PERUBAHAN DAN ADAPTASI FISIOLOGIS KEHAMILAN TRI MESTER I,II, DAN III PADA DARAH DAN PEMBEKUAN DARAH, SISTEM PERNAFASAN SERTA SISTEM PERSYARAFAN


DARAH
Pengertian
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Tubuh manusia tersusun dari milyaran sel darah yang memiliki fungsi yang vital. Terdapat tiga tipe sel darah pada manusia, sel darah merah yang merupakan jumlah sel darah terbanyak, sel darah putih, dan trombosit, yang masing-masing memiliki fungsi dan kadar yang berbeda dalam tubuh. Salah satunya adalah penghitungan jumlah sel darah dimana terdapat standar jumlah sel darah untuk mengindikasikan kondisi tubuh manusia. Standar jumlah sel darah tergantung beberapa faktor, yaitu jenis kelamin, usia, dan lain-lain.
Darah merupakan gabungan dari cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena; yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke Jaringan dan membawa karbondioksida serta hasil limbah lainnya.
Pada kehamilan ibu dapat mengalami :
·         Anemia
Penyakit anemia defisiensi besi memang paling sering dialami ibu hamil. Masalahnya, saat hamil kebutuhan akan zat-zat makanan bertambah. Konsentrasi darah dan sumsum tulang pun berubah. Akibatnya, ibu hamil kekurangan zat besi dalam darahnya. Seperti kita tahu, semasa hamil dan menyusui kebutuhan zat besi meningkat tajam. Nah, kebutuhan zat besi akan bertambah sejalan dengan perkembangan janin, plasenta, dan peningkatan sel darah merah ibu. Anemia defisiensi besi paling banyak diderita ibu hamil yang justru membutuhkan asupan unsur besi dari makanan lebih dari biasanya. Bisa juga karena adanya gangguan pencernaan, sehingga unsur zat besi tidak diserap dengan baik oleh tubuh.
Saat berbadan dua, otomatis keperluan akan suplai darah bertambah. Terjadilah perubahan volume darah yang dihasilkan dari peningkatan plasma darah.
Namun sering kali, peningkatan plasma darah tidak diimbangi dengan peningkatan sel-sel darah. Harusnya perbandingan susunan pertambahan elemen darah merah adalah sel darah 18%,plasma 30% dan hemoglobin 19%.
 Nah di sinilah perlunya peningkatan asupan zat besi untuk memproduksi sel darah merah. Kalau tidak, akibatnya terjadi pengenceran darah atau viskositas (kekentalan) darah berkurang. 

Yang penting diingat, dalam kondisi ini, ibu hamil perlu menjaga agar jangan sampai terjadi anemia. Sebab, haemodilusi sering kali membuat hemoglobin atau kadar darahnya menjadi lebih rendah, kurang dari 10g/dl, dibandingkan cairan ekstranya.
Standar WHO minimalnya adalah 12g/dl. Akibatnya, gejala yang muncul, ibu hamil mudah letih, lesu, lemah, lelah, lunglai, dan mata berkunang-kunang. Bahkan pada banyak kasus anemia bisa sangat membahayakan karena dapat terjadi perdarahan sehingga mengancam kehamilan.
Memang, banyak ibu yang masih mampu beraktivitas normal meski kadar Hb-nya mencapai 10 g/dl. Mereka bisa beraktivitas seperti biasa tanpa mengeluh sehingga kehamilan tetap berjalan baik dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Tetapi ibu jangan terlena, sebab bila Hb di bawah 7g/dl, kehamilan dan persalinan penuh risiko, seperti perdarahan yang berat.

·         Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi terjadi karena adanya pembuluh darah yang menegang sehingga membuat tekanan darah meningkat.Tekanan darah bisa mencapai 140/90 sementara batas normal untuk tekanan darah atas antara 100-120 dan tekanan bawah 70-85.
Ada ibu yang sudah mengidap hipertensi sebelumnya namun ada juga hipertensi yang justru baru terjadi saat hamil. Kondisi yang disebut terakhir inilah yang disebut dengan preeklamsia dan eklamsia. Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu dan harus segera ditangani agar tak meningkat menjadi eklamsia yang tak saja bahaya buat ibu tapi juga janin.
Hipertensi berbahaya karena pembuluh darah menyempit sehingga asupan makanan ke bayi menjadi sedikit. Tak jarang, hipertensi pada kehamilan bisa membuat janin meninggal, plasenta terputus, pertumbuhan terganggu. Gejala hipertensi adalah pusing dan sakit kepala, kadang disertai bengkak di daerah tungkai, penglihatan menjadi kabur, perut terasa sakit atau panas, denyut nadi yang cepat dan tes laboratorium menunjukkan protein yang tinggi dalam urine.
Hipertensi yang parah atau ekslamsia ditandai dengan tekanan darah tinggi yang terus meningkat dan kadar protein yang lebih tinggi lagi dalam urine, sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah urine. Risiko eklamsia sangat besar, ibu bisa mengalami kejang-kejang hingga tak terselamatkan, gagal ginjal, dan kerusakan hati. Pada janin, aliran darah ke janin berkurang sehingga mengalami gangguan pertumbuhan. Jika jiwa ibu terancam, biasanya keselamatan ibu lebih diprioritaskan. Sedangkan bayi akan dikeluarkan dengan proses induksi untuk menghasilkan persalinan normal.
Hipertensi tak selalu berdampak buruk bagi kehamilan. Asalkan terkontrol, penyakit tekanan darah tinggi ini tak akan jadi masalah. Bahkan untuk kasus preeklamsia, pada umumnya setelah masa kehamilan, penyakit tersebut akan menghilang dengan sendirinya.

·         Hipotensi
Ada juga ibu hamil yang mempunyai tekanan darah rendah (ukuran tekanan darah 90/60). Hanya saja hal ini tidak sampai berakibat fatal. Gejala yang dialami umumnya sama dengan hipertensi yaitu pusing-pusing dan sakit kepala disertai tubuh lemas. Hipotensi biasanya terjadi karena ibu kurang tidur atau kurang istirahat dan kecapekan.
Penanganannya cukup dengan banyak istirahat dan cukup tidur. Makanan berkolesterol tinggi selama porsinya tidak banyak boleh saja, begitu juga makanan yang bergaram atau asin.
Umumnya, ibu hamil akan mengalami penurunan tekanan darah (hipotensi), terutama di usia kehamilan 20 minggu hingga maksimal di usia 32 minggu. Jika penurunan ini terjadi secara gradual atau perlahan dan tak menimbulkan keluhan, maka terbilang normal, karena sesudah itu tekanan darah akan kembali normal atau sedikit lebih rendah dari normal. Kisaran tekanan darah normal yang umum adalah terendah 80/60 dan paling tinggi 120/80.
Hipotensi terjadi bila tekanan darah ibu berada di bawah dari biasanya. Misalnya tekanan darah ibu normalnya adalah 100/70 kemudian turun menjadi 80/60, ini dapat dikatakan tidak normal. Penurunan ini dapat menimbulkan keluhan seperti pusing dan mata berkunang-kunang. Pada ibu hamil, tekanan darah yang menurun ini bersifat fisiologis atau terjadi karena adanya kehamilan.
 Secara ilmiah penyebabnya bisa diterangkan sebagai berikut; saat hamil, tubuh ibu memproduksi hormon progesteron. Hormon ini memengaruhi otot-otot menjadi lebih relaks. Kemudian memengaruhi pembuluh-pembuluh darah ibu yang cenderung melebar. Pelebaran pembuluh darah inilah yang membuat tekanan darah menurun.
Karena terbilang normal, tentunya penurunan tekanan darah ini tak berbahaya sehingga ibu hamil tak perlu khawatir. Malah, penurunan tekanan darah ini bermanfaat besar untuk ibu maupun janinnya. Sebab, pembuluh darah yang melebar akan memperbanyak volume darah di dalam tubuh. Dengan kata lain, kapasitas pembuluh darah akan lebih besar sehingga dapat lebih banyak menampung masukan cairan ekstra. Ini akan memicu terjadinya haemodilusi darah atau darah lebih cair karena pada kondisi ini darah ibu hamil akan terlihat lebih cair.
Dengan tekanan darah rendah ini, tubuh mempersiapkan diri untuk persalinan. Dengan jumlah cairan darah yang relatif banyak, perdarahan hingga 500 cc (kira-kira 2 gelas) tidak akan membuat ibu hamil pingsan. Ajaibnya, persiapan ini dilakukan secara perlahan selama 9 bulan.
Selain itu, pelebaran pembuluh darah ini akan membantu kelancaran asupan makanan pada janin.
Asupan makanan akan semakin banyak sehingga pertumbuhan janin pun akan semakin baik. Selain itu, asupan makanan yang disalurkan ke berbagai organ tubuh, seperti payudara, akan lebih lancar sehingga biasanya payudara ibu hamil akan terlihat lebih besar.
Pelebaran pembuluh darah pun terjadi di daerah vagina. Akibatnya, vagina jadi lebih lembap dan lentur sehingga persalinan akan terjadi lebih mudah. Jadi jangan heran bila saat persalinan, kepala bayi bisa melewati lubang vagina yang sempit karena saat itu otot-ototnya akan jauh lebih lentur.
Sebenarnya, tekanan darah rendah atau hipotensi bukanlah sebuah penyakit, ini termasuk normal. Jadi tidak ada obat yang harus diberikan kepada ibu hamil karena akan sembuh dengan sendirinya. Dampak terhadap janin pun boleh dikatakan tidak ada sehingga ibu tidak perlu khawatir menghadapinya. Namun, pada beberapa kasus, tekanan darah fisiologis terkadang cukup mendatangkan keluhan, seperti lemas, sempoyongan, pusing, pandangan kurang jelas, dan lainnya.
 Hal ini bisa terjadi pada ibu yang kurang menjaga kebugaran tubuhnya atau kurang berolahraga. Kurang olahraga dapat membuat pembuluh darah terlalu lentur sehingga tekanan darah menjadi sangat rendah. Efeknya, ketika ia berdiri terlalu lama maka pembuluh darah di kaki melebar membuat darah jadi rendah. Walhasil, ibu akan pusing, sempoyongan, bahkan terjatuh.
Selain itu, kondisi tubuh yang kurang fit atau sakit bisa membuat tekanan darah menjadi rendah. Namun biasanya tekanan rendah ini hanya simptom saja, jika kondisi ibu membaik maka tekanan darah pun akan normal kembali. Untuk mengatasinya tak perlu dengan obat, melainkan dengan beristirahat cukup, tidak melakukan aktivitas yang membuat simptom tekanan darah rendah muncul seperti berdiri terlalu lama, konsumsi makanan bergizicukup protein, kalori, vitamindan olahraga secara teratur untuk menjaga kebugaran tubuh. Jika ingin bepergian sebaiknya ditemani agar jika terjadi apa-apa di jalan ada yang menolong.
Waspadai Yang Patologis
Bila tekanan darah ibu tiba-tiba turun secara drastis, bisa menunjukkan adanya kemungkinan ibu mengalami syok. Hal ini tak boleh dianggap ringan karena sudah bersifat patologis dimana tekanan darah turun secara akut, cepat sekali, dan sering kali disertai peningkatan detak nadi.


Adapun penyebab turunnya tekanan darah secara drastis, antara lain:
+ Perdarahan
Bisa karena kehamilan itu sendiri, seperti keluar vlek, keguguran, plasenta previa, dan lainnya. Bisa juga karena perlukaan di bagian tubuh lain yang tak ada hubungannya dengan kehamilan, seperti benturan keras hingga berdarah, tertusuk benda tajam, dan lainnya.
+ Banyak Cairan yang Keluar
Bisa disebabkan oleh diare berat yang tak segera diatasi sehingga ibu mengalami dehidrasi, muntah berat. Juga bisa karena demam berdarah.
+ Serangan Jantung
Saat serangan jantung, nadi tak berdenyut sehingga sulit untuk mengobservasi tekanannya. Namun kasus ini biasanya dianggap di luar dari masalah kehamilan karena tidak spesifik.
+ Stres
Dalam kondisi tertekan secara psikis bisa membuat ibu stres dan memengaruhi tekanan darahnya. Bila stresnya terlalu berat bisa membuat ibu mengalami syok bahkan pingsan.
Masalah turunnya tekanan darah akibat patologis harus ditangani oleh ahlinya. Ibu bisa ke dokter kandungan bila masalahnya karena perdarahan kehamilan, ke dokter penyakit dalam bagian pencernaan bila karena diare, atau ke psikolog/psikiater bila karena masalah psikis/kejiwaan.

Darah mengangkut oksigen, karbondioksida, nutrisi dan hasil metabolisme ke seluruh tubuh. Selain itu darah juga berfungsi sebagai alat keseimbangan asam basa, perlindungan dari infeksi, dan merupakan pemelihara suhu tubuh.
Darah terdiri dua komponen yaitu plasma (55%) dan sel-sel darah (45%).Plasma mengandung air, protein plasma, dan elektrolit. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (99%), leukosit dan trombosit.
Volume darah merupakan kombinasi dari volume plasma dan volume sel darah merah. Peningkatan volume darah selama kehamilan berkisar 30-50% dan bahkan bisa lebih pada kehamilan ganda. Peningkatan volume darah berhubungan dengan peningkatan CO mulai kehamilan 6 minggu. Peningkatan volume darah juga berhubungan dengan mekanisme hormonal.

Peningkatan volume plasma yaitu sekitar 50%.Hal ini dimaksdukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme ibu dan janin. Peningkatan ini erat hubungannya dengan berat badan bayi. Ibu dengan kehamilan ganda akan mengalami peningkatan volume plasma yang lebih besar daripada ibu dengan kehamilan biasa.
Pewarisan
Tabel pewarisan golongan darah kepada anak
Ibu/Ayah
O
A
B
AB
O
O
O, A
O, B
A, B
A
O, A
O, A
O, A, B, AB
A, B, AB
B
O, B
O, A, B, AB
O, B
A, B, AB
AB
A, B
A, B, AB
A, B, AB
A, B, AB
Rhesus
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan.
Setiap orang mempunyai golongan darah dengan rhesus tertentu. Penggolongan darah ini diturunkan secara genetika. Artinya, orang yang memiliki rhesus negatif diturunkan dari orangtua yang memiliki rhesus negatif atau juga membawa faktor rhesus negatif. "Orang yang membawa faktor rhesus negatif jika menikah dengan orang yang juga membawa faktor rhesus negatif akan memiliki anak yang berfaktor rhesus negatif
Ketidakcocokan golongan darah ABO sering terjadi pada ibu yang mempunyai golongan darah O. Misalnya, golongan darah ibu O (nol) dan pasangannya mempunyai golongan darah B. Jika anaknya mempunyai golongan darah B, maka ibu itu akan membentuk zat anti B.
Golongan darah O bisa ditransfusikan pada golongan darah lainnya, asalkan mempunyai rhesus yang sama. Tak heran kalau ada kasus seperti gangguan pembekuan darah saat transfusi dilakukan dengan golongan darah yang sama. Artinya golongan darah yang sama tidak selalu memiliki rhesus. Ketidakcocokan golongan darah ABO sering terjadi pada ibu yang mempunyai golongan darah O. Misalnya, golongan darah ibu O (nol) dan pasangannya mempunyai golongan darah B. Jika anaknya mempunyai golongan darah B, maka ibu itu akan membentuk zat anti B.
Pembekuan darah
Hemostatis adalah terhentinya atau penghentian aliran darah dari pembuluh darah yang terbuka atau terluka.
Ada 3 faktor dalam proses hemostasis:
Ø  Faktor ekstravakuler yaitu faktor jaringan seperti kulit ,otot, subkutis, dan jaringan lain.
Ø  Faktor vaskuler yaitu dinding pembuluh darah.
Ø  Faktor intravaskuler yaitu zat yang terdapat dalam pembuluh darah: trombosit, fibrinogen, dsb.
Proses hemostasis dapat pula terjadi sebagai berikut:
1.         Hemostasis primer : pembuluh darah menyempit, trombosit-trombosit mengumpul pada ujung-ujung luka, rusak lalu membentuk gumpalan-gumpalan, dan menyumbat arteriol, venul, dan kapiler yang putus.
2.        Hemostasis sekunder : biasanya pada pembuluh darah agak besar, proses di atas juga dibantu pula oleh pembekuan fibrin untuk menyumbat ujung-ujung luka.Hal ini dibantu pula oleh kontraksi otot atau merapatnya jaringan di bawah kulit.
3.         Dijahit : bila hal di atas tidak efektif serta luka terlalu besar dan terbuka lebar.
Pada persalinan, proses tersebut bekerja dengan baik untuk penghentian perdarahan terutama oleh kontraksi rahim.
Proses pembekuan darah terdiri atas 3 tingkat :
a)        Pembentukan tromboplastin
b)       Pembentukan trombin
c)        Pembentukan fibrin.
d)        
Fibrinolisis proses penghancuran fibrin yang digunakan agar pembekuan darah tidak berlebihan Secara alamiah dan dalam keadaan normal sebenarnaya selalu terjadi pembekuan darah dan fibrinolisis dalam perbandingan tertentu,di satu pihak agar jangan terjadi trombosis yang dapat merugikan dan di pihak lain agar jangan terjadi perdarahan.
Selama kehamilan, kadar beberapa faktor koagulan meningkat. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan fibrinogen dan faktor VIII. Faktor VII, IX, X, dan XII juga mengalami peningkatan secara perlahan. Aktifitas fibrinotik menurun selama kehamilan dan persalinan namun mekanisme yang tepat belum diketahui. Plasenta mungkin berperan dalam perubahan status fibrinotik tersebut. Kadar plasminogen meningkat seiring dengan peningkatan kadar fibrinogen yang menyebabkan keseimbangan aktifitas pembekuan dan lisis darah.
PERNAFASAN
Sistem respirasi ibu mengangkut oksigen ke dan membuang karbondioksida dari janin dan plasenta serta menyediakan energy untuk sel-sel ibu itu sendiri,janin,dan plasenta.Faktor-faktor  yang mempengaruhi perubahan pulmonal meliputi pengaruh hormonal dan perubahan mekanis.Perubahan mekanis meliputi elevasi posisi istirahat diafragma kurang lebih 4cm peningkatan 2cm pada diameter tranversal saat sudut subkostal dan iga-iga bawah melebar,serta lingkar toraks membesar kurang lebih 6cm.Semua perubahan ini disebabkan oleh tekanan atas akibat pembesaaran uterus.
Pengaruh-pengaruh hormonal meliputi efek estrogen terhadap engorgement kapiler melalui saluran pernafasan dan efek progesterone terhadap relaksi otot polos bronkiol dan relaksasi otot serta kartilago pada region toraks.
                Jumlah pernafasan ,kapasitas vital ,dan kapasitas nafas maksimum tidak terpengaruh selama kehamilan berlangsung,tetapi volume tidal,volume pernafasan permenit dan peningkatan ambilan oksigen permenit,kapasitas residu fungsional serta volume residu udara mengalami penurunan.Efek semua ini adalah dispnea fisiologis atau dispnea kehamilan yang dikaitkan denagn peningkatan volume tidal yang kemudian dapat menyebabkan hiperventilasi dan kadar PCO2 rendah.
Kadar PCO2 yang lebih rendah membat ibu mengalami alkalosis respiratori yang memfasilitasi pengangkutan CO2 dari janin ke ibu.Peningkatan tipis PH darah memfasilitasi pelepasan O2 dari ibu ke janin.Peningkatan sebesar 70% pada ventilasi alveolar yang berkaitan dengan penurunan volume residual dapat meningkatkan pengeluaran partikel dan difusi obat-obatan yang terdapat dalam aerosol dan bronkolidator.Kehamilan mempengaruhi perubahan system pernafasan pada volume paru-paru dan ventilasi. Perubahan anatomi dan fisiologi system pernapasan selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin. Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh hormonal dan biokimia.

Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan bentuk dada berubah. Diafragma menjadi lebih naik sampai 4cm dan diameter melintang dada menjadi 2cm. Perubahan ini menyebabkan perubahan system pernapasan yang tadinya pernapasan perut menjadi pernapasan dada oleh karena itu diperlukan perubahan letak diafragma selama kehamilan.
Kapasitas inspirasi meningkat progresif selama kehamilan selain itu tidal volume meningkat sampai 40%. Peningkatan volume tidal ini menyebabkan peningkatan ventilasi pernapasan permenit yaitu jumlah udara yang masuk dalam satu menit. Karena pertukaran udara selama kehamilan meningkat oleh karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk nafas dalam dari pada nafas cepat. Pada akhir kehamilan, ventilasi pernapasan permenit meningkat 40%. Perubahan ini mengakibatkan resiko hiperventilasi pada ibu. Walaupun hiperventilasi secara normal menyebabkan alkalosis, hal ini tidak diakibatkan adanya peningkatan kompensasi ekskresi bikarbonat di ginjal. Namun hiperventilasi ini disebabkan oleh efek progesterone secara langsung di pusat pernapasan.
Ibu hamil mungkin merasa cemas akan terjadinya dyspnoe dan merasa pusing saat napas pendek yang biasanya terjadi ketika duduk di bawah.
PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN
Penyakit saluran pernapasan yang kerap muncul adalah influenza, radang tenggorok, pneumonia, dan tuberkulosis. Penyebabnya dengan makin besarnya kandungan, diafragma atau sekat rongga dada pun kian tertekan ke atas. Akibatnya, ruang paru-paru jadi lebih sempit, sehingga oksigen yang masuk ke paru-paru makin sedikit pula. Sebagai kompensasinya, napas pun jadi semakin cepat yang membuat ibu hamil gampang tersengal-sengal.Penyebab lain, meningkatnya hormon progesteron.
Peningkatan hormon ini menyebabkan otot-otot pernapasan menjadi kendur. Padahal, untuk bisa menyediakan oksigen dalam jumlah yang sama atau malah lebih selama hamil mau tidak mau otot-otot itu dipacu bekerja lebih cepat.Melemahnya daya tahan tubuh ibu maupun perubahan volume darah dapat membuat ibu hamil lebih mudah terkena infeksi dibanding kondisi saat tidak hamil. Pencegahannya cukup dengan hidup sehat (cukup istirahat, cukup nutrisi, dan cukup bergerak)





SISTEM PERSYARAFAN
Fungsi system saraf pusat dan otak sangat kompleks dan mencakup semua aktifitas mulai dari reflex dasar sampai perubahan kemampuan kognitif dan emosional. Kinerjanya sangat berpengaruh dan dipengaruhi hormone. Perubahan yang terjadi menyangkut ketidaknyamanan tulang dan otot, gangguan tidur, perubahan sensasi, pengalaman terhadap nyeri.
Hormon kehamilan mempengaruhi system saraf pusat, namun efek yang ditimbulkan tidak terlalu dimengerti. Banyak wanita hamil mengeluhkan bahwa kemampuan kognitif mereka menurun selama kehamilan dengan kesulitan berkonsentrasi kelemahan menyimpan memori. Holdcroft meyakini bahwa penyusutan otak wanita selama hamil dan kembali normal setelah persalinan disebabkan oleh perubahan dalam sel individu bukan karena penurunan jumlah selnya.
Beberapa hal yang dirasakan ibu hamil diantaranya :
1.Pusing dan kunang-kunang
Pusing dan perasaan seperti melihat kunang-kunang disebabkan oleh hipotensi supine syndrome (vena cava sindrom). Hal ini terjadi karena ketidakstabilan vasomotor dan hipotensi postural khususnya setelah duduk atau berdiri dengan periode yang lama. Hipotensi postural bisa jadi karena kekurangan volume darah sementara.
2.Meralgia Paresthetica (kesakitan, mati rasa, berkeringat, terasa gatal di daerah paha), bisa disebabkan oleh tekanan uterus pada saraf kutan lateral femoral.
3.Sindrom Karpel Tunel
Sindrom ini bisa menimbulkan perasaan terbakar, gatal dan sakit di tangan (biasanya di jempol dan 3 jari pertama) sakitnya bisa sampai ke pergelangan tangan, naik ke lengan bagian bawah, dan kadang-kadang sampai ke pundak, leher dan dada.
Sindrom ini menyebabkan luka pada pergelangan tangan sehingga menyebabkan inflamasi dan penyempitan di saraf tengah yang menjalar ke telapak tangan.
4.Kejang kaki mendadak
Biasanya terjadi dengan menarik kontraksi otot betis secara berulang. Hal ini terjadi karena ibu sedang istirahat atau bangun tidur. Kejang ini dikarenakan rendahnya serum ion kalsium dan meningkatnya fosfat atau ketidakcukupan intake kalsium. Ketika itu terjadi seharusnya ibu melenturkan atau meluruskan kaki atau berdiri. Ibu tidak dianjurkan untuk memijat kakinya karena mungkin saja rasa  sakit itu berasal dari tromboplebitis.

Tidak ada komentar: