TINJAUAN TEORITIS GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL: Menarik diri


            Pada dasarnya kemampuan Hubungan Sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut untuk mengembangkan hubungan sosial yang positif. Setiap tugas perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses, kemampuan berperan serta dalam proses hubungan diawali dengan kemampuan tergantung pada masa bayi dan berkembang pada masa dewasa dengan kemampuan saling tergantung (tergantung dan mandiri).

1. Defenisi

Gangguan hubungan sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, pada tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosialnya (Stuart and Sundeen,1998).

2. Rentang Respon

Respon adaptif ================== Respon maladaptif

 Menyendiri (solitute)             Menarik diri                Merasa sunyi
Kerjasama                               Dependen                    Pemerasan
Otonomi                                  Manipulasi                   Paranoid
Interdependen                         Dependen                   
Respon adaptif meliputi :
a.       Menyendiri
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
b.      Kerjasama
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal yang mana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.

c.       Otonomi
Adalah kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
d.      Interdependen
Adalah saling ketergantungan antara individu dengan orang lain.

Respon maladaptif
a.       Menarik diri
Adalah gangguan hubungan sosial dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membinahubungan secara terbuka dengan orang lain.
b.      Dependen
Adalah terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuan untuk berfungsi secara sukses
c.       Manipulasi
Adalah gangguann hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek dan individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara dalam.
d.      Curiga
Adalah gangguan hubungan sosial yang terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa  percaya dengan orang lain.

3.  Faktor Presdiposisi
a.       Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang seorang individu ada perkembangan tugas yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
b.      Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.
c.       Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan faktor pendukung untuk terjadinya gangguan hubungan sosial.
d.      Faktor biologis
Faktor keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.

4.  Faktor Presipitasi
a.       Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya seperti keluarga yang labil, berpisah dengan orang yang terdekat atau berarti.
b.      Faktor hormonal
Ganggan dari fungsi kelenjer pituitari
c.       Hipotesa virus
Virus HIV dapat menyebabkan tingkah laku psikotik
d.      Hipotesa biological lingkunga sosial
Tubuh akan menggambarkan ambang toleransi seseorang terhadap stress pada saat terjadinya interaksi dengan stresor di lingkungan sosial.

5.  Karakteristik perilaku menarik diri
·        Kurang spontan
·        Apatis
·        Ekspresi wajah kurang berseri
·        Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
·        Mengisolasi diri
·        Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya
·        Intake makanan dan minuman terganggu
·        Retensi urin dan feses
·        Aktifitas menurun
·        Kurang energi
·        Kurang harga diri
·        Postur tubuh berubah

6.  Mekanisme koping menarik diri
a.       Regresi
b.      Represi
c.       Isolasi




 




 


 

 




 

 


B. Pengkajian
-          Identitas klien :
Nama
Umur
Pendidikan
Agama
Suku
Alamat

1.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien memperlihatkan tingkah laku panik, putus asa, ketidak berdayaan, marah, mudah tersinggung, isolasi sosial : menarik diri dan acuh terhadap lingkungan.
b.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami kejadian yang menyebabkan trauma, ancaman, atau kehancuran juga kejadian yang menyebabkan perubahan prilaku dari psikologis sepergi : mengalami kehilangan sesuatu yang berharga atau seseorang yang dicintai.
c.       Riwayat Kesehatan Keluarga
Dapat ditentukan oleh latar belakang genetik yang diturunkan oleh ayah dan ibu atau keduanya dimana mereka mempunyai pengalaman emosi yang labil, sehingga individu mudah jatuh ke-keadaan depresi.

2.      Data Psikologis
a.       Klien mudah tersinggung dan marah
Emosi yang labil dan kurang terkontrol, merasa putus asa dan tidak berdaya, merasa segala sesuatu itu salah, merasa berdosa dan bersalah, merasa cemas yang berlebihan, merasa rendahdiri, apatis, merasa kesepian dan berduka.

b.      Pola komunikasi
Klien menggunakan komunikasi secara verbal dan secara non verbal seperti : dengan sorotan mata, mimik wajah dan cepat tangan serta dalam keaadaan stress meningkat, pembicaraan klien mudah beralih dan sulit berkonsentrasi.
c.       Pola interaksi
Klien sulit berinteraksi dengan lingkungan, cenderung menarik diri dan memisahkan diri dengan lingkungan, kadang klien memperlihatkan rasa tidak senang dan marah pada orang lain.
d.      Pola pertahanan
Untuk mengatasi masalah biasanya klien mengalihkan perhatian dengan cara marah-marah pada orang lain atau sebaliknya berdiam diri dan menyendiri.
e.       Konsep diri
1)      Gambaran diri
Klien cenderung mengalami gangguan gambaran diri, klien merasa terjadi perubahan pada bentuk dari penampilannya.
2)      Ideal diri
Biasanya klien kurang mampu menetapkan ideal dirinya karena dipengaruhi rasa bersalah dan kegagalan pemecahan masalah.
3)      Harga diri
Klien memiliki harga diri yang rendah, merasa putus asa, tidak berdaya dan tidak beguna.
4)      Identitas diri
Klien biasanya mengalami kelainan dalam pengenalan/memahami identitas dirinya. Kesalahan dalam pemahamannya.
5)      Peran diri
Klien menyadari perannya, namun dalam keadaan depresi klien tidak mampu melaksanakan perannya.

f.       Proses pikir
Biasanya klien mengalami beberapa perubahan dalam proses pikir antara lain : kekacauan atau gangguan dalam berfikir, perubahan sensori, tidak dapat berbuat sesuatu rencana dan untuk menahan keadaan, tidak mampu berkonsentrasi, tidak bisa memandang masalah secara realita.
g.      Isi pikir
Biasanya cenderung mengarah pada permasalahannya. Keluh kesah dan ketidak berdayaan.
h.      Status Mental
Klien merasa tidak adekuat, tidak mampu memandang kejadian secara realitas, tidak mampu memfokuskan perhatian dan mengidentifikasi masalah.

3. Data sosial ekonomi
            Keadaan depresi dapat dialami oleh semua tingkat ekonomi.

Tanda dan gejala menarik diri

1.      Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2.      Menghindar dari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari orang lain.
3.      Komunikasi kurang/tidak ada, klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain.
4.      Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5.      Berdiam diri di kamar/tempat terpisah, mobilitas fisik kurang.
6.      Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan  percakapan  atau pergi jika diajak untuk bercakap-cakap.
7.      Posisi janin pada saat tidur.
Data subjektif sukar didapat jika klien menolak untuk berkomunikasi, biasanya adalah menjawab dengan kata-kata singkat, kata-kata “ya, tidak, tidak tahu”.


Masalah Keperawatan :
1.      Isolasi sosial : menarik diri.
  1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
  2. Resiko perubahan sensori persepsi : halusinasi dengar/lihat

Pohon Masalah :








Gangguan harga diri : harga diri rendah
 
 








Diagnosa Keperawatan

1.      Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2.      Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri
3.      Defisit perawatan diri : personal hygiene berhubungan dengan kurang pengetahuan dalam perawatan kebersihan.









No

Hr/Tgl.
Dx. Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
2

Koping individu tidak efektif : Defensif berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan umum
-     Klien mampu berinteraksi dengan orang lain.
Tujuan khusus :
1.   Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2.   Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan harga diri rendah yang berakibat menarik diri.
3.   Klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara bertahap.
4.   Keluarga dapat membantu klien untuk berprilaku adaptif.
1.   Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
            Bina hubungan saling percaya seperti :
a.    Sapa klien dengan ramah.
b.    Perkenalkan diri dengan sopan.
c.    Pertahankan kontak mata.
d.    Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian.
            Jelaskan tujuan interaksi.
            Ciptakan suasana hangat- bersahabat.
            Terima klien apa adanya.
            Perhatikan kebutuhan dasar klien.
            Perlihatkan cara menerima dengan cara sering tapi singkat.

Dapat menimbulkan/meningkatkan rasa percaya klien terhadap perawat dan terciptanya hubungan yang dekat, sehingga klien lebih terbuka dalam mengungkapkan masalahnya, serta sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri klien yang dapat memfasilitasi rasa percaya pada orang lain.




2.   Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan HDR yang berakibat menarik diri.
            Kaji pengetahuan klien tentang perasaan HDR.
            Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab HDR.
            Diskusikan dengan klien tentang HDR serta penyebab dan akibat yang mungkin timbul.
            Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
            Bantu klien mengidentifikasi aspek-aspek positif dirinya mengenal prestasinya.
Diharapkan klien dapat mengenal bahwa dirinya tetap dapat disukai orang lain, walau ia tidak sempurna sehingga mendorong klien mau berinteraksi dengan orang lain. Saat harga diri meningkat klien akan merasa kuragn butuh memanipulasi orang lain untuk kepuasan dirinya sendiri.




3.   Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
            Diskusikan tentang keuntungan dan kerugian dalam prilaku menarik diri akibat HDR.
            Motivasi klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Hubungan sosial memfasilitasi berkurangnya atau hilangnya perasaan rendah diri sehingga klien mulai memahami dan menyadari pentingnya terlibat dalam perubahan prilaku rendah diri yang menyebabkannya menarik diri.




4. Keluarga dapat membantu klien untuk berprilaku adaptif.
4.1.  Bina hubungan saling percaya dengan cara :
a.     Memperkenalkan diri
b.     Jelaskan tujuan pertemuan/ kontrak
4.2.  Diskusikan dengan keluarga tentang prilaku menarik diri, akibat serta kiat/cara menghadapi klien.
4.3.  Motivasi keluarga untuk berkomunikasi dengan klien supaya berhubungan dengan orang lain.
4.4.  Anjurkan keluarga berkunjung 1 x 1 minggu.
4.5.  Beri reinforcement positif pada keluarga atas partisipasi yang diperlihatkannya.
Keluarga merupakan support sistim yang adekuat, sehingga keterlibatan keluarga dapat mempercepat proses perubahan prilaku menjadi adaptif.




No

Hr/Tgl.
Dx. Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
2

Resiko tinggi perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran/lihat b/d menarik diri.
Tujuan umum
-     Klien mampu mengendalikan halusinasinya.
Tujuan khusus :
1.    Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2.    Klien dapat mengungkapkan perasaannya pada perawat.
3.    Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
4.    Klien dapat dukungan dari keluarga.
5.    Klien dapat minum obat sesuai program terapi.
1.   Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Bina hubungan saling percaya dengan cara :
a.    Sapa klien dengan ramah.
b.    Perkenalkan diri dengan sopan.
c.    Pertahankan kontak mata.
d.    Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian.
Jelaskan tujuan interaksi.
Ciptakan suasana hangat- bersahabat.
Terima klien apa adanya.
Perhatikan kebutuhan dasar klien.
Suasana dan hubungan saling percaya memfasilitasi ekspresi pikiran dan perasaannya secara terbuka memungkinkan untuk mengekspresi-kan perasaannya serta menciptakan lingkungan yang mendukung klien untuk menimbulkan rasa percaya diri terhadap perawat.




2.   Klien dapat mengungkapkan perasaan.
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyebab dan akibat dari klien tidak mau bergaul.
Diskusikan dengan klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin.
Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
Diharapkan klien mampu mengungkapkan perasaannya secara terbuka, merasa dirinya diperhatikan dan dia tidak seorang diri. Terjadi hubungan yang lebih baik dan klien menyadari perasaan orang lain terhadap orang lain.




3.   Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
      Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang lain dan menarik diri.
      Motivasi klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
      Beri reinforcement positif terhadap keberhasilannya.
      Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
      Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Sosialisasi secara bertahap diharapkan menjadi suatu pengajaran positif  bagi klien dan pelajaran untuk mau berinteraksi dengan orang lain.




4.       Klien dapat dukungan dari keluarga
4.1.  Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dengan cara :
a.    Perkenalkan diri : nama, asal dll.
b.    Jelaskan tujuan pertemuan
4.2.    Diskusikan dengan klien tentang perilaku menarik diri, akibat serta cara mengatasinya. (menghadapi klien).
4.3.    Motivasi keluarga untuk dapat berkomunikasi dengan baik dengan klien, klien mau berkomunikasi dengan orang lain.
4.4.    Anjurkan keluarga untuk dapat berkunjung 1  seminggu.
4.5.    Beri reinforcement positif pada keluarga atas partisipasinya.
Keluarga merupakan support sistem yang paling adekuat untuk mempercepat kesembuhan klien untuk mau bergaul dengan orang lain.




5.       Klien dapat minum obat sesuai program terapi, seperti : chlorpromazim, Haloperidol, amitriptiline, trihexil penidil.
5.1.    Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (obat, klien, dosis, cara, waktu)
5.2.    Diskusikan dengan klien tentang tujuan minum obat.
5.3.    Anjurkan klien membicarakan efek samping dari obat yang dirasakan.
-     Chlorpromazin bekerja pada ssp, yang dapat menimbulkan efek psikotropik, sedasi, digunakan dalam penanganan psikosis.
-     Halperidol berkasiat hampir sama dengan chlorpromazin.
-     Trihexy phenidil merupakan penyerta pemberian obat psikotropik yang berkhasiat merelaksasikan otot polos anti spasmodik.
-     Amitriptilin adalah obat anti kecemasan (depresi) diharapkan dapat memberikan perasaan lega terhadap efek kecemasan dan mempermudah kerja sama klien dengan terapis.

Tidak ada komentar: