hubungan diantara konsep-konsep ini, memberikan kerangka untuk menghasilkan hipotesis, yang berhubungan dengan prilaku kesehatan. Kita dapat mengambil hipotesis dalam dasar TPB dengan mempengaruhi sikap orang terhadap pengembangan konsep atau dengan meningkatkan rasa pengontrolan. TPB telah digunakan sebagai  teori yang mendasari dalam mempelajari ruang lingkup yang luas seperti prilaku membuat keputusan kesehatan, termasuk pemakaian kontrasepsi, pencegahan AIDS, penggunaan kondom, vaksinasi dan tindakan skrining berupa pencegahan kesehatan.
Contoh TPB:
Aminzadeh dan Edwards (2000) melakukan suatu penelitian yang dipandu oleh TPB, dimana mereka memeriksa faktor yang dihubungkan dengan penggunaan tongkat diantara komunitas yang lebih tua. Hasil yang mereka dapat memberikan bukti yang lebih jauh mengenai penggunaan TPB dalam memahami prilaku kesehatan dan memiliki implikasi bagi desain teori intervensi berbasis pencegahan.
Tipe Teori Klasik
Tiap teori berbeda sesuai tingkat keumumannya. Begitulah yang disebut dengan teori besar atau makroteori, yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan segmen besar dari  pengalaman manusia. Beberapa pengkaji teori, seperti Clark Hull, atau ahli sosial, seperti Talcott Parsons, mengembangkan sistem teori umum untuk menghitung perluasan sifat dan kelas.
Dalam keperawatan, teori biasanya dalam bentuk bagian, lebih fokus kepada rentetan pengalaman yang sempit. Seperti teori rentetan menengah digunakan untuk menjelaskan fenomena pengambilan keputusan, stress, kepedulian diri (self care), promosi kesehatan, dan kasih sayang kepada anak

B. MODEL
Model Konseptual
Model konseptual, kerangka konseptual, atau skema konseptual (kita gunakan istilah ini) lebih sedikit penggunaannya dalam menjelaskan fenomena (gejala) daripada teori. Model konseptual, seperti teori, berhubungan dengan abstrak (konsep) yang memiliki kesamaan untuk tema yang lebih umum. Model konseptual  adalah sistem proposisi deduktif dari ukuran yang menilai dan menjelaskan hubungan antar konsep. Model konseptual menawarkan sebuah perspektif dari fenomena (gejala) yang saling berhubungan, tapi lebih sedikit kehilangan susunan daripada teori. Sebuah model konsep secara luas menampilkan sebuah pengertian terhadap ketertarikan fenomena (gejala) dan memantulkan kembali asumsi dan pandangan bijak dari bentuk model.
Model konseptual dapat berperan sebagai batu loncatan untuk membangun hipotesa penelitian. Kebanyakan dari  konseptual yang sudah dihubungkan dengan praktik perawat jatuh kepada kategori yang kita sebut dengan teori konseptual. Model ini memperlihatkan pandangan luas tentang proses keperawatan dan hubungan perawat-klien. Bagian pembahasan dari bab ini menjelaskan beberapa model konseptual  dalam keperawatan dan ilustrasi bagaimana model tersebut telah digunakan dalam penelitian keperawatan.
Model Skematik (bagan) dan Model Statistik
Istilah model sering digunakan sebagai bentuk simbolik dari konseptualisasi . Banyak sumber dalam kajian penelitian diantaranya model skematik dan  model statistik. Model ini, seperti model konseptual, mengembangkan penjelasan dari beberapa aspek kenyataan; mereka menggunakan konsep sebagai ruang pembangun, dengan sedikit penggunaan kata. Gambaran atau simbol penjelasan dari teori atau kerangka konseptual sering membantu untuk mempertegas ide abstrak dalam membaca bentuk pemahaman.
Model Bagan, yang umum digunakan pada penelitian kuantitatif dan kualitatif, menampilkan gejala secara grafik. Konsep dan hubungan antar model bagan ini ditampilkan melalui penggunaan kotak, panah, atau simbol lain. Sebuah contoh dari skema model (juga mengacu pada peta konsep) ditampilkan pada gambar 6-1. Model ini dikenal sebagai “Model Promosi Kesehatan Pender”,  adalah “sebuah bagian paradigma untuk menjelaskan dan memprediksi komponen promosi  kesehatan dari gaya hidup” (Pender, Walker, Sechrist, & Frank-Stromborg, 1990, p.326). Model bagan dari tipe ini bisa berguna dalam mengklarifikasi asosiasi diantara konsep.
 Model Statistik, berperan mengembangkan aturan dalam studi kuantitatif. Model ini menggunakan simbol untuk menunjukkan secara kuantitas hakikat hubugan antar variabel. Beberapa hubungan dalam kajian ilmiah bisa disimpulkan secara baik dalam model matematik  F-ma (Force_mass_acceleration). Karena sifat manusia rumit dan mengarah pada banyak pengaruh, peneliti biasanya mampu memodelkannya hanya dalam tingkat kemungkinan. Maksudnya, bahwa kita tidak mampu mengembangkan ekuasi, seperti contoh tekanan dari mekanis, dimana sifat manusia bisa dijelaskan secara sederhana sebagai produk dari dua diantara gejala.
Apa yang bisa kita lakukan, bagaimanapun, menjelaskan kemungkinan dimana sifat tertentu atau karakteristik yang muncul, memberikan kemungkinan dari gejala.
Ini fungsi dari model statistik. Sebuah contoh dari model hitungan ditampilkan sebagai berikut; dimana:
  • Y- efektivitas keperawatan, yang diukur melalui evaluasi supervisor
  • X1- pengetahuan keperawatan, yang diukur melalui tes standardisasi pengetahuan
  • X2- tingkatan pencapaian, yang diukur sesuai tingkat sekolah keperawatan
  • X3- kemampuan mengambil keputusan, yang diukur dari partisipasi dalam aktivitas pengambilan keputusan
  • X4- empati, yang diukur melalui skala empati emosional Mehrabian
  • e-a residual, faktor yang tidak dijelaskan
  • _1, _2, _3, _4 _indikasi betapa pentingnya X1, X2, X3, dan X4, dalam menentukan keefektifan keperawatan
Setiap tahap pada model ini dapat dihitung, yang ditunjukkan oleh setiap simbol yang bisa digantikan dengan nilai numerik, seperti skor (nilai) individual dalam menstandardisasikan test pengetahuan (X1)
Model ini  menawarkan mekanisme untuk pengertian dan prediksi keefektifan keperawatan. Modelnya menunjukkan keefektifan pekerjaan perawat yang secara lengkap dicerminkan dengan empat faktor:  pengetahuan keperawatan, pengetahuan yang dimiliki, kemampuan mengambil keputusan, dan empati perawat.  Pengaruh ini  tidak diperuntukkan menjadi kepentingan yang sama. Berat (_s) dihubungkan dengan masing-masing faktor yang menunjukkan “recipe”  untuk menggambarkan kepentingan  yang relatif dari masing-masing. Jika empati  lebih penting dari pengetahuan (penghargaan) yang dimiliki, contohnya, beratnya mungkin menjadi 2 ke 1, secara jelas (contoh, 2=empati dan 1=pengetahuan). e (tingkat kesalahan) pada akhir model memperlihatkan semua yang tidak diketahui atau lebih bernilai dari atribut yang lain yang  mempengaruhi penampilan perawat. e ini akan diatur menjadi nilai yang tetap; ini tidak akan beragam dari satu perawat ke yang lain karena ini elemen yang tidak diketahui dalam ekuasi. Satu nilai untuk berat dan e telah ditetapkan (melalui prosedur statistik), modelnya bisa digunakan untuk memprediksi keefektifan perawat dari setiap perawat bagi siapa yang kita kumpulkan informasinya dalam 4 Xs (nilai tes yang distandarkan dan sebagainya). Prediksi kita terhadap siapa yang akan membuat kekhususan terhadap perawat yang efektif mungkin saja tidak akan selalu akurat secara sempurna; dalam bagian karena pengaruh dari faktor yang tidak diketahui disimpulkan dengan e.

C. KERANGKA KERJA
Kerangka kerja secara keseluruhan berupa konsep pondasi dari sebuah kajian. Tidak setiap kajian didasarkan pada teori atau model konseptual, tapi setiap kajian memiliki kerangka kerja. Dalam sebuah kajian yang berdasarkan teori, kerangka kerja mengarah kepada kerangka kerja teori, dalam sebuah kajian yang ada akarnya dalam menerapkan model konsep, kerangka kerja sering disebut dengan kerangka kerja konseptual (walaupun istilah kerangka kerja konseptual dan kerangka kerja teori biasa digunakan secara bergantian).
Dalam banyak kasus, kerangka kerja untuk sebuah kajian bukanlah sebuah teori eksplisit atau model konseptual, tetapi lebih kepada makna implisit (tidak diakui atau dijelaskan). Konsep dimana peneliti tertarik pada pengertian abstrak pada gejala yang tampak, dan pandangan dunia kita (dan pandangan keperawatan) terhadap konsep tersebut dijelaskan dan dijalankan. Yang sering terjadi, bagaimanapun, adalah peneliti gagal untuk menyelesaikan pondasi konsep dari beragam penelitian mereka, itu menjadikannya lebih sulit untuk menggabungkan hasil penelitian? Seperti yang dijelaskan dalam bab 2, peneliti menempatkan sebuah kajian dari definisi konseptual dari kunci variabel sehingga terlihat lebih jelas, dan dapat diperoleh informasi tentang kajian kerangka kerja. Waltz, Strickland, dan Lenz (1991), menjelaskan 5 langkah proses untuk mengembangkan definisi konseptual. Langka-langkah ini terdiri dari:
  1. Mengembangkan definisi permulaan
  2. Melihat kajian bahasa yang sesuai
  3. Mengembangkan atau mengidentifikasi contoh kasus
  4. Memetakan maksud dari konsep
  5. Menetapkan pengembangan definisi konsep
Kuantitas peneliti secara umum disebabkan dari kegagalan untuk mengidentifikasi kerangka kerja mereka daripada mutu peneliti. Dalam banyak studi kualitatif, kerangka kerja adalah bagian dari tradisi penelitian dimana didalamnya kajian itu dinamakan. Contohnya, ahli ethnography biasanya memulai kerja mereka dengan sebuah teori dari budaya.
Pertanyaan yang paling ditanya oleh peneliti kualitatif dan metode yang mereka gunakan untuk mengalamatkan pertanyaan-pertanyaan tersebut terlihat beberapa formula teori

2.2  HAKIKAT TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL
Teori dan model konseptual telah banyak diperbincangkan, termasuk keaslian mereka, pengertian secara umum, tujuan, dan aturan penelitian. Dalam bagian ini, kita melihat beberapa karakteristik umum dari teori dan model konsep.
Keaslian Teori dan Model
Teori dan model konsep tidak tertutupi, mereka tercipta dan ditemukan. Membangun teori tergantung tidak hanya pada fakta pengamatan di lingkungan kita tapi juga ada dalam menggali fakta tersebut bersama dan membuat sense mereka. Jadi untuk itu, konstruksi teori adalah kreatif dan memiliki nilai intelektualitas, mempunyai dasar pengetahuan, dan bisa diamati
Hakikat Teori dan Model
Teori dan konsep model tidak dapat dibuktikan. Teori adalah usaha terbaik dari peneliti untuk menggambarkan dan menjelaskan gejala, kesuksesan teori hari ini mungkin bisa disingkirkan besok. Ini bisa terjadi kalau gejala baru atau pengamatan dari teori lebih jelas yang dimunculkan.
Teori dan model yang tidak sama dengan nilai budaya dan tujuan (filsafat) juga memungkinkan dijelaskan. Tidak biasa bagi sebuah teori menghilangkan dukungan karena beberapa aspeknya tidak lama pada modenya. Contohnya, beberapa analisa jiwa dan teori struktur sosial, yang telah mendapat dukungan luas beberapa dekade, akhirnya ditentang sebagai hasil perubahan tentang aturan pandangan wanita. Hubungan antara teori dan nilai mungkin  bisa mengejutkan Anda jika Anda pikir ilmu menjadi objektif sevara lengkap. Ingat, walaupun teori-teori itu dengan pertimbangan ditemukan oleh manusia; secara keseluruhan mereka tidak lepas dari nilai-nilai manusia dan kesamaan, yang bisa berubah kapan saja.
Dengan demikian, teori dan model tidak akan pernah berakhir dan dibuktikan. Akan selalu diingatkan bahwa teori akan dimodifikasi dan dibuang. Banyak teori di ilmu jiwa telah menerima dukungan nyata, dan mereka akan diterima sebagai hukum, seperti hukum gas Boyle. Meskipun demikian, kita tidak memiliki cara untuk mengetahui keakuratannya dan keperluan dari teori seharusnya.
Tujuan Teori dan Model Konseptual
Teori dan kerangka konseptual berperan dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Tujuan mereka adalah untuk membuat hasil penelitian yang bermakna dan menyeluruh. Teori memberikan kesempatan untuk peneliti bersama observasi dan fakta ke dalam skema yang teratur. Mereka merupakan mekanisme yang efisien untuk bersama mengakulasikan fakta, terkadang untuk membagi dan mengisolasi investigasi.
Hubungan temuan dan kesamaan struktur bisa membuat kerangka akumulasi lebih berguna. Tambahan untuk menyimpulkan teori dan model bisa memnadu pemahaman peneliti tidak hanya pada fenomena (gejala) alam taoi juga “kenapa” mereka muncul. Teori sering menyediakan dasar untuk memprediksi kemunculan gejala.
Dalam tingkatannya, prediksi mempunyai implikasi untuk mengontrol gejala tersebut. Teori mempunyai potensi untuk membawa perubahan sifat manusia atau kesehatan. Teori dan model konseptual membantu merangsang penelitian dan tambahan pengetahuan dengan menyediakan arahan dan impetus. Banyak kajian perawat sudah disetarakan untuk mennetukan aspek model konseptual perawat. Jadi untuk itu, teori mungkin menyediakn pengetahuan luas dan akumulasi untuk latihan.
Hubungan Teori dan Penelitian
Teori dan model dibangun secara induktif dari observasi, dan sumber yang bagus untuk observasi adalah penelitian yang besar, termasuk kualitas kajian. Konsep dan hubungan yang valid secara empiris melewati penelitian menjadi pondasi untuk pengembanagn teori. Teori dalam kajiannnya, harus diuji denga dedukasi subjek dari hipotesis. Untuk itu, penelitian berperan sebagai acuan yang berkelanjutan dalam membangun dan menguji teori. Teori memandu dan menyetarakan ide untuk penelitian; penelitian bertujuan untuk mencari kekurangan dari teori dan menyediakan pondasi untuk teori baru.
Akan menjadi tidak beralasan menguji teori tanpa penleitian yang mendukung, karena bagaimanapun penelitian tanpa substantif teori yang tidak diizinkan tidak bisa dikontribusikan. Dalam penelitian keperawatan, banyak fakta yang telah dikumpulkan, dan pengetahuan deskruptif sangat baik sebagai dasar untuk pengembangan teori. Teori tanpa di test melalui penelitian dapat mengakibatkan masalah di kemudian hari.

2.3  MODEL KONSEPTUAL YANG DIGUNAKAN DALAM PENELITIAN KEPERAWATAN
Perawat yang berperan sebagai peneliti telah menggunakan kerangka kerja keperawatan dan non keperawatan untuk memberikan konteks konseptual dalam studi mereka.
Model Konseptual Keperawatan
Beberapa dekade yang lalu, beberapa orang perawat telah memformulasikan sejumlah model konseptual dalam praktik keperawatan. Fawcett (1995) menjelaskan ada 4 konsep pokok dalam model keperawatan: individu, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Bagaimanapun, model konseptual banyak ragamnya, dan konsepnya didefinisikan berbeda-beda.                                                                                                         
Selain itu, model yang berbeda menekankan proses yang berbeda pula dalam keperawatan. Contoh, model adaptasi dari Sister Calista Roy menyatakan adaptasi dari pasien sebagai fenomena yang kritis (Roy & Andrew, 1991). Berbeda dengan Matha Roger (1986), menekankan individu sebagai statu kesatuan, dan model ini memandang keperawatan sebagai proses dimana klien dibantu untuk memenuhi kebutuhan maksimal tanpa mempertimbangan kemampuan mereka.
Model konseptual tidak dikembangkan secara utama sebagai dasar dari riset keperawatan. memang model-model ini telah memberikan dampak bagi pendidikan keperawatan dan praktik klinik dalam reset keperawatan. Namun, perawat peneliti menyusun model konseptual ini dalam bentuk pertanyaan penelitian dan hipotesis.
Model Adaptasi Roy
Menurut model ini, manusia dipandang sebagai sistem biopsikososial yang mampu mengatasi perubahan lingkungan selama proses adaptasi. Terdiri dari 4 subsistem yantiu : kebutuhan psikologic, self-concept, role- function, dan interdependence.  Status sakit atau sehat seseorang mundur dan maju pada suatu rangkaian. keperawatan fokus pada badan, pikiran, roh, dan emosi dan memusat pada penyembuhan holistic, dibanding mengobati. status kesehatan masing-masing orang selalu berubah-ubah, sebab manusia secara konstan saling berinteraksi secara dinamis dengan lingkungannya.
Contoh pemakaian model ini :
Cook, Green, dan Topp (2001) meneliti kejadian dan dampak kesalahan kerja dokter dalam perawatan perioperatif, menggunakan model adaptasi Roy untuk kerangka konseptual. Peneliti akan menjelaskan bagaimana perawat menggunakan koping yang adaptif dan   keterampilan yang berfokus pada masalah untuk mengatasi kesalahan ini.
Dorothea orem
Dengan model keperawatannya adalah self care (Peduli terhadap diri sendiri)
Menurut reori maslow Hierarchy of human needs. ilmu perawatan membantu klien untuk mencapai kebutuhan kepedulian diri yang diperlukan untuk memelihara hidup, kesehatan, dan kesejahteraan. kesehatan adalah kemampuan untuk mencapai kebutuhan kepedulian diri, yang adalah physiologic, psikologis, dan sociologic
            Orem mengidenfitikasi 3 tipe keperawatan :
  1. wholly compensatory nursing systems
      system ini dibutuhkan ketika seorang perawat mengkompensasi ketidak mampuan total pasien untuk beraktifitas dalam tindakan keperawatan diri yang memerlukan pertolongan dan tindakan manilpulasi.
  1. partly compensatory systems
      sistem ini berlaku ketika antara perawat dan pasien melakukan pengukuran kadar     perawatan atau tindakan-tindakan yang meliputi tugas manipulasi.
  1. supportive-educative systems
      sistem ini digunakan untuk situasi dimana pasien memungkinkan untuk         melakukan sesuatu dan harus belajar untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dalam pengukuran eksternal ataupun internal yang berorientasi pada therapeutic self-care, tetapi tidak bisa dilakukan tanpa adanya asisten.
Contoh penggunaan model ini:
            McCaleb dan Cull (2000) mempelajari pengarul karakteristik sosial budaya dan keadaan ekonomi dalam praktek kemandirian dari dewasa tengah, menggunakan model orem sebagai kerangka verja.
Nola Pender
Nola Pender mulai pemikirannya untuk belajar bagaimana individu membuat keputusan tentang kesehatan mereka sendiri di dalam artikel nya, suatu model konseptual untuk pencegahan perilaku yang merusak kesehatan. di dalam buku nya, Health promotion in nursing practise (promosi kesehatan dalam praktek keperawatan), dia menyatakan bahwa kesehatan optimal dapat dicapai apabila kita melakukan pencegahan terhadap penyakit. model promosi kesehatan nya mengidentifikasi teori persepsi faktor dan memodifikasi faktor yang mempengaruhi keikutsertaan dalam kesehatan yang mempromosikan perilaku. pentingnya kesehatan ,perasaan dan kemanjuran diri, definisi kesehatan, status kesehatan yang dirasa, keuntungan-keuntungan kesehatan yang mempromosikan perilaku, dan penghalang bagi kesehatan yang mempromosikan perilaku adalah teori perceptual faktor. modifikasi faktor meliputi karakteristik demografis, karakteristik biologi, pengaruh hubungan antar pribadi, situational faktor, dan faktor tingkah laku. interaksi teori perceptual faktor dan modifikasi faktor mempengaruhi kemungkinan mulai bekerja kesehatan yang mempromosikan perilaku.
Contoh Penggunaan model ini :
            McCullagh, Lusk, dan Ronis (2002) menggunakan teori Pender untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi petani menggunakan alat pelindung telinga.
Uncertainly in illness theory
(Mishel, 1990) fokus padaa konsep uncertainly, ketidakmampuan dari seseorang menentukan peristiwa yang berhubungan dengan sakit. Menurut teori ini, orang-orang mengembangkan penilaian subjektif untuk membantu mereka dalam menampilkan pengalaman sakit dan pengobatan. Keraguan (uncertainly) muncul ketika orang-orang tidak bisa mengenal dan mengkategorikan stimulus. Situasi yang meragukan akan menggerakkan individu untuk menggunakan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan situasi. Konsep Mishel tentang uncertainly telah digunakan pada penelitian kualitatif dan kuantitatif.
            Contoh penggunaan :
Santacroce (2001) menggunakan uncertainly pada 25 orang ibu selama mendiagnosa bayi mereka. Bayinya mnegidap HIV seropositif.
Model lain yang digunakan
The Health Belief Model
(HBM,Becker,1998) menjadi konsep kerja yang populer yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan pasien dan pencegahan praktek pelayanan kesehatan. Model ini menyatakan bahwa prilaku mencari pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh persepsi seseorang tentang ancaman yang ditimbulkan oleh masalah kesehatan dan tindakan yang bertujuan untuk mengurangi ancaman tersebut.
            Komponen utama dari HBM adalah kelemahan (susceptibility), kekerasan (severity), manfaat (benefit) dan biaya (cost), motivasi dan faktor modifikasi.
Kelemahan/susceptibility merupakan persepsi seseorang bahwa masalah kesehatan  berkaitan dengan  diri sendiri walaupun seseorang mengenal kelemahan diri, tindakan tidak akan muncul kecuali jika individu merasakan severity yang serius dan berdampak sosial. Manfaat (benefit) merupakan kepercayaan pasien bahwa treatment yang diberikan akan mengobati penyakit dan dapat mencegah penyakit muncul. Biaya (cost) merupakan complexity, durasi, dan tindakan yang dapat dilakukan. Motivasi  merupakan keinginan untuk mengikuti tindakan tersebut. Faktor modifikasi meliputi variabel personal, kepuasan pasien dan faktor sociodemography.
            Contoh penggunaan :
            Petro-Nustas (2001) menggunakan HMB untuk kepercayaan wanita Yordania akan mamography sebagai prosedur screening untuk kanker payudara.
Lazarus dan Folkman ”Teori Stres dan Koping”
(Lazarus dan Folkman, 1998, Lazarus, 1966), teori ini menjelaskan cara seseorang dalam menghadapi stres, yaitu lingkungan dan tuntutan internal yang melebihi kemampuan dan dapat membahayakan keadaan seseorang. Model ini menyatakan strategi koping adalah belajar, respon yang sengaja digunakan untuk menghilangkan stresor.
            Menurut model ini, persepsi seseorang tentang kesehatan fisik dan mental berhubungan dengan cara dia mengevaluasi dan menanggulangi stresor dalam kehidupannya.
Bandura ” Teori cognitive sosial
(Bandura 1986,1997) menyatakan bahwa perilaku manusia menggunakan konsep kemampuan diri (self-efficacy), harapan keberhasilan, dan dorongan. Self-efficacy berfokus pada kepercayaan seseorang pada kemampuannya sendiri untuk melakukan suatu perilaku kesehatan (seperti: berhenti merokok).
Bandura mengidentifikasi 4 faktor yang mempengaruhi penilaian kognitif seseorang mengenai self-efficacy :
  1. pengalaman pribadi
  2. verbal persuasion
  3. pengalaman orang lain
  4. ciri psikologi dan afektif seperti nyeri dan kecemasan
contoh penggunaan :
Resnick (2001) menggunakan model ini untuk faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan untuk berolahraga remaja.
Teori dan Penelitian Keperawatan
Teori dan penelitian mempunyai hubungan timbal balik. Fawcett (1978) mendeskripsikan hubungan antara teori dan pemelitian sebagai helix ganda, teori sebagai pendorong penelitian ilmiah dan penelitian merupakan pengembangan dari teori. Walaupun demikian, hubungan tersebut tidak selalu mendukung kemajuan ilmu keperawatan. Banyak teori yang mengecam peneliti keperawatan untuk memproduksi banyak ilmu yan tidak ada pada kontek teori.
            Fawcett (1989) menentang kombinasi dari model yang berbeda, menyatakan bahwa ” sebelum semua perawat mengikuti model yang sama, persaingan dari model-model dibutuhkan untuk menentukan prioritas dari satu atau lebih model tersebut. Penelitian dapat memberikan kritik untuk menguji kepentingan dan kebenaran dari model keperawatan.
            Beberapa komentator beragumentasi bahwa teori berhubungan pengembangan individu dalam berbagai disiplin seperti fisiologi, psikologi, dan sosiologi, ( disebut boorrowed theory) dapat diaplikasikan dalam masalah keperawatan. Komentar lain menyatakan bahwa hanya melalui pengembangan pengetahuan dapat menyebabkan praktek keperawatan muncul.Fawcett (1995) menyatakan borrowed theory kadang-kadang digunakan oleh peneliti tanpa menyadari kemampuannya dalam penelitian. Ketika borrowed theory  digunakan pada pengalaman yang adekuat tentang keadaan kesehatan. Akan menjadi shared theory.
2.4  PENGUJIAN, PENGGUNAAN, DAN PENGEMBANGAN TEOGI DAN KERANGKA KERJA
Teori dan kerangka kerja digunakan pada penelitian kualitatif dan kuantitatif
Teori pada penelitian Kualitatif
            Teori selalu muncul pada studi yang melekat pada penelitian kualitatif, seperti ethnografi dan phenomenologi. Biasanya, Penelitian ini menyediakan kerangka kerja pada studi kualitatif, tetapi tradisi yang berbeda akan menggunakan teori yang berbeda dengan cara yang berbeda.
            Sandelawski (1993) membuat perbedaan antara teori substantive ( teori yang mempelajari fenomena sebagai target) dan teori yang menggambarkan konsep dari penelitian. Beberapa peneliti kualitatif mendukung teori yang berhadapan dengan fenomena dengan tujuan menunjukkan konsep yang prioritas (substantive theory) , untuk membantu pengumpulan dan analisis data.
Contoh : etnografi membawa perspektif yang kuat dan tajam tentang lingkungan kerja (fieldwork). Fetterman (1989) telah mengobservasi bahwa banyak peneliti etnografi yan mengadopsi satu atau dua teori. Ideational teori, menyarankan kondisi kebudayaan dan adaptasi aktivitas mental dan ide, atau teori materialistic, yang memandang kondisi material (seperti sumber daya, uang, produksi) sebagai sumber pengembangan kebudayaan.
            Dasar dari grounded theori adalah interaksi simbolis, yang menyatakan bahwa atres merupakan perilaku yang dikembangkan selama interaksi manusia, sama dengan phenomenologis, peneliti grounded teori mencoba teori substantive. (yang ada pengetahuan dan konsep tentang fenomena). Tujuan dari grounded teori adalah untuk mengembangkan konsep dari fenomena yang mendasar pada observasi actual, yaitu untuk menjelaskan secara lengkap kenyataan berdasarkn konsep interaksi dan membuat pengertian dari proses dan fenomena.
            Pengembangan teori dalam grounded teori adalah sebuah proses induktif, peneliti mengidentifikasi pola, kebiasaan dan hubungan penelitian dari hal/peristiwa yang spesifik. Selama analisa data secara terus menerus, peneliti pindah dari data spesifik ke abstrak yang telah dikumpulkan. Tujuannya adalah untuk menggunakan data, untuk menyediakan sebuah deskripsi atau penjelasan dari peristiwa yang terjadi dalam bentuk realita, tidak seperti yang telah dikonsep dalam teori yang ada.
Contoh Grounded teori :
            Schreiber, Stern dan Wilson (2000) mengembangkan sebuah grounded teori tentang bagaimana wanita indian barat dan canada mengatasi depresi dan masalahnya. Wanita-wanita ini tidak berasal dari latar belakang kebudayaan yang dominan, menggunakan proses yang disebut ”menjadi kuat” untuk mengatasi depresi. ”menjadi kuat” terdiri dari 3 sub proses yaitu meninggalkannya, mengalihkan diri dan mendapatkan ketenangan kembali.
            Pada grounded teori, teori diciptakan ”dari dalam” tapi teori juga bisa masuk ke studi kualitatif ”dari luar”, sehingga beberapa peneliti kualitatif menggunakan teori yang ada sebagai sebuah kerangka kerja. Contohnya, sejumlah penelitian kualitatif menyatakan bahwa akar dari studi mereka adalah model konseptual yan dikembangkan dari ahli, seperti Newman, Parse, Roger. Penelitian Kualitatif lain menggunakan teori substantif mengenai fenomena sebagai perbandingan utnuk menginterpretasikan data setelah melakukan analisis data.
Contoh dari penggunaan teori sebagai interpretive framework :
            Yeh (2001) studi kualitatif, merupakan proses adaptasi dari 34 anak taiwan dengan kanker, dia menggunakan model adaptasi Roy sebagai panduan untuk interview dan juga untuk analisis data.
Teori pada penelitian Kuantitatif
Seperti pada kualitatif, penelitian kuantitatif berhubungan dengan teori/model pada beberapa cara, pendekatan klasik untuk menguji hipotesis dan menarik kesimpulan dari teori yang dikemukakan.
Pengujian pada Teori
Teori selalu menstimulasi studi baru, contoh perawat memahami teori self-care orem, pada prosesnya, ada dugaan bahwa : ”Jika model self-care Orem adalah benar, saya akan berharap keperawatan akan dipertinggi, dan dalam lingkungan akan lebih diterapkan self-care. Berasal dari teori atau kerangka konseptual bisa dilakukan tes/percobaan tentang keadekuatan teori tersebut.
            Pada pengujian/testing sebuah teori, peneliti menarik kesimpulan, dan mengembangkan hipotesis penelitian, yang merupakan prediksi dari variabel yang berhubungan jika teori sudah benar. lalu hipotesis di uji melalui pengumpulan data secara sistematis dan analisis.
TIP :
            Jika ingin menguji teori yang spesifik atau model konseptual, kita harus membaca teori ini dari sumber yang utama. Penting untuk mengerti tentang perspektif konseptual dari teori, dan konsep secara menyeluruh.
2.5  ETIKA PENELITIAN
Riset yang melanggar prinsip etis, jarang yang dilaksanakan secara spesifik sebagai suatu tindakan kejam tetapi lebih secara khas terjadi diluar  sebuah hukuman bahwa pengetahuan adalah penting dan berpotensi life-saving atau menguntungkan orang lain pada akhirnya. Ada permasalahan riset dimana hak partisipan dan permintaan studi diarahkan ke konflik, bersikap etis merupakan dilema bagi peneliti. Ini adalah contoh dari permasalahan riset dimana keinginan untuk berlaku kasar  bertentangan dengan pertimbangan etis:
  1. Riset menanyakan: Bagaimana empati para perawat dalam perawatannya kepada pasien di ICU?
Dilema Etis: Etika memerlukan kesadaran para partisipan dalam mengenal peran mereka dalam sebuah studi. Masih jika peneliti menginformasikan perawat yang mengambil bagian dalam studi ini  yang tingkat empatinya dalam merawat pasien di ICU akan diteliti, akankan perilaku mereka normal? Jika perilaku perawat yang biasanya diubah karena tahu kehadiran peninjau riset, penemuan tidak akan sah.
  1. Riset menanyakan: Apa mekanisme koping orang tua yang meiliki anak yang mengidap suatu penyakit terminal?
Dilema Etis: Untuk menjawab pertanyaan ini, peneliti mungkin memerlukan pemeriksaan status psikologis pada orang tua pada suatu waktu peka dalam hidup mereka, penyelidikan seperti itu  dapat menyakitkan dan bahkan traumatis. Namun pengetahuan mekanisme koping orang tua mungkin dapat membantu cara yang lebih efektif dalam menghadapi duka cita dan kemarahan orang tua.
  1. Pertanyaan Riset: Apakah pengobatan cara baru dapat memperpanjang hidup pasien yang mengidap kanker?
Dilema Etis: Cara terbaik untuk menguji efektivitas dari suatu intervensi adalah mengurus intervensi kepada beberapa partisipan tetapi menahannya dari yang lainnya untuk melihat jika perbedaan antar kelompok muncul. Bagaimanapun, jika intervensi belum diuji (missal: obat baru), kelompok yang menerima intervensi mungkin diarahkan pada potensi efek samping yang penuh resiko. Pada sisi lain, kelompok yang tidak menerima obat dapat menolak sebuah perawatan yang menguntungkan.
  1. Pertanyaan Riset: Dengan proses apa anak-anak  yang telah dewasa beradaptasi  dengan stress sehari-hari dalam mengawasi orang tua dengan penyakit terminal?
Dilema Etis: Dalam studi kualitatif, peneliti kadang menjadi sangat tertutup terlbat dengan partisipan yang menjadi berkeinginan untuk berbagi “rahasia” dan informasi yang disitimewakan. Informasi kadang dapt menjadi pengakuan  dari kebiasaan yang tidak pantas atau bahkan tidak pantas atau mesum. Dalam contoh ini, perkiraan seorang partisipan mengakui kekerasan fisik seorang dewasa orang tua yang bagaimana yang mengerjakan respon peneliti untuk informasi tersebut tanpa mngesampingkan suatu perjanjian rahasia? Dan, jika peneliti mengumumkan informasi untuk menyesuaikan otoritas, bagaimana mungkin suatu perjanjian rahasia diberikan dalam diberikan dengan jujur kepada partisipan lain?
Kode Etik
Dalam masa modern ini pelanggaran terhadap moral tidak boleh terjadi. Pengalaman kedokteran NAZI pada tahun 1930an – 1940an merupakan contoh pelanggaran etik yang sangat terkenal. Program penelitian Nazi melibatkan tawanan perang dan ras tertentu dalam mengetes daya tahan manusia dan reaksi manusia terhadap penyakit dan obat yang tidak di test. Penelitian ini tida beretika bukan hanya mereka mendapatkan penyiksaan secara fisik akan tetapi mereka juga tidak memiliki kesempatan untuk menolak berpartisipasi
Beberapa penelitian yag melanggar etik diantaranya penelitian yang dilakukan tahun 1932 dan 1972 yang dikenal sebagai The Tuskegee Syphilis Study, yang disponsori oleh Departemen Kesehatan yang mengidentifikasi efek syphilis pada 400 laki-laki dari komunitas Afrika-Amerika. Contoh lain adalah menginjeksi sel kanker hidup pada pasien orang tua di Rumah Sakit Penyakit Kronis Yahudi di Brooklyn, yang tidak menjelaskan dahulu kepada pasien
Kode etik penelitan internasional yang dinamakan sebagai Nuremberg Code, dibuat setelah kejadian yang dilakukan oleh NAZI. Pada tahun 1964 Declaration Helsinki, diadopsi oleh World Medical Association dan direvisi pada tahun 2000.
Prinsip Etik dalam Penelitian Keperawatan
1.    Prinsip Kebaikan
Salah satu dari prinsip etis yang paling pokok dalam penelitian adalah bahwa kebaikan, yang meliputi peribahasa: Di atas semua, tidak melakukan kejahatan. Walapun melindungi manusia dari kejahatan fisik mungkin bisa secara langsung, konsekuensi psikologis dari pengambilan bagian dari suatu studi biasanya tidak dapat dipisahkan dan dengan demikian memerlukan perhatian dan kepekaan. Sebagai contoh, partisipan boleh menanyakan tentang pandangan pribadi mereka, kelemahan, atau ketakutan. Seperti query mungkin mengawali orang-orang untuk mengungkapkan informasi pribadi yang sensitive. Intinya bukan peneliti perlu menahan diri dari mengajukan pertanyaan tetapi lebih bahwa mereka perlu untuk menyadari pengangguran alami pada jiwa manusia. Peneliti dapat menghindari atau memperkrcil kekerasan psikologis dengan mengutarakan pertanyaan secara hati-hati, dengan menikmati sesi wawancara yang memperbolehkan partisipan untuk mengajukan pertanyaan atau menyampaikan keluhan setalah data dikumpulkan, dan dalam beberapa situasi, dengan membuat penyarahan untuk menyesuaikan kesehatan, social atau pelayanan psikologis.
Contoh penyerahan:
Dalam studi Polit, London, dan Martinez (2001) tentang kesehatan hampir 400 wanita miskin di 4 kota besar, 90 menit wawancara mencakup topik sensitif sebagai unsur penyalahgunaan, depresi, stekanan orang tuadan kekerasan domestic. Masing-masing pewawancara telah mempunyai sebuah lembar informasi dengan informasi kontak untuk penyedia layanan local yang dapat membantu dengan isu apapun tentang seorang partisipan yang tersebut membutuhkan bantuan.
Kebebasan Dari Eksploitasi
Keterlibatan dalam sebuah studi penelitian mestinya tidak menempatkan partisipan pada kerugian atau mengekspos mereka pada situasi dimana mereka belum disiapkan. Partisipan perlu diyakinkan bahwa keikutsertaan mereka, atau informasi yang mereka sediakan, tidak akan digunakan untuk menyerang mereka dengan cara apapun. Sebagai contoh, seseorang menguraikan tentang keadaan ekonominya kepada seorang peneliti, tidak boleh dimanfaatkan untuk resiko kehilangan. Manfaat: seseorang melaporkan penggunaan obatobatan tidak perlu takut diekspose untuk otoritas criminal.ian
Partisipan studi masuk kedalam suatu hubungan khusus dengan peneliti, dan itu sangat rumit bahwa hubungan initidak untuk dimanfaatkan. Pemanfaatan dapat secara terang-terangan dan tidak (missal: eksploitasi seksual, penggunaan identifikasi informasi subjek untuk membuat daftar penyuratan, dan penggunaan darah penderma untuk mengembangkan produk komersial), tetpi dapat juga menjadi sulit dipisahkan. Sebagai contoh, umpamakan subjek setuju untuk ikut serta dalam sebuah studi yang menyita 30 menit waktu mereka dan bahwa peneliti memutuskan 1 tahun kemudian untuk kemb ali pada mereka, untuk mengikuti kemajuan atau keadaan mereka. Kecuali jika sebelumnya peneliti telah menerangkan kepada partisipan bahwa mungkin aka nada studi lanjutan, peneliti dapat dituduh tidak mempertahankan persetujuan hasil sebelumnya dan memnfaatkan hubungan dengan partisipan penelitian.
Karena perawat peneliti mungkin memilki hubungan perawat-pasien (suatu tambahan terhadap peneliti-partisipan), perawatan khusus mungkin perlu dicobakan untuk menghindari pemanfaatan yang mengikat. Persetujuan pasien untuk ikut serta dalam sebuah studi dapat berasal dari pemahamannya dari peran peneliti sebagai perawat, bukan sebagai peneliti.
Dalam penelitian kualitatif, resiko pemanfaatan dapat menjadi akut terutama karena jarak psikologis antara peyelidik dan partisipan merosot secara khas ketika studi maju. Kemunculan suatu hubungan pseudotherapeutik tidaklah luar biasa, yang memaksakan tambahan tanggung jawab pada peneliti dan tambahan resiko yang dimanfaatkan dapat terjadi dengan tidak hati-hati. Pada sisi lain, secara khas peneliti kualitatif berada dalam posisi yang lebih baik daripada peneliti kualitatif untuk melakukan kebaikan, disbanding hanya menghindari tindakan merugikan, karena hubungan erat mereka sering berkembang denagn partisipan. Munhall (2001) telah berargumentasi bahwa perawat peneliti kualitatif mempunyai tanggung jawab memastikan bahwa pengobatan imperatif dari keperawatan (pembela) sangat meneladani riset (mempercepat pengetahuan) jika permasalahan berkembang.
Manfaat dari Riset
Orang-orang setuju untuk ikut serta dalam penyelidikan riset untuk sejumlah pertimbangan. Mereka boleh merasa bahwa ada beberapa manfaat pribadi langsung. Lebih sering, bagaimanapun, manfaat apaun dari riset diakui masyarakat umum atau individu-individu lainnya. Dengan begitu, banyak individu yang dapat ikut serta dalam sebuah studi diluar keinginannya untuk dapat menolong. Peneliti perlu bekerja keras selama mungkin untuk memaksimalkan manfaat dan mengkomunikasikan manfaat potensial kepda partisipan.
Perbandingan Resiko/Manfaat
Dalam merancang sebuah studi, peneliti harus menilai resiko dan manfaat yang akan terjadi secara hati-hati. Penilaian resiko dan manfaat yang mungkin akan dialami partisipan harus dibicarakan sehingga mereka dapat mengevaluasi apakah mereka berminat untuk ikut serta. Box 7-2 merangkum resiko dan manfaat utama dari keikutsertaan riset. Dalam mengevaluasi perbandingan antisipasi resiko dan manfaat dari sebuah rancangan studi, peneliti mungkin ingin mempertimbangkan seberapa nyaman akan mereka rasakan jika anggota keluarga mereka sendiri ikut ambil bagian dalam studi.
Perbandingan resiko dan manfaat juga perlu dipertimbangkan dalam kaitan dengan apakah resiko partisipan setara dengan manfaat bagi masyarakat dan profesi keperawatan dalam kaitannya dengan kualitas hasil produksi. Petunjuk umum adalah bahwa tingkat resiko diambil dari keikutsertaan tersebut dalam riset tidak akan pernah melebihi potensi manfaat kemanusiaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dengan begitu, pemilihan suatu topic penting yang telah memiliki potensi untuk meningkatkan perawatan pasien adalah langkah pertama dalam menjamin bahwa suatu riset adalah etis.
Semua riset melibatkan beberapa resiko, tetapi dalam banyak kasus, resiko tersebut sangat kecil. Resiko yang minimal diganmbarkan sebagai resiko terantisipasi untuk tidak dibesar-besarkan daripada yang ditemui sehari-hari atau selama rutinitas fisik atau tes psikologi atau pemeriksaan prosedur. Ketika resiko tidak kecil, peneliti harus melanjutkan dengan hati-hati, mengambil setiap langkah yang mungkin untuk mengurangi resiko dan mamaksimalkan manfaat. Jika dirasa resiko dan biaya partisipan terlalu melebihi untuk diantisipasi oleh manfaat studi, riset harus dirancang ulang atau ditinggalkan.
Dalam studi kuantitatif, kebanyakan detail studi ditunjukkan di depan, oleh karena itu perbandingan resiko dan manfaat yang layak dan akurat dapat dikembangkan. Studi kualitatif, bagaimanapun, pada umumnya meningkatkan data yang dikumpulkan, dan bias jadi karena hal itu kan menjadi lebih sulit untuk menilai semua resiko pada permulaan suatu studi. Peneliti kualitatif dengan demikian harus mengaulang kepekaan untuk potensial resiko sepanjang proses riset.
2.    Prinsip Rasa Hormat Kepada Martabat Manusia
Rasa hormat kepada martabat mausia adalah prinsip etis yang kedua yang dilafalkan dalam Belmont Report. Prinsip ini, yang mencakup hak menentukan nasib sendiri dan hak untuk mengungkapkan data secara lengkap. Prinsip ini terdiri dari :
·      Hak Untuk Menetukan Nasib Sendiri
Manusia harus diperlakukan sebagai agen otonomi, mampu mengendalikan aktivitas mereka sendiri. Prinsip menentukan nasib sendiri berarti bahwa calon peserta mempunyai hak untuk memiutuskan secara sukarela apakah akan mengambil bagian dalam sebuah studi, Tampa mengambil resiko hukuman apapun. Ini juga berarti bahwa orang-orang mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaan, untuk menolak member informasi, meminta kalrifikasi atau mengakhiri keikutsertaan mereka.
Suatu hak pribadi un tuk menentukan nasib sendiri mencakup kebebasan dari segala jenis pemaksaan. Pemaksaan melibatkan ancama tegas atau tersembunyi dari kekurangan untuk ikut serta dalam sebuah studi atau penghargaan berlebihan dari persetujuan untuk ikut serta. Kewajiban untuk melindungi orang-orang dari paksaan memerlukan pemikiran yang seksama ketika peneliti dalam posisi otoritas, kendali, atau mempengaruhi melebihi potensi partisipan, sesering mungkin menjadi kasus dalam hubungan perawat-pasien. Sebagai contoh, suatu upah yang ditawarkan untuk mendorong keikutsertaan suatu kelompok yang tidak beruntung secara ekonomi (misal; tunawisma) dapat dipertimbangkan sedikit memaksa karena penarikan seperti itu dapat menempatkan tekanan yang tidak pantas pada calon peserta, penerimaannya mungkin harus dievaluasi dalam kaitannya dengan keseluruhan perbandingan resiko dan manfaat.
TIP:
Upah digunakan untuk menaikkan tingkat keikutsertaan dalam sebuah studi tampak efektif terutama ketika kesulitan merekrut dalam sebuah kelompok studi atau ketika studi memakan waktu dan membosankan. Rentang upah dari 1 dollar sampai ratusan dollar, tetapi kebanyakan pada rentang 10 hingga 25 dollar. Para agen pemerintah pusat yang mensponsori penelitian terkadang tidak mengizinkan pembayaran penggantian pembayaran dari biya tertentu (missal; untuk perjalanan partisipan, perawatan anak, atau uanng makan siang).
·      Hak Untuk Mengungkapkan Data Secara Lengkap
Prinsip rasa hormat pada martabat manusia meliputi hak manusia untuk membuat pemberitahuan, keputusan sukarela tentang kelkutsertaan studi, yang memerlukan ungkapan data yang lengkap. Ungkapan data yang lengkap berarti bahwa peneliti telah menguraikan secara lengkap sifat alami suatu studi, hak peserta untuk menolak keikkutsertaan, tanggung jawab peneliti, dan mungkin manfaat dan pengambilan resiko. Hak untuk menentukan nasib sendiri dan hak untuk mengungkapkan data secara lengkap adalah dua unsure utama yang mendasari informasi  persetujuan. Prosedur untuk memperoleh informasipersetujuan dari partisipan akan didiskusikan dalam bab lain.
Walaupun unkapan data lengkap secara normal disajikan ke partisipan sebelum mereka memulai studi, sering ada suatu kebutuhan untuk pengungkapan lebih lanjut pada tahap berikutnya, selain sesi wawancara dan komuniksi tertulis. Sebagai contoh, isu yang muncul selama pengumpulan data mungkin perlu diklarifikasi, atau partisipan boleh mendapatkan aspek penjelasan studi sekali lagi. Beberapa peneliti menawarkan untuk mengirimkan ringkasan partisipan temuan riset setelah informasi dianalisa. Dalam studi kualitatif, proses persetujuan dapat memerlukan negosiasi berkelanjutan antara peneliti dan partisipan.
3.    Prinsip Keadilan
Keadilan yang mencakup partisipan yang baik untuk perlakuan yang adil dan menjaga privasi dengan baik ada di panduan ANA di bawah prinsip 4 dan 5.
Perlakuan yang Adil dan Benar
Partisipan penelitian mempunyai perlakuan yang adil dan patut sebelum, selama dan setelah keikutsertaan dalam penelitian. Perlakuan yang adil adalah sebagai berikut:
·         Pemilihan partisipan harus adil dan non diskriminasi untuk mengurangi resiko dan untuk meningkatkan keuntungan. Partisipan harus dipilih terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan penelitian.
·         Respek terhadap nilai budaya dan keanekaragaman manusia
·         Perlakuan yang tidak merugikan
·         Penghargaan atas segala pernyataan diantara para peneliti dan partisipan
·         Adanya akses yang mudah untuk partisipan dalam mengklarifikasi informasi studi mereka
·         Jika ada beberapa kerusakan fisik dan psikis , akses partisipan harus di sesuaikan dengan asisten professional
·         Jika memungkinkan, pengumuman informasi harus ada sebelum studi atau ketika pengklarifikasian dari isu-isu selama studi
·         Perlakuan harus ramah dan bijaksana setiap waktu.
INFORMED CONSENT31
Calon peserta diberi tahu sepenuhnya informasi tentang sifat alami riset, manfaat dan potensi resiko sehingga sanggup untuk membuat keputusan rasional tentang mengambil bagian dalam studi. Informed consent berarti bahwa peserta mempunyai informasi yang cukup mengenai riset, mampu memahami informasi, dan memiliki kekuatan untuk bebas memilih, yang memungkinkan mereka untuk menyetujui atau menolak partisipasi secara sukarela. Bagian ini membahas prosedur untuk mendapatkan persetujuan.
Isi dari informed consent
·         Status peserta.
Calon peserta perlu memahami dengan jelas perbedaan antara penelitian dan perawatan. Mereka harus diberitahu mana perawatan kesehatan rutin dan kegiatan yang dilaksanakan khusus untuk studi. Mereka juga harus diberitahu bahwa data yang mereka berikan akan digunakan untuk tujuan penelitian.
·         Tujuan studi.
Keseluruhan tujuan dari penelitian harus dinyatakan. Penggunaan data yang akan dimasukkan harus dijelaskan.
·         Jenis data.
Calon peserta harus diberitahu jenis data yang akan dikumpulkan.
·         Prosedur.
Calon peserta harus diberi penjelasan mengenai prosedur pengumpulan data, dan prosedur untuk digunakan dalam pengobatan inovatif.
·         Sifat dari komitmen.
Informasi harus diberikan mengenai peserta 'perkiraan waktu komitmen di setiap titik kontak, dan jumlah kontak dalam jangka waktu tertentu.
·         Sponsor.
Informasi tentang siapa yang mensponsori atau pendanaan studi harus diperhatikan: jika penelitian merupakan bagian dari persyaratan akademis, informasi ini harus dibagi.
·         Peserta seleksi.
·         Peneliti harus menjelaskan bagaimana calon peserta diseleksi untuk perekrutan, dan berapa banyak orang akan berpartisipasi.
·         Potensi risiko.
Calon peserta harus diberitahu tentang apapun yang menjadi risiko (fisik, psikologis, sosial, atau ekonomi) atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi sebagai akibat partisipasi, dan setiap upaya yang akan diambil untuk meminimalkan risiko. Kemungkinan risiko tidak terduga juga harus dibahas, jika diperlukan. Jika cedera atau kerusakan adalah mungkin, perawatan yang akan dibuat tersedia untuk peserta harus dijelaskan. Ketika risiko lebih dari minimal, calon peserta harus didorong untuk mencari saran dari orang lain sebelum menyetujui.
·         Potensi manfaat.
Manfaat spesifik bagi para peserta, jika ada, harus dijelaskan, serta informasi tentang kemungkinan keuntungan kepada orang lain.
·         Alternatif.
Jika sesuai, peneliti harus memberikan informasi mengenai prosedur atau pengobatan alternatif yang mungkin akan menguntungkan bagi peserta.
·         Kompensasi.
Jika upah atau penggantian biaya yang harus dibayar (atau jika pengobatan yang ditawarkan tanpa biaya), pengaturan ini harus dibicarakan.
·         Kerahasiaan janji.
Calon peserta harus diyakinkan bahwa privasi mereka akan setiap saat harus dilindungi. Jika anonimitas dapat dijamin, ini harus berupa catatan.
·         Persetujuan sukarela.
Peneliti harus menunjukkan bahwa partisipasi yang bersifat sukarela dan bahwa kegagalan untuk relawan tidak akan mengakibatkan hukuman apapun atau kehilangan keuntungan.
·         Hak untuk menarik diri dan menahan informasi.
Calon peserta harus diberitahu bahkan setelah menyetujui mereka memiliki hak untuk menarik diri dari studi dan menolak untuk memberikan sepotong informasi tertentu. Peneliti dapat, dalam beberapa kasus, perlu untuk memberikan deskripsi peserta dengan keadaan di mana peneliti akan mengakhiri studi secara keseluruhan.
·         Informasi kontak.
Para peneliti harus memberikan informasi di mana peserta dapat menghubungi apabila pertanyaan lebih lanjut, komentar, atau keluhan. Dalam beberapa quailitative stidies, terutama mereka yang memerlukan kontak ulang dengan peserta yang sama, sulit untuk memperoleh persetujuan yang bermakna pada permulaan. Peneliti kualitatif tidak selalu tahu sebelumnya bagaimana studi akan berevolusi.
 Rentan Subjects
            Kepatuhan terhadap standar etika sering secara langsung. Namun, hak-hak kelompok rentan khusus mungkin perlu dilindungi melalui prosedur tambahan dan meningkatkan kepekaan. Rentan subyek (istilah yang digunakan dalam pedoman federal AS) mungkin tidak mampu memberikan persetujuan berdasarkan informasi lengkap (misalnya, orang cacat mental). Peneliti tertarik untuk mempelajari kelompok-kelompok risiko tinggi harus menjadi pedoman yang mengatur berkenalan dengan persetujuan, risiko / manfaat penilaian, dan prosedur penelitian dapat diterima kelompok-kelompok seperti itu. Secara umum, penelitian dengan subjek yang rentan harus dilakukan hanya bila risiko / manfaat rasio rendah atau ketika tidak ada alternatif (misalnya, studi pembangunan masa kanak-kanak anak memerlukan peserta).
Di antara kelompok yang diteliti, perawat harus mempertimbangkan:
 • Anak-anak
• Secara mental atau orang cacat emoyionally
• Severaly sakit atau orang cacat fisik
• Yang sakit parah
• terlembagakan orang
• Wanita hamil
Eksternal Ulasan Dan Perlindungan Hak Asasi Manusia
Peneliti mungkin tidak objektif dalam menilai risiko / manfaat rasio atau dalam mengembangkan prosedur untuk melindungi peserta 'benar. Bias mungkin timbul sebagai akibat dari peneliti komitmen untuk suatu bidang pengetahuan dan keinginan mereka untuk melakukan kajian dengan kekakuan sebanyak mungkin. Karena risiko bias evaluasi, dimensi etika penelitian biasanya harus dikenakan untuk direview oleh pihak ekstern.
Kebanyakan rumah sakit, universitas, dan lembaga lain di mana rencana penelitian sebelum diimplementasikan. Komite ini kadang-kadang disebut komite subjek manusia, etika penasehat, atau komite etika penelitian. Jika lembaga menerima dana dari pemerintah AS untuk membantu membayar biaya penelitian, kemungkinan komite akan disebut Institutional Review Board (IRB)
Etika Dalam Bangunan Desain Studi
Peneliti perlu untuk memberikan pemikiran yang cermat etis reqirements selama perencanaan proyek penelitian dan untuk bertanya pada diri sendiri secara terus-menerus apakah perlindungan yang direncanakan untuk melindungi manusia sufficients. Mereka harus bertahan dalam waspada seluruh implementationof rencana penelitian juga, karena dilema etika unforessen mungkin timbul selama pelaksanan penelitian. Tentu saja, langkah pertama dalam melakukan etika penelitian ini adalah untuk meneliti questins penelitian untuk menentukan apakah mereka secara klinis signifikan dan apakah itu layak untuk melakukan studi dengan cara yang sesuai dengan etis.
Berikut adalah beberapa contoh jenis-jenis pertanyaan yang dapat diajukan dalam berpikir tentang berbagai aspek rancangan penelitian:
Rancangan penelitian:
• Apakah peserta bisa dialokasikan untuk kelompok perlakuan berbeda dengan adil?
• Apakah kontrol penelitian menambah risiko peserta akan dikenakan?
• Apakah pengaturan untuk studi dipilih untuk melindungi terhadap peserta tidak nyaman?
 Intervensi
• Apakah intervensi yang dirancang untuk memaksimalkan baik dan meminimalkan kerugian?
•Dalam kondisi apa pengobatan mungkin akan ditarik atau diubah?
Contoh:
• Apakah penduduk didefinisikan sehingga tanpa sadar dan tidak perlu mengecualikan segmen penting orang?
• Apakah penduduk didefinisikan sedemikian rupa sehingga risiko tinggi terutama orang bisa dibebaskan dari studi?
 • Apakah peserta potensial akan direkrut ke dalam studi secara adil?
Pengumpulan data:
 • Apakah data akan dikumpulkan sedemikian rupa untuk meminimalkan beban responden?
 • Apakah prosedur cukup menjamin kerahasiaan data?
• Apakah staf pengumpulan data dengan tepat dilatih untuk menjadi peka dan sopan?
 Pelaporan:
• Apakah identitas peserta cukup dilindungi?




















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep atau definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena –fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian. Teori dapat dikembangkan melalui dua metode dasar, yaitu metode induktif dan metode deduktif.
Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol dan diafragma.
Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan.
Kumpulan beberapa konsep ke dalam suatu kerangka yang dapat dipahami membentuk suatu model atau kerangka konsep. Konsep dapat dianalogikan sebagai batu bata dan papan untuk membangun sebuah rumah dimana rumah yang dibangun diibaratkan sebagai kerangka konsep.
Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat prinsip utama yang perlu dipahami oleh pembaca, yaitu: Prinsip Kebaikan, Prinsip Rasa Hormat Kepada Martabat Manusia, Prinsip Keadilan, Manfaat dari Riset.


DAFTAR PUSTAKA

Polit, Denise F dan Cheryl Tatano Beck. Nursing Research Principle and Methods Seven
 Edition. Lippincott Williams and Wilkins 

Tidak ada komentar: