PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
       Pemeriksaan fisik dilakukan agar dapat mendeteksi apakah pada bayi dan anak terdapat kelainan atau tidak. Pemeriksaan fisik dilakukan pada seluruh sistem anggota tubuh. Pemeriksaan pada anak yang berusia antara 8 bulan sampai 4 tahun jika memungkinkan dilakukan dengan anak duduk di pangkuan atau di dalam dekapan bahu orang tuanya.
       Berbicaralah pada anak dengan lembut menggunakan intonasi suara yang ramah. Bergeraklah dengan lembut dan perlahan, hindari gerakan yang menyolok dan tiba-tiba. Anak yang berusia sekitar 8 tahun atau lebih biasanya dapat diperiksa dengan mudah seperti pemeriksaan standar pada orang dewasa. Pada usia yang lebih muda, penting sekali memeriksa daerah yang kritis sebelum anak menangis. Mulailah selalu dengan inspeksi.
       Pemeriksaan integument yang dilakukan meliputi ruam, tanda yang membedakan (seperti nevi atau hemangioma). Pada pemeriksaan muskuloskeletal yang dinilai adalah jangkauan pergerakan, deformitas, pincang, dan dislokasi panggul. Pemeriksaan bayi baru lahir meliputi semua aspek pada bayi agar kelainan dapat dideteksi secara dini. Pemeriksaan harus segera dilakukan untuk menghindari semakin bertambah beratnya penyakit dan dapat mengobatinya dengan segera. Banyak anak-anak yang mengalami kelainan dan kecacatan tidak dilakukan pemeriksaan pada saat baru lahir, sehingga penyakit diketahui setelah anak besar dan penyakit bertambah parah. Jika hal yang demikian sudah terjadi sulit untuk mengobatinya.

1.2  Tujuan
       Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mengerti tentang Pengkajian Fisik pada Bayi dan Anak

1.3  Ruang Lingkup
       1.3.1. Sistem Muskuloskeletal
       1.3.2. Sistem Integument
       1.3.3. Pemeriksaan pada Bayi Baru Lahir 
 
 
BAB II
Pengkajian Fisik Pada Bayi dan Anak


2.1.  Sistem Muskuloskeletal
            Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan. Strukur tulang memberikan perlindungan terhadap organ-organ penting dalam tubuh seperti jantung, paru dan otak. Tulang berfungsi juga memberikan bentuk serta tempat melekatnya otot. Sehingga tubuh kita dapat bergerak.

2.1.1.   Sistem Muskuloskeletal
  1. kaji adanya nyeri otot, kram atau spasme
  2. kaji adanya kekakuan sendi dan nyeri sendi
  3. kaji pergerakan ekstremitas tangan dan kaki, ROM (range of motion), kekuatan otot
  4. kaji kemampuan pasien duduk, berjalan, berdiri, cek postur tubuh
  5. kaji adanya tanda-tanda fraktur atau dislokasi
  6. kaji ulang pengobatan dan test diagnostik yang terkait sistem  muskuloskeletal

2.1.2.  Tujuan :
1. Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
2. Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian 
    tertentu.

2.1.3.  Persiapan alat:
Meteran

2.1.4.  Prosedur pelaksanaan :
Otot
  1. inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati adanya atrofi atau hipertrofi.
  2. jika didapatkan adanya perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan menggunakan meteran.
  3. amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan kontraktur yang ditunjukkan oleh malposisi suatu bagian tubuh.
  4. lakukan palpasi pada saat otot istirahat dan pada saat otot bergerak secara aktif dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (flasiditas), kontraksi tiba-tiba secara involunter (spastisitas)
  5. Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh klien menarik atau mendorong tangan  pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ekstremitas kanan dengan ekstremitas kiri.
  6. Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara resisten.

Tulang
  1. Amati kenormalan susunan tulang dan adanya deformitas.
  2. Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan.
  3. Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.

Persendian
  1. Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian.
  2. Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak, nodul, dan lain-lain.
  3. kaji tentang gerak persendian.
  4. Catat hasil pemeriksaan.

Pada pemeriksaan tulang belakang dan ekstermitas pada anak dapat dilakukan dengan cara inspeksi terhadap adanya kelainan tulang belakang seperti:
  • Lordosis (deviasi tulang belakang kea rah anterior)
  • Kifosis (deviasi tulang belakang ke arah posterior)
  • Skoliosis (deviasi tulang belakang ke arah samping)
  • Kelemahan
  • Perasaan nyeri yang ada pada tulang belakang dengan cara mengobsevasi pada posisi terlentang, tengkurap atau duduk

Kemudian pemeriksaan tulang: otot, sendi dengan dimulai inspeksi pada jari-jari seperti pada jari tabuh (clubbed fingers) dapat dijumpai pada penyakit jantung bawaan atau penyakit paru kronis, adanya nyeri tekan, gaya berjalan, ataksia (inkoordinasi hebat), spasme otot, paralysis, atrofi/hipertropi otot, kontraktur dan lain-lain.

2.2.  Sistem Integument
            Pemeriksaan kulit dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis, ikterus eczema, pucat, purpura, eritema, macula, papula, vesikula, pustule, ulkus, turgor kulit, kelembaban kulit, tekstur kulit dan edema. Pertama kali, nilailah warna kulit secara keseluruhan. Eritema menyeluruh dapat menunjukkan adanya demam, terpajan matahari, atau keracunan atropin. Warna pucat dijumpai pada anak dengan syok, anemia atau sirkulasi lokal yang buruk. Periksa adanya pigmentasi kulit (daerah dengan perubahan warna yang menyeluruh atau lokal) 

Sistem Integument
  1. Kaji integritas kulit dan membrane mukosa, turgor, dan keadaan umum kulit (jaundice, kering)
  2. Kaji warna kulit, pruritus, kering, odor
  3. Kaji adanya luka, bekas operasi/skar, drain, dekubitus, dsb
  4. Kaji resiko terjadinya luka tekan dan ulkus
  5. Palpasi adanya nyeri, edema, dan penurunan suhu
  6. Kaji riwayat pengobatan dan test diagnostik terkait sistem integument

2.2.1. Pemeriksaan warna kulit
Warna kulit
Deskripsi
Coklat

Biru kemerahan
Merah

Biru (sianosis) pada kuku




Kuning










Pucat (kurang merah muda pada orang kulit putih) atau warna abu-abu pada kulit hitam.
Kekurangan warna secara umum
Menunjukkan adanya penyakit Addison atau beberapa tumor hipofisis
Menunjukkan polisitemia
Alergi dingin, hipertermia, psikologis, alkohol atau inflamasi lokal
Sianosis perifer oleh karena kecemasan atau kedinginan atau sentral karena penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen yang meliputi bibir, mulut dan badan.
Ikterus yang menyertai penyakit hati, hemolisis sel darah merah, obstruksi saluran empedu atau infeksi berat yang dapat dilihat pada sklera, membran mukosa dan abdomen. Apabila terdapat pada telapak tangan dan kaki dan muka bukan sclera menunjukkan adanya akibat memakan wortel, kentang. Apabila pada area kulit terbuka tidak ada pada sklera dan membran mukosa menunjukkan adanya penyakit ginjal kronik.
Menunjukkan adanya sinkop, demam, syok, anemia
Albinisme


2.2.2. Cara dan keadaan patologis Pemeriksaan Kelembapan Kulit
Cara
Patologis
Amati kelembapan daerah kulit normal: agak kering.

Normal: membran mukosa lembab
Kulit kering pada daerah bibir, tangan atau genital menunjukkan adanya dermatitis kontak
Kekeringan yang menyeluruh disertai dengan lipatan dan membran mukosa yang lembab menujukkan terlalu terpapar dengan sinar matahari dan sering mandi atau kurang gizi sedang kering pada membran mukosa menunjukkan adanya dehidrasi serta adanya kedinginan menunjukkan adanya syok dan perspirasi


2.2.3. Cara dan keadaan patologis Pemeriksaan Suhu Kulit
Cara
Patalogis
Dilakukan palpasi pada daerah kulit dengan punggung tangan pada ekstremitas
Adanya hipertermia menunjukkan adanya demam, terbakar sinar matahari, gangguan otak. Hipertermia lokal menunjukkan adanya luka bakar atau infeksi. Hipotermia lokal menunjukkan adanya terpapar dingin
                  
2.2.4. Cara dan keadaan patologis Pemeriksaan Tekstur Kulit
Cara
Patologis
Dilakukan inspeksi dan palpasi terhadap tekstur kulit

Normalnya kulit bayi dan anak adalah lembut
Kulit kasar dan kering menunjukkan terlalu sering mandi, kurang gizi, terpapar cuaca, gangguan endokrin
Kulit mengelupas atau bersisik pada jari-jari tangan atau kaki menunjukkan adanya ekzema, dermatitis atau infeksi jamur. Sisik berminyak pada kulit kepala menunjukkan adanya dermatitis seborrhoik.
Bercak-bercak hipopigmentasi dan bersisik pada muka dan tubuh bagian atas menunjukkan ekzema

2.2.5. Cara dan keadaan patologis Pemeriksaan Turgor Kulit
Cara
Patologis
Dilakukan palpasi pada daerah kulit dengan mencubit lengan atas atau abdomen dan melepaskannya secara cepat. Normal: kulit kembali seperti semula dengan cepat tanpa meningkatkan tanda
Lipatan kulit kembali lambat dan adanya tanda menunjukkan adanya dehidrasi atau malnutrisi, penyakit kronik atau gangguan otot

2.2.6. Cara dan keadaan patologis Pemeriksaan Edema Kulit
Cara
Patologis
Dilakukan palpasi pada daerah kulit dengan menekan daerah kulit yang kelihatan membengkak dengan jari telunjuk
Lekukan telunjuk yang menetap setelah telunjuk diangkat menunjukkan adanya pitting edema. Edema daerah periorbital menunjukkan adanya banyak menangis, alergi, baru bangun tidur atau penyakit ginjal. Edema pada ekstremitas bawah dan bokong menunjukkan kelainan pada ginjal dan jantung

2.2.7. Cara dan keadaan patologis Pemeriksaan adanya Lesi Kulit
Cara
Patologis
Dilakukan inspeksi dan palpasi pada daerah kulit dengan memperhatikan distribusi, bentuk, warna, ukuran dan konsistensi seperti:
Makula: massa rata ukuran kecil kurang dari 1 cm berbeda dari kulit sekitar

Papula: massa padat menonjol ukuran kecil kurang dari 1 cm


Nodul: massa padat dan menonjol sedikit lebih besar (1-2cm) dan lebih dalam dari papula
Tumor: massa padat dan menonjol lebih besar dari nodul dapat keras atau lunak
Hampir semua lesi menunjukkan adanya urtikaria, ekzema, dermatitis kontal atau reaksi alergi

Bentol yang kecil atau besar yang berkelompok dapat menunjukkan adanya urtikaria
 Adanya eritema, vesikel, krusta, ruam yang gatal pada pipi dan kulit kepala menunjukkan adanya dermatitis atropik(ekzema)
Adanya pembengkakan merah dan gatal menunjukkan adanya dermatitis kontak

Pembengkakan pada kelenjar parotis yang sangat nyeri dapat menunjukkan gondong

2.2.8. Pemeriksaaan Kuku
 Pada pemeriksaan kuku dilakukan dengan mengadakan inspeksi terhadap warna,
      bentuk, dan keadaan kuku. Adanya jari tubuh dapat menunjukkan penyakit 
      pernapasan kronik atau penyakit jantung serta bentuk kuku yang cekung atau
      cembung menunjukkan adanya cedera, defisiensi besi dan infeksi.

2.2.9. Pemeriksaan Rambut
 Pada pemeriksaan rambut dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan,
      distribusi dan karakteristik lainnya dari rambut. Keadaan normal adalah rambut
      menutupi semua kecuali telapak tangan dan kaki, permukaan labia sebelah dalam dan
      rambut kepala seperti berkeliauan seperti sutera dan kuat.

2.3.  Pemeriksaan pada bayi baru lahir
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat. Pemeriksaan fisik secara menyeluruh dalam 12 jam pertama setelah bati lahir. Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan untuk mendeteksi kelainan-kelainan dan menegakkan dasar untuk pemeriksaan selanjutnya. Nadi (normal 120-160 denyut/menit), frekuensi pernapasan (normal 30-60 pernapasan/menit).
2.3.1. Tujuan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir:
Ø  Untuk mendeteksi kelainan-kelainan. Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan untuk mendeteksi kelainan-kelainan dan menegakkan diagnosa untuk persalinan yang beresiko tinggi. Pemeriksaan harus difokuskan pada anomali kongenital dan masalah-masalah patofisiologi yang dapat mengganggu adaptasi kardiopulmonal dan metabolik normal pada kehidupan extra uteri.
Ø  Untuk mendeteksi segera kelainan dan dapat menjelaskan pada keluarga.
Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka petugas harus dapat menjelaskan kepada keluarga, karena apabila keluarga menemukannya kemudian hari, akan menimbulkan dampak yang tidak baik dan menganggap dokter atau petugas tidak bisa mendeteksi kelainan pada bayinya.

2.3.2. Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir:
Ø  Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
Ø  Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
Ø  Pastikan pencahayaan baik
Ø  Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
Ø  Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh

2.3.3. Peralatan dan perlengkapan
1.      kapas
2.      senter
3.      termometer
4.      stetoskop
5.      selimut bayi
6.      bengkok
7.      timbangan bayi
8.      pita ukur/metlin
9.      pengukur panjang badan
2.3.4 Prosedur
  1. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
  2. Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
  3. Susun alat secara ergonomis
  4. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
  5. Memakai sarung tangan
  6. Letakkan bayi pada tempat yang rata
  7. Penimbangan berat badan. Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
  8. Pengukuran panjang badan. Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
2.3.5. Pemeriksaan dimulai dengan serangkaian pengukuran seperti:
  • Menimbang berat badan, rata-rata bayi baru lahir beratnya adalah 3,5 kg
  • Mengukur panjang badan, rata-rata panjang bayi baru lahir adalah 50 cm
  • Mengukur lingkar kepala.
           
           
2.3.6. Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir:
  1. Pertama,  seorang petugas mengkaji keadaan umum bayi: melihat cacat bawaan yang jelas tampak seperti hidrosefal, mikrosefali, anensefali, keadaan gizi dan maturitas, aktivitas tangis, warna kulit, kulit kering/mengelupas, vernik caseosa, kelainan kulit karena fravina lahir, toksikum, tanda-tanda metonium, dan sikap bayi tidur
  2. Langkah kedua,  melakukan pemeriksaan pada kulit. Ketidakstabilan vasomotor dan kelambatan sirkulasi perifer ditampakan oleh warna merah tua atau biru keunguan pada bayi yang menangis. Yang warnanya sangat gelap bila penutupan gloris mendahului tangisan yang kuat dan oleh sianosis yang tidak berbahaya.
    Kulit biasanya kemerahan, walaupun jari-jari tangan dan jari-jari kaki, nampak agak kebiruan karena sirkulasi darah yang kurang baik dalam jam-jam pertama kehidupan bayi baru lahir. Kulit bayi prematur tipis, sangat halus dan cenderung berwarna merah tua. Bayi yang prematur kulitnya tampak seperti gelatinosa, mudah berdarah, serta mudah mengalami luka memar. Rambutnya halus, lunak dan imatur seringkali menutupi kulit kepala dan alis. Pada bayi cukup bulan, rambut lunak, halus digantikan dengan rambut velus. Bayi lewat bulan, mempunyai kulit yang terkelupas seperti kertas.
  3. Kepala. Pada pemeriksaan kepala  bisa dilihat; besar, bentuk, molding, sutura tertutup/melebar, kaput suksedanium, hematoma – sefaldan karnio tabes.
    Persalinan normal dengan bagian kepala yang lebih dahulu keluar, akan mengakibatkan bentuk kepala bayi berubah dan hal ini menetap selama beberapa hari. Tulang-tulang yang membentuk tengkorak kepala saling bertumpuk untuk memudahkan lahirnya kepala melalui jalan lahir. Memar dan pembengkakan di kulit kepala adalah hal yang sering ditemui. Pada persalinan sungsang dimana bokong lahir terlebih dahulu, biasanya tidak terjadi perubahan bentuk kepala bayi, sebagai gantinya anggota tubuh yang mengalami pembengkakan dan memar adalah bokong, alat kelamin dan kaki. Kadang-kadang bisa terjadi perdarahan dari tulang kepala dan lapisan penutupnya (periosteum), mengakibatkan timbulnya benjolan di kepala (sefal hematom) yang akan menghilang dalam beberapa minggu. Kepala bayi yang lahir dengan seksio sesaria atau dengan presentasi bokong ditandai dengan kepalanya yang bulat. Tengkorak bayi prematur mungkin memberi kesan hidrosefali karena tingkat pertumbuhan otak relatif lebih besar dibanding dengan pertumbuhan lainnya. Depresi tengkorak biasanya terjadi pada masa pranatal akibat tekanan setempat yang lama oleh tulang pelvis.
  4. Muka.  Penekanan selama proses persalinan normal bisa menimbulkan memar pada wajah. Tekanan ini juga bisa menyebabkan wajah terlihat tidak simetris.
    Asimetri pada wajah juga bisa terjadi karena kerusakan pada salah satu saraf wajah mungkin karena palsi saraf VII karena hipoplasia otot depressor pada sudut mulut atau karena kelainan postur janin. Penyembuhan pada umumnya akan terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu. Kesan umum harus dicatat berkenaan dengan tanda-tanda dismorfik seperti lipatan epikantus, jarak mata yang lebar, mikroftalmia, filtrum yang panjang dan telinga yang letaknya rendah. Palsi muka yang simetris memberi kesan akan tidak adanya atau hipoplasia inti saraf VII.
  5. Mata. Pada pemeriksaan mata yang bisa dinilai perdarahan sukonjugtiva, mata yang menonjol, katarak, dan lain-lain. Apabila bayi diangkat dan dimiringkan secara perlahan-lahan ke depan dan ke belakang, matanya sering membuka secara spontan. Manuver ini terjadi akibat refleks labirin dan leher, usaha untuk menginspeksi mata dengan cara demikian lebih berhasil daripada dengan paksa membuka mata. Refleks pupil timbul sesudah 28-30 minggu kehamilan. Iris harus diinspeksi untuk mencari koloboma dan heterokromia. Kornea yang berdiameter lebih besar dari 1 cm pada bayi cukup bulan memberi kesan glaukoma kongenital dan memerlukan konsultasi oftalmologis yang segera. Adanya refleks merah bilateral memberi kesan tidak adanya katarak atau kelainan intraoluker. Leukokoria (refleks pupil putih) memberi kesan katarak, tumor, korioretinitis, retinopati prematuritas, atau korpus vitreum hiperplastik primer yang menetap dan memerlukan konsultasi oftalmologis.
  6. Telinga. Pada pemeriksaan telinga dapat mengetahui kelainan daun/bentuk telinga. Kelainannya yaitu adanya ujung kulit preaurikular unilateral atau bilateral yang sering terjadi; jika bertangkai, ujung ini dapat diikat kuat pada dasarnya; akan terjadi gangren kering dan pengelupasan. Membran timpani dengan  mudah dapat dilihat dengan otoskopi melalui kanalis auditorius eksterna yang pendek dan lurus, normalnya membran ini tampak abu-abu suram.
  7. Hidung. Hidung dapat sedikit tersumbat oleh mukus yang terkumpul dalam lubang hidung yang sempit. Cuping hidung seharusnya simetris.
  8. Mulut. Mulut dapat menilai apakah bayi: labioskisis, labioynatopalatoskisis, tooth-buds, dan lain-lain. Mulut yang normal jarang menunjukkan perkembangan gigi yang lebih cepat, dengan gigi natal atau neonatus pada insisivus bawah atau ditempat yang menyimpang; gigi ini terlepas sebelum gigi desidua tumbuh. Pertumbuhan gigi desidua prematur bahkan lebih jarang. Palatum lunak dan keras harus diinspeksi untuk menemukan celah komplit atau celah submukosa, dan memperhatikan konturnya jika lengkungan palatum sangat tinggi atau uvulanya bifida. Kelompok folikel berwarna putih kecil atau kuning, atau ulkus diatas dasar eritematosa mungkin ditemukan pada penopang tonsil anterior, paling sering pada umur hari ke-2 – ke-3. Dengan penyebab yang belum diketahui, mereka hilang tanpa pengobatan dalam 2-4 hari. Tidak ada proses salivasi aktif. Lidah relatif tampak besar; frenulum mungkin pendek, tetapi jarang ditemukan. Kadang-kadang membran mukosa sublingual membentuk lipatan yang mencolok. Pipi pada sisi bukal maupun sisi eksterna tampak penuh karena adanya akumulasi lemak, dan menciptakan bantalan penghisap.
  9. Tenggorokkan bayi baru lahir sukar dilihat karena faktor lengkungan palatum; namun, tenggorok ini seharusnya terlihat dengan jelas karena mungkin mudah dikelirukan dengan celah palatum atau uvula posterior. Tonsil kecil.
  10. Leher. Leher relatif tampak pendek. Kelainan leher tidak lazim terjadi. Tortikolis kongenital menyebabkan kepala berputar ke arah sisi terkena dan muka bayi berputar menjauhi sisi yang terkena.
  11. Dada. Hipertrofi buah dada sering ditemukan dan mungkin air susu dapat dijumpai. Buah dada yang asimetri, eritema indurasi dan lembek harus dicurigai sebagai abses buah dada.
  12. Paru-paru. Dilakukan dengan stetoskop untuk memeriksa adanya suatu kelainan.Adanya variasi frekuensi dan irama pada bayi adalah khas, berfluktuasi sesuai dengan aktivitas fisik keadaan terjaga atau menangis. Karena fluktuasi yang cepat maka frekuensi respirasi bayi harus dihitung selama satu menit penuh dalam keadaan istirahat, lebih baik pada saat tidur. Pada keadaan tidur frekuensi normal untuk bayi normal adalah 30-40/menit. Untuk bayi prematur frekuensinya lebih tinggi dan berfluktuasi lebih lebar. Frekuensi yang menetap lebih dari 60/menit pada pernapasan yang teratur biasanya menunjukkan penyakit jantung atau paru-paru. Pernapasan periodik jarang ditemui pada usia 24 jam pertama. Pernapasan bayi baru lahir hampir seluruhnya diafragmatis sehingga selama inspirasi bagian depan dada yang lunak biasanya tertarik ke dalam, sementara itu perutnya menggembung. Pernapasan yang lambat dan dalam merupakan bukti penting adanya sindrom kegawatan pernapasan, pneumonia, anomaly atau gangguan mekanis pada paru. Tangisan merintih yang lemah atau mendengkur selama ekspirasi berarti ada penyakit kardiopilmonal potensial yang serius. Pelebaran cuping hidung dan retraksi otot interkostal dan sternum merupakan tanda yang lazim adanya kelainan paru. Pada keadaan normal, suara pernapasan bayi adalah bronkovesikular.
  13. Jantung. Pemeriksaan  jantung dilakukan dengan stetoskop untuk memeriksa adanya suatu kelainan. Lokasi jantung harus ditentukan untuk mendeteksi adanya dekstrokardia. Denyut nadi mungkin bervariasi normal dari 90/menit pada saat tidur rileks sampai 180/menit selama melakukan aktivitas. Frekuensi takikardi supraventrikular yang masih tinggi lebih baik dihitung pada elektrokardiogram daripada dengan telinga. Bayi prematur biasanya frekuensi jantung waktu istirahatnya 140-150/menit, dapat mengalami serangan mendadak bradikardia. Pengukuran tekanan darah mungkin merupakan diagnostik yang bermanfaat pada bayi yang sakit. Metode auskultasi sering memuaskan asalkan corong stetoskop cukup kecil. Metode Doppler menggunakan translaser dalam manset, memancarkan dan menerima gelombang ultra.
  14. Abdomen.  Membuncit, (pembesaran hati, limpa, tumor, asites), skafoid (kemungkinan bayi mengalami hernia diafragmatika atau atresia esofagis tanpa fistula), tali pusat berdarah, jumlah pembuluh darah tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di pusat atau di selangkang. Hati biasanya teraba, kadang-kadang sebesar 2cm di bawah tepi kosta. Normalnya, gas harus ada di dalam rektum sewaktu dilakukan pemeriksaan roentgen pada umur 24 jam. Dinding perut pada keadaan normal lemah terutama pada bayi prematur dan diastasis rekti serta hernia umbilikalis lazim dijumpai terutama pada bayi kulit hitam. Kembung perut pada waktu atau segera sesudah lahir memberi kesan adanya obstruksi atau perforasi saluran cerna sering diakibatkan ileus mekonium. Kembung perut yang lebih lambat memberi kesan obstruksi usus bagian bawah, sepsis atau peritonitis. Perut yang cekung pada bayi baru lahir memberi kesan hernia diafragmatika.
  15. Genitalia. Pemeriksaan alat kelamin pada anak laki-laki salah satunya untuk memastikan bahwa kedua buah pelirnya lengkap dalam kantong buah zakar.
    Meskipun jarang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada bayi baru lahir, buah pelir bisa terpelintir (torsio testis), yang perlu diatasi dengan tindakan pembedahan darurat. Pada bayi perempuan, bibir vaginanya menonjol.
    Sisa hormon ibu yang didapat selama dalam kandungan akan menyebabkan bibir vagina ini membengkak selama beberapa minggu pertama. Pada keadaan normal, genitalia dan kelenjar payudara memberi respon terhadap hormon yang diperoleh dari ibu secara transplasental; hormon itu menimbulkan pembesaran dan sekresi buah dada pada kedua jenis kelamin dan penonjolan genitalia wanita yang sering disertai dengan pengeluaran cairan nonpurulen yang banyak. Testis harus berada dalam skrotum atau dapat diraba dalam kanalnya. Bayi laki-laki kulit hitam biasanya mempunyai pigmentasi skrotum yang gelap sebelum kulit yang lain mendapatkan warna permanennya.
  16. Prepusium. Normal pada bayi baru lahir ketat dan melekat. Urin biasanya keluar selama atau segera sesudah lahir dan secara normal dapat disertai suatu masa tanpa pengeluaran kencing. Namun, kira-kira 95% bayi pre-term dan cukup bulan sudah kencing dalam 24 jam.
  17. Anus. Pada beberapa hari, pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam 12 jam pertama sesudah lahir; 99% byi cukup bulan dan 95% bayi prematur mengeluarkan mekonium dalam 48 jam dari lahir. Anus imperforata tidak selalu dapat dilihat dan mungkin memerlukan bukti yang diperoleh dengan memasukkan jari kecil atau pipa rektum secara perlahan. Normalnya, lesung pipit atau ketidakteraturan lipatan kulit sering dijumpai pada linea media sakrokoksigeus yang dapat terkelirukan dengan sinus neuro-kutan yang sebenarnya atau yang potensial.
  18. Tungkai. Dilakukan dengan menilai kelenturan dan kemampuan geraknya. Pada pemeriksaan tungkai, pengaruh postur tubuh janin harus diperhatikan sehingga penyebab dan sifat sementara yang bersifat alami dapat dijelaskan pada ibunya. Hal ini penting dilakukan terutama sesudah presentasi bokong. Tangan dan kaki harus diperiksa untuk melihat adanya polidaktili, sindaktili dan pola kelainan dermatoglifik seperti lipatan simian. Pangkal paha semua bayi harus diperiksa untuk mengesampingkan dislokasi congenital.
  19. Pemeriksaan Neurologi. Penyakit neuromuskular dalam rahim dihubungkan dengan gerakan janin yang terbatas, menghasilkan susunan tanda dan gejala yang tidak tergantung penyakit spesifik. Manifestasi lain penyakit neuromuskular janin adalah presentasi bokong, gagal bernafas saat lahir, hipoplasia paru, dislokasi pangkal paha, testis yang tidak turun, kosta tipis dan cacat kaki.



BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
            Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh perawat yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Pemeriksaan fisik secara menyeluruh dalam 12 jam pertama setelah bati lahir. Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan untuk mendeteksi kelainan-kelainan dan menegakkan dasar untuk pemeriksaan selanjutnya. Nadi (normal 120-160 denyut/menit), frekuensi pernapasan (normal 30-60 pernapasan/menit). Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir:Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan, Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan, Pastikan pencahayaan baik,Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat, Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
3.2  Saran
            Sebagai seorang perawat, penting sekali untuk memahami dan mengerti pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir. Dimana juga mencakup sistem muskuloskeletal, sistem integument. Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat menambah pengetahuan kelompok dan pembaca tentang pengkajian fisik pada bayi baru lahir.

Tidak ada komentar: