ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR APLIKASI NANDA, NOC, NIC



  I.        Pengertian
v  Fraktur adalah patah tulang biasanya di sebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kekuatan dan sudut dari kekuatan tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak dari sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap apa tidak (Sylvia A. Price, 1995).
v  Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna Wong, 2003).
v  Fraktur adalah kerusakan kontinuitas tulang, tulang rawan efisis/tulang rawan sendi yang biasanya melibatkan kerusakan vaskular dan jaringan sekitarnya yang di tandai dengan nyeri pembengkakan dan tenderness (Suriadi, 2001).

II.        Etiologi
Trauma karena kecelakaan dari kendaraan, jatuh, olah raga dan sekunder dari penyakit, osteogenesis imperfekta dan kanker.

III.     Macam-macam fraktur
1.    Fraktur Komplet, bila fragmen-fragmen fraktur benar-benar terpisah. Sering terjadi pada anak-anak.
2.    Fraktur Inkomplet, bila fragmen-fragmen fraktur tetap berlekatan.
3.    Fraktur Complicated, bila fragmen-fragmen tulang yang patah menyebabkan kerusakan pada organ atau jaringan lain (misal, paru ataau kandung kemih.
4.    Fraktur Comminuted, bila fragmen-fragmen kecil dari tulang terpecah dari batang tulang yang fraktur dan berada di sekitar jaringan (sangat jarang pada anak).
5.    Fraktur Transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
6.    Fraktur Segmental bila dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.
7.    Fraktur Impaksi (kompresi), terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
8.    Fraktur Patologik , terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya.
9.    Fraktur Beban, terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka.
10.  Fraktur Greenstick adalah fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak.
11.  Fraktur Avulsi, memisahkan suatu fraktur tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligamen.
12.  Fraktur Sendi, fraktur yang mengenai sendi.
13.  Fraktur Tertutup (closed), fraktur yang terjadi dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
14.  Fraktur Terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan dari kulit. Fraktur terbuka dibagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu :
a.    Derajat I :
-    Luka < 1 cm.
-    Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk.
-    Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif ringan.
-    Kontaminasi minimal.


b.    Derajat II :
-    Laserasi > 1 cm.
-    Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/apulsi.
-    Fraktur kominutif sedang.
-    Kontaminasi sedang.
c.    Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot dan neurofaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas:
1.    Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/apulsi : atau fraktur sekmental/kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
2.    Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau terkontaminasi masif.
3.    Luka pada pembuluh arteri/syaraf perifer yang harus di perbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

IV.    Patofisiologi
1.    Trauma yang mengakibatkan fraktur akan merusak jaringan lunak di sekitar fraktur mulai dari otot fascia, kulit sampai struktur neuromuskular atau organ-organ penting lain.
2.    Pada saat kejadian kerusakan terjadilah respon peradangan dengan pembentukan gumpalan atau bekuan fibrin. Osteoblas mulai muncul dengan jumlah yang besar untuk membentuk suatu matrik tulang baru antara fragmen-fragmen tulang, garam kalsium dalam matrik membentuk kallus yang akan memberikan stabilitas dan menyokong untuk pembentukan matrik baru.

V.     Manifestasi Klinis
1.    Nyeri atau tenderness.
2.    Immobilisasi
3.    Menurunnya pergerakan
4.    Adanya krepitasi.
5.    Ecchymosis dan eritema
6.    Spasme otot
7.    Deformitas
8.    Bengkak atau adanya memar
9.    Gangguan sensasi
10.  Hilangnya fungsi
11.  Menolak untuk berjalan atau bergerak
VI.     Komplikasi
1.    Infeksi
2.    Kompartemen syndrom
3.    Kerusakan kulit, abrasi, laserasi, penetrasi, nekrosis
4.    Gangren
5.    Emboli paru
6.    Trombosis vena
7.    ARDS
8.    Osteoporosis pascatrauma
9.    Ruptur tendon
10.  Syok, hemoragik, neurogenik
11.  Pembuluh darah robek
12.  Osteomielitis
13.  Tetanus
14.  Batu ginjal bila lama immobilisasi
VII.     Penatalaksanaan
Pengobatan yang terkait dengan fraktur ; mengurangi nyeri, mencegah perdarahan dan edema, mengurangi spasme otot, meluruskan tulang yang patah, meningkatkan kesembuhan tulang, immobilisasi fraktur, dan mencegah komplikasi. Terdapat 4 konsep dasar yang harus dipertimbangkan dalam menangi fraktur :
1.    Rekognisi, menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian kecelakaan meliputi : riwayat kecelakaan, derajat keparahan. Jenis kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri menentukan apakah ada kemungkinan fraktur, dan apakah perlu dilakukan pemeriksaan spesifik untuk mencari adanya fraktur dan kemudian di Rumah Sakit.
2.    Reduksi adalah usaha dan tindakan manipulasi reposisi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya. Reduksi tertutup dilakukan dengan manipulasi eksternal untuk meluruskan atau kesegarisan tulang yang patah ke posisi semula. Open reduction and internal fixation (ORIF) yaitu dengan pembedahan, adanya fiksasi internal yang membantu mempertahankan kelurusan tulang. Fasciotomy adalah prosedur pembedahan yang di lakukan untuk mengurangi tekanan yang terkait dengan kompartemen syndrom.
3.   Retensi menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan, seperti pemasangan gips, Gips, traksi ; kulit dan skletal. Traksi kulit yang digunakan ; “Buck extension traction” yang digunakan untuk fraktur femur atau congenital hip Dysplasia. Traksi Rulles digunakan untuk stabilitas fraktur femur. Traksi Servikal digunakan untuk fraktur servikal dan mengobati iritasi syaraf dan otot pada bahu dan lengan atas. Traksi skletal yang digunakan; traksi “balancid suspension” yang digunakan untuk fraktur pelvis dan femur, 90/90 femoral traksi yang digunakan untuk stabilitasi fraktur femur, dunlop traksi yang digunakan untuk fraktur supracondylar pada humerus, dan ruthfield tongs traksi yang digunakan untuk stabilisasi fraktur servikal, tulang belakang torak dan dislokasi. Tujuan traksi adalah mengembalikan posisi semula tulang yang patah, mempertahankan kesegarisan (alignment), mengistirahatkan ekstremitas yang patah, mencegah dan memperbaiki adanya kontraktur dan deformitas, memperbaiki dislokasi, mengurangi spasme, dan mengurangi nyeri.
4.   Rehabilitasi adalah harus segera dimulai dan dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur.



















ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR

  I.     PENGKAJIAN
1.   Data fokus
Riwayat kesehatan : riwayat kejadian, cedera sebelumnya, pengalaman dengan tenaga kesehatan.
2.   Pemeriksaan fisik
Observasi adanya manifestasi fraktur, seperti :
Tanda-tanda cedera :
Ø  Adanya pembengkakan umum atau tidak
Ø  Adanya memar atau tidak
Ø  Adanya krepitasi (sensasi menurut pada sisi fraktur) deformitas.
Ø  Kaku otot yang parah
Ø  Adanya nyeri atau nyeri tekan
Ø  Penurunan penggunaan fungsional dari bagian yang sakit (pada anak kecil yang menolak untuk berjalan atau menggerakkan ekstremitas atas sangat dicurigai terjadinya fraktur).
Ø  Kaji lokasi fraktur : observasi adanya deformitas ; instruksikan anak untuk menunjukkan area yang nyeri.
Ø  Kaji sirkulasi dan sensasi distal pada sisi fraktur.
Ø  Bantu dalam prosedur diagnostik dan tes misal : radiografi dan tomografi.
3.   Data penunjang
ü Foto rontgen
ü Pemeriksaan darah : HB, Ht, eritrosit, leukosit, trombosit.




8
 
 
 II.     ANALISA DATA
No
DATA
PATOFISIOLOGI
PROBLEM

1.












Do :
·    Pasien tampak meringis
·    Pasien tampak gelisah dengan TTV : Nadi cepat > 120x/mnt, RR > 50x/mnt.



Diskontinuitas tulang

Pembuluh darah tulang pecah

Perdarahan

Hematom

Menekan ujung-ujung saraf , spasme otot
ü  Nyeri tekan
ü  Takikardia
ü  Kaku otot
ü  Pe ↓ fungsi muskuloskeletal



Gangguan rasa nyaman : nyeri

2























DO :
·    Ekstremitas yang terpasang gips tampak merah muda dan bengkak.
·    Terpasang gips pada ekstremitas yang fraktur.









Diskontinuitas tulang


Kerusakan jaringan
 


Deformitas skeletal


 


üLaserasi kulit
üMemar
üPembengkakan lokal




Resiko tinggi cedera















3

DO :
·    Tidak kooperatif.
·      Apatis.

Diskontinuitas tulang

Deformitas skeletal

Perawatan khusus (gips/traksi)

Gangguan tumbuh kembang

9
 
Perubahan proses keluarga
III.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot.
2.    Resiko tinggi cedera berhubungan dengan adanya gips, pembengkakan jaringan, kemungkinan kerusakan saraf.
3.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi muskuloskeletal, deformitas skeletal.
4.    Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan laserasi kulit.
5.    Gangguan tumbang kembang anak berhubungan dengan kurangnya stimulasi dan hospitalisasi.
6.    Perubahan peran keluarga berhubungan dengan penyakit dan/atau hospitalisasi anak.

















10
 
 
DAFTAR  PUSTAKA

Doengoes, E Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis, edisi 6,  Jakarta : EGC.
Mansjoer Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. jilid 2, Jakarta : FKUI.
Price, Sylvia A. 1994. Patofisiologi, edisi 4, Jakarta : EGC.
Suriadi, 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi I, Jakarta : CV. Sagung Seto.
Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik edisi 4, Jakarta : EGC.
 





Tidak ada komentar: