ATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENCEGAHAN LUKA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS



SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENCEGAHAN LUKA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS


 
Pokok Bahasan           : Pencegahan Gangren / Luka Pada Penderita Diabetes
Sasaran                        : Pasien dan keluarga dengan penyakit Diabetes Melitus
Waktu                         : 10.00 WIB (30 menit)
Hari / Tanggal             : Senin, 25 Januari 2015
Tempat                        : Ruang Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang

I.                   Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, dan menimbulkan berbagai komplikasi akut serta kronik, yang disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop elektron (Mansjoer, 1999 ; PERKENI, 2006). Komplikasi akut meliputi koma hipoglikemia, ketoasidosis, koma hiperosmolar non-ketotik, sedangkan komplikasi kronik meliputi makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar pada jantung dan otak. Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik, nefropati diabetik, neuropati diabetik, serta rentan terhadap infeksi seperti tuberkulosis paru, ginggivitis, infeksi saluran kemih dan kaki diabetes (Suyono, 2006).
World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat paling sedikit menjadi 366 juta. Indonesia menempati urutan ke - 4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia, penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. Namun perhatian terhadap penanganan diabetes mellitus di negara berkembang masih kurang, terutama tentang komplikasi yang ditimbulkan akibat diabetes mellitus (Suyono, 2006).
Penderita diabetes mellitus terjadi gangguan berupa kerusakan sistem saraf, kerusakan sistem saraf (neurophati) dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan sistem saraf otonom dan kerusakan sistem saraf motorik. Kerusakan sistem saraf perifer pada umumnya dapat menyebabkan kesemutan, nyeri pada tangan dan kaki, serta berkurangnya sensitivitas atau mati rasa. Kaki yang mati rasa (insensitivity) akan berbahaya karena penderita tidak dapat merasakan apa-apa sekalipun kakinya terluka, sehingga pada umumnya penderita diabetes mellitus terlambat untuk menyadari bahwa telah terjadi luka pada kakinya, hal ini semakin diperparah karena kaki yang terluka tersebut tidak dirawat dan mendapat perhatian serius, serta ditambah dengan adanya gangguan aliran darah ke perifer kaki yang disebabkan karena komplikasi makrovaskular, mengakibatkan luka tersebut sukar untuk sembuh dan akan menjadi gangren (Soebardi, 2006).
Gangren tersebut dapat berkembang menjadi kematian jaringan, yang apabila tidak ditangani dengan baik secara intensive dapat menyebabkan gangren, yang pada penderita diabetes mellitus disebut dengan gangren diabetik. Gangren diabetik merupakan suatu komplikasi yang ditimbulkan akibat infeksi atau suatu proses peradangan luka pada tahap lanjut yang disebabkan karena perubahan degeneratif atau perawatan yang kurang intensive, yang dikaitkan dengan penyakit diabetes mellitus. Infeksi pada kaki diabetes dapat terjadi pada kulit, otot dan tulang yang umumnya dapat disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh darah, syaraf dan menurunnya aliran darah kedaerah luka (Erman, 1998).
Dari data didapatkan bahwa 20 – 25 % pasien yang diopname di Amerika Serikat adalah berhubungan dengan masalah kaki dengan rata rata waktu opname 25 hari. Di Amerika Serikat jumlah amputasi sekitar 35000 kasus pertahun. Sedangkan di Indonesia Mardi (2004) mendapatkan adanya manifestasi gangren pada 71,2% penderita ulkus kaki diabetes yang menjalani perawatan di RSUD Koja Jakarta Utara setiap tahunnya. Permasalahan yang penting dihadapi adalah menurunnya kualitas hidup dari penderita kaki diabetes yang telah diamputasi terkait dengan konsep diri (Nabil, 2009).
Dewi (2006) dalam penelitian yang dilakukannya trauma pada kaki sering menjadi faktor pencetus terjadinya kaki diabetes pada negara berkembang yang diakibatkan oleh pemakaian alas kaki, hal ini disebabkan karena belum adanya kesadaran akan pentingnya perawatan kaki dan kontrol gula darah secara rutin. Kompleksitas permasalahan kaki diabetes, mulai dari risiko terjadi amputasi sampai kematian karena ulkus kaki diabetes memerlukan pendekatan terpadu dari berbagai disiplin ilmu berupa kolaborasi antara dokter, perawat, laboran, fisioterapis dan ahli gizi. Penyuluhan tentang komplikasi dari diabetes mellitus, status gizi, pemeriksaan kaki secara berkala menjadi bagian dari pencegahan primer ulkus kaki diabetes. Selain dari beberapa hal di atas ternyata perawatan kaki diabetes (Diabetic Foot Care) akan sangat berpengaruh terhadap pencegahan terjadinya komplikasi kronik kaki diabetes seperti ulkus atau bahkan gangren. Hal ini akan menyelamatkan pasien dari tindakan amputasi yang sampai saat ini masih menjadi momok bagi penderita diabetes mellitus.
Edukasi sangat penting untuk setiap tahap pengelolaan kaki diabetes. Dengan penyuluhan yang baik penderita diabetes mellitus dengan kaki diabetes maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal. Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus dilaksanakan unutk pengelolaan kaki diabetes, bahkan sejak pencegahan terjadinya ulkus kaki diabetes, keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk mengurangi kecacatan yang mungkin timbul pada pasien. Keterlibatan ahli rehabilitasi medis berlanjut sampai jauh sesudah amputasi, untuk memberikan bantuan bagi para penderita kaki diabetes yang mengalami amputasi untuk menghindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki khusus untuk mengurangi tekanan plantar akan sangat membantu mencegah terbentuknya ulkus baru yang akan memberikan prognosis yang lebih buruk dari ulkus sebelumnya.
Jika pasien tidak mempunyai kebiasaan untuk memeriksa kakinya setiap hari, cedera atau fisura terebut dapat berlangsung tanpa diketahui sampai terjadi infeksi yang serius. Pengeluaran nanah, pembengkakan, atau ganggren pada tungkai, biasanya merupakan tanda pertama masalah kaki yang menjadi perhatian pasien. (Smeltzer, 2002).Pemeriksaan kaki dan pelajaran tentang perawatan kaki merupakan bahan yang paling penting untuk dibicarakan ketika menghadapi pasien yang beresiko tinggi mengalami infeksi. Pasien harus mendapat penyuluhan untuk mengurangi faktor risiko. Keluarga juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi terjadi gangrene diabetic. (Smeltzer, 2002).
Berdasarkan observasi diruangan Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang terdapat 12 Pasien yang menderita Diabetes, enam diantaranya menderita ganggren diabetik. Sembilan diantaranya tidak mengetahui tentang pencegahan luka pada penderita diabetes. Oleh karena itu kelompok berencana memberikan penyuluhan tentang pencegahan gangren / luka pada penderita diabetes mellitus.

II.                Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melitus selama 1 x 30 menit pasien dan keluarga mampu memahami tentang Pencegahan Gangren / Luka Pada Penderita Diabetes Melitus.

III.             Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melitus selama 1 x 30 menit, klien mampu :
a.       Menjelaskan pengertian gangren diabetik.
b.      Menyebutkan penyebab gangren diabetik.
c.       Menyebutkan tanda dan gejala gangren diabetik.
d.      Menyebutkan klasifikasi gangren diabetik
e.       Menjelaskan pencegahan gangren diabetik

IV.             Garis Besar Materi
1.      pengertian gangren diabetik.
2.      penyebab gangren diabetik.
3.      tanda dan gejala gangren diabetik.
4.      klasifikasi gangren diabetik
5.      pencegahan gangren diabetik

V.                Metode
Ceramah, tanya jawab, diskusi.

VI.             Pembagian Tugas
1.      Moderator                                                : Suci Asha Rahmadini, S.Kep
2.      Penyaji                                          : Frissy Lestari, S.Kep
3.      Fasilitator                                     : Dola Akti Ciska P, S.Kep
                                                     : Marlizayani, S.Kep
                                                     : Rizki Kurniadi, S.kep
4.      Observer dan Dokumentasi          : Anneliese Satoko, S.Kep

VII.          Pengorganisasian Kelompok
1.      Moderator             : Membawa acara
2.      Presenter               : Menjelaskan materi
3.      Fasilitator              : Memfasilitasi peserta
4.      Observer                : Mengobservasi kegiatan penyuluhan

VIII.       Setting Tempat






















































 








Keterangan :


 
           : Clinical Instructure


 
           : Moderator


 
           : Presenter


 
           : Fasilitator


 
: Klien


 
           : Observer



IX.             Media
Laptop, infokus, leaflet.
X.                Proses Kegiatan
No.
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Audiens
Waktu
1.
Pendahuluan :
1.         Menyampaikan salam
2.         Memperkenalkan diri, anggota penyuluhan, dan pembimbing.
3.         Menjelaskan tujuan
4.         Menyepakati bahasa
5.         Menyepakati kontrak waktu


1.      Menjawab salam
2.      Mendengarkan dengan aktif
3.      Mendengarkan dan memberi respon
5 menit
2.
Menjelaskan dan menguraikan materi:
·         1. Menjelaskan Pengertian gangren diabetik.
·         2. Menyebutkan penyebab gangren diabetik.
·         3. Menjelaskan klasifikasi gangren diabetik
·         4. Menjelaskan pencegahan gangren diabetik.

1.      Mendengarkan
2.      Memperhatikan
3.      Menanyakan hal-hal yang belum jelas
15 menit
3.
Evaluasi
Memberikan pertanyaan lisan
Menjawab pertanyaan
5 menit
4.
Penutup
1.         Menyimpulkan hasil penyuluhan
2.         Memberikan salam

1.      Aktif bersama dalam menyimpulkan
2.      Membalas salam
5 menit


XI.             Materi
Gangren Diabetik
A.    Pengertian
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).

B.     Penyebab
Gangren terjadi akibat infeksi oleh bakteri klostridium, yang merupakan bakteri an-aerob (tumbuh bila tidak ada oksigen).
Selama pertumbuhannya, klostridium menghasilkan gas, sehingga infeksinya disebut gas gangren. Gas gangren biasanya terjadi di bagian tubuh yang mengalami cedera atau pada luka operasi. Sekitar 30% kasus terjadi secara spontan.
Bakteri klostridium menghasilkan berbagai racun, 4 diantaranya (alfa, beta, epsilon, iota) menyebabkan gejala-gejala yang bisa berakibat fatal. Selain itu, terjadi kematian jaringan (nekrosis), penghancuran sel darah (hemolisis), vasokonstriksi dan kebocoran pembuluh darah. Racun tersebut menyebabkan penghancuran jaringan lokal dan gejala-gejala sistemik.

C.     Tanda dan Gejala Gangren Diabetik
Peradangan pada daerah yang terinfeksi berawal sebagai pembengkakan jaringan berwarna pucat atau merah kecoklatan yang terasa sangat nyeri. Gas di dalam jaringan bisa dirasakan jika jari tangan menekan daerah pembengkakan tersebut.  Infeksi klostridium juga menyebabkan kulit teraba hangat dan bengkak. Infeksi bisa menyebar luas di bawah kulit, sering membentuk bula (lepuhan besar berisi cairan). Cairannya berwarna coklat dan berbau busuk. Gejala sistemik muncul pada awal terjadinya infeksi, berupa demam, berkeringat dan kecemasan.  Jika tidak diobati, bisa terjadi sindroma yang menyerupai syok, yaitu penurunan tekanan darah (hipotensi), gagal ginjal, koma dan kematian.

D.    Pembagian Gangren Diabetik
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi 6 tingkatan:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv3o2MlF2rdJhtTSuKl6SojKYW2Gzdn4Yp95TjfKEAccjj46NMv28-K3T5jxMo8frvnTLA1A-sRn_glFIUAgVtk6R8EkpIysuBPqdKu3pirdeNHCxi6l-yRKhSTIs1ZR-5FJhGdMagV0I/s1600/111111.jpg

E.     Pencegahan Gangren Diabetik
1.      Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan sikat halus.
2.      Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari.
3.      Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna ( pucat, kemerahan), bentuk (pecah-pecah, lepuh, kalus, luka), Suhu (dingin, lebih panas).
4.      Bila kaki kering,olesi dengan baby oil.
5.      Potong kuku / kikir tiap 2 hari,jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu keras kaki direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit.
6.      Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol.
7.      Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada sesuatu didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan pergelangan kaki dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar.
8.      Lakukan senam kaki.
9.      Jangan biarkan luka sekecil apapun.
10.  Hindari terlalu sering merendam kaki.
11.  Hindari penggunaan botol panas / penghangat kaki dari listrik.
12.  Hindari penggunaan pisau / silet untuk memotong kuku atau menghilangkan kalus.
13.  Hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit.

Tidak ada komentar: