HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH DI KABUPATEN BANTUL

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada awal kehidupan manusia sampah belum menjadi suatu masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari masalah menjadi cukup besar. Hal ini jelas bila kita melihat modernisasi kehidupan, perkembangan teknologi sehingga meningkatkan aktifitas manusia. Sehubungan dengan kegiatan manusia, maka permasalahan sampah akan berkaitan baik dari segi sosial, ekonomi maupun budaya (Depkes RI, 1987).
Kesehatan seseorang maupun masyarakat merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan antara komponen-komponen yang ada didalam masyarakat. Sampah sendiri, bila diamankan tidak menjadi potensi-potensi berpengaruh terhadap lingkungan. Namun demikian sering kita temui bahwa sampah tidak berada pada tempat yang menjamin keamanan lingkungan, sehingga mempunyai dampak terhadap kesehatan lingkungan. Sampah yang kurang diperhatikan tersebut, dapat berfungsi sebagai tempat berkembangnya serangga ataupun binatang mengerat yang dikenal sebagai vektor penyakit menular (Sudarso, 1985).
Masalah lingkungan dewasa ini semakin komplek, hal ini seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang cepat, modernisasi kehidupan, meningkatnya aktifitas manusia serta perkembangan ilmu dan teknologi. Salah satu masalah lingkungan yang perlu dipikirkan dan ditanggulangi bersama adalah masalah sampah. Masalah sampah terutama di daerah perkotaan akan terus berkembang selama penduduk belum menyadari dan melaksanakan perlunya pengelolaan yang baik.
 Mewujudkan sanitasi lingkungan yang baik diantaranya melalui pengelolaan sampah. Kegiatan pengumpulan sampah merupakan kegiatan dari proses pengumpulan atau pengambilan dari berbagai sumbernya dan proses pengangkutannya. Pengangkutan sampah dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan di Kabupaten Bantul dengan tenaga kerja sebanyak 70 orang. Daerah-daerah yang mendapat layanan yaitu pasar dan tempat umum lainnya serta sepanjang jalan yang telah ditetapkan.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan membagikan alat pelindung diri sebagai sarana perlengkapan kerja yang berupa sarung tangan, pakaian seragam, sepatu boot yang diberikan pada petugas pengangkut sampah setiap setahun sekali sebagai upaya untuk mengurangi bahaya yang ada.
Berdasarkan survei yang dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2006 pada petugas pengangkut sampah sejumlah 18 orang ditemukan 2 orang mengeluh pusing, 3 orang batuk dan 10 orang merasa gatal-gatal. Dari 18 orang pengangkut sampah tersebut yang memakai alat pelindung diri sebanyak 13 orang dan yang tidak memakai alat pelindung diri 5 orang. Pemakaian alat pelindung diri yang kurang lengkap dapat memungkinkan kontak langsung dengan sampah sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan.
Pembuangan sampah di daerah Bantul masih kurang  baik, karena pengangkutan sampah harus menunggu sampah menumpuk banyak baru diangkut oleh petugas pengangkut sampah. Hal ini menyebabkan sampah yang ada di pasar  berbau tidak sedap, dapat mengganggu estetika dan dapat menyebabkan penyakit.
Berdasarkan uraian diatas, maka muncul suatu pertanyaan penelitian apakah ada hubungan bermakna antara pemakaian alat pelindung diri dengan kejadian penyakit kulit pada petugas pengangkut  sampah di Kabupaten Bantul ?.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Adakah hubungan bermakna antara pemakaian alat pelindung diri  dengan kejadian penyakit kulit  pada petugas pengangkut  sampah di Kabupaten Bantul ?”.

C.    Tujuan Penelitian
1.                                                                                                                                                                                                                                                      Tujuan Umum
Mengetahui pemakaian alat pelindug diri  dengan kejadian penyakit kulit pada petugas pengangkut  sampah.
2.                                                                                                                                                                                                                                                      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui pemakaian alat pelindung diri pada petugas      pengangkut sampah
b.      Untuk mengetahui gangguan kesehatan penyakit kulit yang diderita   pada petugas pengangkut  sampah.
c.       Untuk mendeskripsikan hubungan antara pemakaian alat pelindung diri dengan penyakit kulit.

D.    Ruang Lingkup Penelitian
            1.                            Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupeten Bantul pada petugas pengangkut  sampah.
            2.                            Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September-Oktober

E.     Manfaat Penelitian
            1.                           Bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan tindakan yang berguna untuk merubah perilaku petugas pengangkut  dalam memakai alat pelindung diri.
            2.                           Bagi Petugas Pengangkut Sampah
Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan dengan kejadian penyakit kulit pada petugas pengangkut sampah.
            3.                           Bagi Peneliti
Sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengelolaan sampah terutama pada tahap pengangkutannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Sampah
1.                                                Pengertian
Menurut Freedman (1977), sampah adalah semua zat padat baik yang dapat membusuk maupun yang tidak dapat membusuk kecuali kotoran manusia.
2.                                                Sumber Sampah
            Menurut Kusnoputranto (1985), sumber sampah dibedakan menjadi :
a.          Sampah yang berasal dari daerah pemukiman.
b.         Sampah yang berasal dari daerah perdagangan.
c.          Sampah yang berasal dari jalan-jalan raya.
d.         Sampah-sampah Industri.
e.          Sampah-sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkabunan.
f.          Sampah yang berasal dari daerah pertambangan.
g.         Sampah-sampah yang berasal dari gedung-gedung atau perkantoran.
h.         Sampah-sampah yang berasal dari daerah penghancuran gedung-gedung dan pembangunan atau pemugaran.
i.           Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum.
j.           Sampah yang berasal dari daerah kehutanan.

k.         Sampah yang berasal dari pusat-pusat pengolahan air buangan.
l.           Dari daerah peternakan dan perikanan.
3.                                                Komposisi Sampah
Menurut Sudarso (1985), komposisi sampah dibedakan menjadi komposisi fisik dan kimia.
a.       Komposisi Fisik
Susunan sampah secara fisik selain untuk pemilihan dan penggunaan alat pengelolaan dapat digunakan sebagai penjajagan dalam usaha pemanfaatan sumber energi.
b.   Komposisi Kimia
Sampah dapat dimanfaatkan kembali, tetapi perlu memperhatikan komposisi kimianya. Pemanfaatan sampah antara lain dengan menggunakannya sebagai bahan bakar.
4.                                                Klasifikasi Sampah
Menurut Anonim (2000), sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori antara lain :
a.       Sampah basah (Garbage)
Yaitu sampah yang berasal dari kegiatan domestik (rumah tangga), seperti sisa makanan atau dapat juga dari industri pengolahan makanan.
b.   Sampah kering (Rubish)
Sampah kering adalah sampah yang tidak membusuk. Sampah ini dibagi dua yaitu : 1) sampah yang tidak mudah membusuk tetapi mudah terbakar seperti kain, kertas, plastik ; 2) sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar seperti kaca, logam dan lain-lain.
c.   Sampah lembut
Sampah lembut bersumber dari abu dengan partikel-partikel yang mudah beterbangan, seperti debu, kapur, semen.
5.      Jenis sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya
Menurut Ircham (1992), jenis sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya dibedakan menjadi :
a.       Sampah Organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa organik atau tersusun atas unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan sedikit fosfor. Sampah organik terdiri dari daun-daunan, sampah dari bekas makanan, dan lain-lain.
b.      Sampah Anorganik, yaitu sampah yang mengandung senyawa anorganik sehingga tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme.
6.   Sampah sebagai sarana penulara penyakit
Menurut Departemen Kesehatan (1987), sampah dapat menjadi tempat berkembang biak dan sarang dari bermacam-macam vector penularan penyakit. Vektor-vektor penularan penyakit yang biasa hidup dalam sampah adalah : a)  lalat ;     b)  kecoak ;   c)  nyamuk ;   d)  tikus.



7.   Tahap Pengelolaan Sampah
 Sampah adalah benda yang sudah tidak dipakai, tidak diinginkan dan dibuang yang berasal dari aktivitas dan bersifat padat, tidak termasuk kotoran manusia.
Menurut Depkes RI (1987), dalam pengelolaan sampah terdapat enam tahapan pengelolaan sampah yaitu :
a.       Tahap penimbulan sampah
Aktivitas yang sulit dikontrol, sehingga merupakan tahap yang paling menentukan berhasil tidaknya pengelolaan sampah selanjutnya.
b.      Tahap penanganan setempat
Tahap penanganan setempat ini, masih dekat dengan penghasil sampah sehingga dalam penangananya perlu diperhatikan nilai-nilai keindahan, kesehatan masyarakat dan segi ekonomi. Penanganan setempat perlu dilakukan untuk pemenuhan persyaratan pengelolaan sampah.
c.       Tahap pengumpulan sampah
Kegiatan mengambil sampah dari berbagai tempat kemudian membawa kelokasi pengumpulan sampah dengan menggunakan alat pengangkut yang berupa truk.
d.      Tahap pemindahan dan pengangkutan
Menyangkut fasilitas dan perlengkapan yang digunakan untuk memindahkan sampah dari alat angkut yang lebih kecil ke alat angkut yang lebih besar.
e.       Tahap pengolahan
Bertujuan untuk meningkatkan efisiensi sistem pengolahan, mendapatkan kembali bahan yang berguna, serta energi dari bahan yang berguna.
f.       Tahap pembuangan akhir
Tahap pembuangan akhir merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya pengelolaan sampah.

B.     Pengangkut Sampah
Pengangkutan sampah adalah pemindahan sampah (dari tempat sampah sementara atau pengumpulan) ketempat pembuangan dengan kendaraan yang relatif lebih besar. (Sudarso 1985 ).
Elemen fungsional pemindahan dan pengangkutan sampah menyangkut mengenai penggunaan fasilitas dan perlengkapan yang digunakan untuk memindahkan sampah dari alat pengangkutan yang relative lebih kecilm ke dalam alat pengangkut yang lebih besar yang digunakan untuk mengangkutnya ke tempat yang lebih jauh baik menuju ke pusat pemrosesan atau tempat pembuangan akhir.
Berdasarkan sistem pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan pengangkutan langsung dari tempat pengumpulan ketempat pembuangan akhir atau pengolahan, atau secara tidak langsung yaitu dari tempat penyimpanan ditampung dulu di tempat penyimpanan sementara, kemudian dengan kendaraan yang lebih besar diangkut ketempat pengolahan atau pembuangan akhir.
Sistem pengangkutan dapat dibagi dalam beberapa tahap antara lain :
1.      Tempat pengangkut sementara dari rumah tangga  dapat dikumpulkan ke tempat sementara yang lebih besar dan dapat diangkut dengan gerobak atau truk.
2.      Sampah diangkut ketempat yang lebih besar biasanya dapat diangkut dengan menggunakan truk.
3.      Transfer station selanjutnya sampah diangkut ke pembuangan akhir.
Pelaksanaan pemindahan sampah dapat diterapkan dengan baika pada hampir setiap jenis system pengumpulan sampah. Stasiun pemindahan merupakan suatu tempat terselenggaranya pemindahan sampah dari kendaraan pengumpul sampah dan kendaraan-kendaraan lain yang lebih kecil kedalam kendaraan-kendaraan lain yang lebih besar.
Cara yang digunakan dalam memuati alat-alat angkut dapat dibedakan menjadi :
            1.      Tipe pengisian langsung
Mempunyai kapasitas besar, sampah dari kendaraan pengumpul dipindahkan secara langsung kedalam kendaraan yang digunakan untuk angkut ke tempat pembuangan akhir.
      2.   Tipe bongkar simpan
 Tipe ini sampah dituangkan pada tempat penyimpanan atau pada lantai.

3.   Tipe kombinasi pengisian langsung dan bongkar simpan
      Stasiun pemindah baik tipe bongkar langsung maupun bongkar simpan bersama-sama digunakan.
C.    Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan
Menurut Juli Soemirat (1994), pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah. Misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, sampah yang karsinogenik, teratogenik dan lainnya. Selain itu adapula sampah yang mengandung kuman pathogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Efek tidak langsung yaitu pengaruh yang tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Penyakit bawaan sampah sangat luas dan dapat berupa penyakit menular, tidak menular seperti bakteri, jamur cacing dan zat kimia, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan dan lain-lain. Secara keseluruhan lingkungan bereperan penting akan kesejahteraan dan kesehatan hidup manusia.
Menurut Gumbira Said (1987), Lingkungan biologis diantaranya sampah dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan sebagian bahkan dapat menularkan keseluruh masyarakat. Penyebaran penyakit ke masyarakat dapat terjadi melalui kontak badan, kontak udara, penyebaran melalui air, sampah dan lain-lain. Pola dan penyebaran penyakit sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kontak antara penyakit, media penyebaran dan individu yang rentan terhadap penyakit.
Penyakit dalam berinteraksi terdapat 2 pola yaitu :
a.       Lingkungan yang buruk akibat sampah menyebabkan suatu penyakit, masuk menginjeksi masyarakat yang rentan kesehatannya.
b.      Inang pembawa penyakit menyebarkan penyakit melalui sampah yang dihasilkan.
Untuk menanggulangi faktor biologis termasuk semua bakteri, virus, parasit yang dapat disebabkan oleh pencemaran sampah, maka perbaikan lingkungan sangat diperlukan. Upaya yang dapat dilakukan dengan perbaikan sistem pembuangan sisa kegiatan manusia, termasuk sampah, sehingga mengurangi pencemaran tanah, air dan uadara.  Mengingat sampah merupakan bahan yang dapat membahayakan, maka perlu adanya perencanaan yang baik dalam pengelolaan sampah dengan mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu petugas dalam melaksanakan kerjanya terlindungi dari resiko kecelakaaan kerja dan terjangkitnya penyakit yang diakibatkan sampah. Petugas pengumpul sampah dalam bekerja setiap harinya selalu kontak langsung dengan sampah sehingga sangat rentan terhadap gangguan kesehatan, karena petugas dan pengangkut sampah mempunyai andil besar dalam usaha keberhasilan pengelolaan sampah. Dalam pengelolaan sampah kota tidak berdampak negatif terhadap kesehatan, dapat diperkirakan efek pencemaran kronik yang lebih berbahaya dapat dialami oleh para pengumpul sampah.
D.    Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Tingkat kesehatan dari seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap penampilan dan kapasitas kerjanya. Dengan demikian program kesehatan kerja tidak hanya mengusahakan peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan baik fisik, mental dan kesejahtaraan sosial, tetapi juga pencapaian kerja yang optimal. Salah satu masalah kesehatan yang timbul pada tempat kerja adalah kecelakaan kerja atau yang berhubungan dengan keselamatan kerja. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan perkakas karja, bahaya dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan keselamatan kerja yang memiliki sasaran segala tempat kerja.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebab terjadinya kecelakaan yaitu faktor manusia. Penerapan cara-cara kerja dan prosedur kerja yang baik dapat mengurangi bahaya dan resiko terhadap tenaga kerja. Oleh karena itu dalam usaha melindungi tenaga kerja hal-hal yang perlu di perhatikan yaitu pengamanan setempat, peralatan, lingkungan kerja dan penggunaan alat pelindung perorangan untuk melindungi dari bahaya kesehatan. Demikian juga kebersihan diri dan pakaiannya merupakan hal penting untuk para pekerja. Untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan para pekerja yaitu pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, penempatan kerja yang baik dan pemeriksaan kesehatan secara rutin sehingga apabila di temukan gangguan kesehatan dapat segera ditangani. Disamping itu pendidikan kesehatan bagi pekerja serta penerapan prinsip-prinsip keselamatan dan ergonomic di lingkungan kerja (personal hygiene) harus dilakukan (Kasjono, 1995).

E.     Alat Pelindung Diri
1.                                                                                    Pengertian
Menurut Budiono (2003), alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagia atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.
2.                                                                                    Syarat APD
Menurut Suma’mur (1996), syarat-syarat alat pelindung diri yang baik antara lain :
a.       Alat pelindung diri tersebut harus enak dipakai.
b.      Alat pelindung diri tersebut harus tidak boleh mengganggu pekerjaannya.
c.       Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang dihadapinya.
3.                                                                                    Ketentuan penggunaan APD
Menurut Budiono, dkk (2003), alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a.       Harus memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh pekerja.
b.      Beratnya harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
c.       Harus dapat dipakai secara fleksibel.
d.      Bentuknya harus cukup menarik.
e.       Tidak mudah rusak.
f.       Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya.
g.      Suku cadangnya harus mudah diperoleh sehingga pemeliharaan alat pelindung diri dapat dilakukan dengan mudah.
h.      Memenuhi ketentuan dari standar yang ada
i.        Pemeliharaannya mudah
j.        Tidak membatasi gerak
k.      Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa “tidak nyaman” tidak mungkin hilang sama sekali, namun diharapkan masih dalam batas toleransi).
Oleh sebab itu pemeliharaan dan control terhadap alat pelindung diri penting karena alat pelindung diri sensitive terhadap perubahan tertentu, punya masa kerja tertentu dan APD dapat menularkan beberapa jenis penyakit jika secara bergantian.
4.                                                                                    Kelemahan penggunaan APD
a.       Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna
1)      Memakai alat pelindung diri tidak tetap.
2)      Cara memakai alat pelindung diri yang salah.
3)      Alat pelindung diri yang dipakai tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan.
b.      Alat pelindung diri tidak enak dipakai
5.                                                                                    Jenis Alat Pelindung Diri
Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri beraneka ragam macamnya, jika digolongkan menurut bagian tubuh yang dilindungi maka jenis proteksi diri adalah :
a.       Kepala                   : pengikat rambut, penutup, topi dari berbagai bahan
b.      Mata                      : kaca mata dari berbagai jenis
c.       Muka                     : perisai muka
d.      Tangan dan jari     : sarung tangan
e.       Alat pernafasan     : masker khusus
f.       Telinga                  : sumbat telinga dan tutup telinga
g.      Tubuh                    : pakaian kerja dari berbagai bahan
Menurut Notoadmodjo (1974), faktor yang mempengaruhi bersedia    atau tidaknya menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan adalah :
a.       Sejauh mana orang yang memakai alat itu mengerti akan kegunaannya.
b.      Kemudahan dan kenyamanan apabila dipakai dengan gangguan yang paling minimum terhadap prosedur kerja yang normal.
c.       Sangsi-sangsi ekonomi, social dan disiplin yang dapat digunakan untuk mempengaruhi attitude mereka.
Menurut Siswanto (1991), alat pelindung diri antara lain :
a.       Alat pelindung tangan
Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak digunakan. Hal ini tidaklah mengherankan karena kecelakaan pada tangan sering terjadi. Dalam memilih sarung tangan yang tepat, perlu mempertimbangkan faktor-faktor antara lain :
1)      Kepekaan yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya untuk pekerjaan yang halus dimana pemakaiannya harus membedakan benda-benda yang halus, pemakaian sarung tangan yang tipis akan memberikan kepekaan (sensibilitas) yang lebih besar dari sarung tangan yang berukuran tebal.
2)      Bagian tangan yang harus dilindungi, apakah tangan saja atau tangan dan lengan bawah.
Menurut bentuknya, sarung tangan dapat dibedakan menjadi :
1)      Sarung tangan biasa
2)      Gaunlets atau sarung tangan yang dilapisi oleh plat logam
3)      Mitts atau sarung tangan dimana keempat jari pemakainya dibungkus menjadi satu kecuali ibu jari yang mempunyai pembungkus sendiri (bentuknya seperti sarung petinju)
Macam-macam sarung tangan antara lain :
1)      Sarung tangan karet
2)      Sarung tangan kulit
b.      Alat pelindung kaki atau sepatu boot
Sepatu keselamatan kerja (Sefety Shoes) digunakan untuk melindungi kaki dari bahaya tertusuk benda-benda tajam. Sepatu pelindung kaki ini terbuat dari kulit.

c.       Pakaian kerja
Pakaian pelindung atau pakaian kerja ini digunakan untuk melindungi pemakainya dari benda yang kotor, cuaca yang panas.

F.     Penyakit Kulit
Penyakit kulit merupakan kelainan kulit yang diakibatkan oleh adanya jamur, kuman-kuman, parasit, virus maupun infeksi. Penyakit jamur dapat hidup dan berkembang biak ditempat pembuangan sampah dan pada petugas pengangkut sampah. Penyakit kulit dapat menyerang keseluruh atau sebagian tubuh tertentu. Bahan-bahan yang mengandung nitrit yang terdapat dalam sampah secara kontak langsung dapat menimbulkan alergi dan iritasi.
Menurut Petrus Adrianto dan Sukardi (1988), penyebab timbulnya penyakit infeksi jamur adalah :
1.                                                                        Adanya udara yang lembab dan panas (daerah tropis)
2.                                                                        Higiene yang kurang baik
3.                                                                        Lingkungan yang padat dan sosio ekonomi yang rendah
.Gejala pada penyakit kulit biasanya penderita merasa gatal kemudian digaruk sehingga terjadi infeksi, selain itu juga diakibatkan karena  reaksi dari alergi dan timbul benjolan.
Tanda-tanda penyakit kulit yang dapat dilihat yaitu :
1.   Bintik-bintik putih pada muka, leher, telapak tangan
2.   Kulit kelihatan merah
 faktor risiko dalam penyakit kulit ini dapat menyerang hampir semua umur, terutama pada remaja serta tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.

G.    Kerangka Konsep
H.    Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara pemakaian alat pelindung diri dengan kejadian penyakit kulit pada petugas pengangkut  sampah di Kabupaten Bantul.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasi dengan menggunakan pendekatan  cross sectional.

B.     Populasi  dan Sampel
1.                                          Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah petugas pengangkut sampah di Bantul  yang terdiri dari 70 petugas pengangkut yang berada di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan di Kabupaten Bantul.
2.      Sampel
Penelitian ini menggunakan cara non probability sampling dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara purposive didasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2002).

C.    Variabel Penelitian
1.      Variabel bebas (independent variable) adalah pemakaian  alat pelindung diri.
2.      Variabel terikat (dependent variable) adalah penyakit kulit.
3.      Variabel pengganggu (confounding variable) adalah usia, lama bekerja dan pendidikan, kebersihan alat pelindung diri.

D.    Definisi Operasional
            1.       Pemakaian  alat pelindung diri
Pemakaian APD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seperangkat alat yang digunakan pengangkut sampah untuk melindungi tubuhnya dari adanya potensi bahaya. Alat pelindung diri tersebut terdiri dari sarung tangan, seragam kebersihan, sepatu boot.
Kriteria penggunaan alat pelindung diri:
Lengkap            : Petugas pengangkut sampah menggunakan alat pelindung diri yang berupa sarung tangan, sepatu boot, seragam kebersihan.             
Tidak lengkap         : Petugas pengangkut sampah tidak menggunakan salah satu alat pelindung diri tersebut.
Skala : Nominal
         2.         Penyakit kulit
Gangguan atau penyakit  yang diderita oleh petugas pengangkut sampah yang ditandai dengan gatal-gatal pada telapak tangan  dan memerah pada telapak tangan yaitu seperti jamur (Petrus Adrianto dan Sukardi, 1988).
Kriteria petugas yang menderita penyakit kulit:
Menderita                          : Pada petugas pengangkut sampah ditemui
                                            adanya tanda atau gejala gatal-gatal pada
  telapak tangan.
Tidak menderita                : Pada petugas pengangkut sampah tidak ditemui
  tanda atau gejala gatal-gatal.
Skala : Nominal
         3.         Variabel Pengganggu
a.       Usia
b.      Lama Kerja
c.       Tingkat Pendidikan
d.      Kebersihan alat pelindung diri
E.      Hubungan Antar Variabel
F.     Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner  yang telah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
Kuesioner dalam penelitian ini yaitu kuesioner tentang pemakaian alat pelindung diri dan penyakit kulit pada petugas pengangkut sampah.
Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu:
1.                                                                                                                                                                                                                                                      Kuesioner pertanyaan identitas responden
2.                                                                                                                                                                                                                                                      Kuesioner pertanyaan tentang  alat pelindung diri
3.                                                                                                                                                                                                                                                      Kuesioner pertanyaan tentang penyakit kulit

G.    Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti, dengan mendatangi Dinas Pekerjaan Umum yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Responden yang memenuhi syarat dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini akan diberi penjelasan oleh peneliti tentang cara mengisi kuesioner. Kuesioner diisi sendiri oleh responden saat itu juga dan setelah selesai diambil kembali oleh peneliti.
Tahapan dalam pengumpulan data dengan cara :
1)      Editing
Dilakukan untuk mengetahui lengkap, jelas, relevan dan konsistennya jawaban dalam kuesioner yang telah diisi oleh responden.
2)      Koding
Merubah data yaitu jawaban yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Kemudian dimasukkan dalam tabel dan memberikan kategori memakai dan tidak memakai untuk variabel penggunaan Alat Pelindung Diri. Sedangkan untuk variabel penyakit kulit dikategorikan menjadi menderita dan tidak menderita.
3)      Entry
Memasukkan data yang ada ke dalam program komputer.

H.     Rencana Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah analisa data. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel pada penelitian ini digunakan uji statistic Chi-Square menggunakan program SPSS dengan derajad kepercayaan 95% atau α: 0,05.
Hasil analisa data dikatakan bermakna apabila :
P hitung < 0,05 = Ho di tolak Ha di terima
Ha di terima, berarti ada hubungan antara pemakaian alat pelindung diri dengan penyakit kulit pada petugas pengangkut sampah.

I.       Jalannya Penelitian
1.      Tahap Persiapan
Tahap ini digunakan untuk mendapatkan ijin untuk melaksanakan studi pendahuluan untuk mengetahui profil/latar belakang Dinas Pekerjaan Umum Kebersihan dan Pertamanan data-data petugas pengangkut sampah serta data-data yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam studi pendahuluan ini penyusun juga mengadakan pendekatan dengan pihak-pihak Dinas Pekerjaan Umum yang menangani masalah penelitian.
2.      Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober  2006 dan menyelesaikan penyusunan skripsi yang dilanjutkan dengan seminar hasil penelitian.