KEMATIAN PERINATAL DI INDONESIA DAN FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TAHUN 1997 – 2003


A.    PENDAHULUAN
 Setiap tahun diseluruh dunia diperkirakan terjadi 4,3 juta kelahiran mati dan 3,3 juta kematian neonatal. WHO memperkirakan lebih dari 9 juta bayi meninggal sebelum lahir atau pada minggu pertama kehidupannya (periode perinatal) setiap tahun. Hamper semua kematian tersebut terjadi dinegara berkembang. Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate) dinegara berkembang (50/1000) adalah lima kali lebih tinggi daripada Negara maju (10/1000).
Penurunan kematian perinatal di negara berkembang termasuk Indonesia akan sangat ditentukan oleh penatalaksanaan kesehatan ibu pada saat kehamilan, menjelang persalinan, saat persalinan dan setelah persalinan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kelangsungan hidup pada masa perinatal juga dipengaruhi oleh sejumlah factor meliputi karakteristik demografi dan social ibu, riwayat kesehatan reproduksi ibu, kondisis kesehatan bayi dan kondisi lingkungan tempat tinggal.
B.     TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Indonesia dan memperkirakan program intervensi yang paling berperan dan menurunkannya.
C.    TINJAUAN TEORI
Faktor – faktor yang berhubungan dengan kematian perinatal :
1.      faktor ibu
jarak kelahiran yang terlalu cepat dapat mengakibatkan meningkatnya angka kematian perinatal, karena terjadinya maternal depletion syndrome (Rafalimanana, 2001). tingkat pendidikan ibu yang rendah dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur, kelahiran mati, kemtian neonatal dan post neonatal.
2.      faktor bayi
BBLR merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kematian perinatal dan neonatal (Care : USAID, 1998).
3.      faktor pelayanan kesehatan
a.       penolong persalinan non nakes
b.      tempat persalinan non faskes
c.       kunjungan ANC
4.      faktor lingkungan
a.       rural
b.      urban
D.    METODE PENELITIAN
Desain epidemiologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain studi cross sectional. Sumber data adalah data sekunder yang diperoleh dari data set SDKI 2002-2003 yang sudah dipublikasikan oleh badan pusat statistik pada tahun 2003. Instrumen pengumpulan data yang digunakan SDKI 2002\2003 adalah kuesioner yang terdiri dari 3 macam kuesioner, yaitu kuesioner dalftar rumah tangga, daftar pertanyaan pria. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari dua daftar pertanyaan pertama.
Populasi adalah semua bayi lahir hidup dan lahir mati yang yang dilahirkan oleh wanita usia subur di indonesia. Sampel adalah semua bayi anak terakhir responden wanita SDKI 2002-2003 yang lahir hidup dan lahir mati, pada kurun waktu 1997-2003. Ukuran sampel minimal yang dihitung berdasarkan rumus dua proporsi dari Lemeshow, dengan mengacu angka prevalensi kematian perinatal pada tiap pajanan didapatkan hasil sampel minimum adalah sebesar 1.372 responden.
Metode sampling SDKI 2002-2003 yang digunakan dengan menggunakan simple random smpling. Data dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 13 lisensi dari IMMPACT –PUSKA FKM UI Stat Calc Info 6 dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Dampak faktor risiko terhadap kejadian terhadap kematian perinatal diukur dengan rumus PAR%=Par/Ip.
E.     HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

a.       analisis deskriptif
Dari analisis deskrptif ditemukan angka kematian perinatal pada periode 1997-2003 adalah 2,3%. Juga ditemukan proporsi primipara 77,4%; kelahiran <24 bln dan .≥36 (masing-masing 7,9%) ; komplikasi kehamilan dan persalinan (7,3% dan 38,4%) ; ibu berpendidikan rendah (44,1%) ; kehanilan yang tak di inginkan 0,5% ; BBLR 6%; persalinan non nakes 26,4% ; persalinan di non yankes 53,8% ; kunjungan ANC jelek 21,9% ; bermukim di rural denan GRD rendah 46,9%.
b.      Analisis multivariat
Sebanyak 77% responden merupakan ibu primipara. Pada kelompok primipara periode 1997-2003 terlihat bahwa variabel yang berhubungan dengan kematian perinatal di indonesia adalah : (1) komplikasi persalinan (OR= 4,00 CI 95% : 1.12 – 14.34). (2) BBLR (OR= 6,56 CI 95% : 3.50 – 12.27) ). (3) tenaga penolong persalinan non kesehatan (OR=4,00 CI 95% : 1.12 –14.34 ). (4) tempat persalinan non faskes (OR=0.14 CI 95% : 0.04 – 0.42). (5) riwayat kunjungan ANC yang buruk (OR=5.19 CI 95% : 1.14 – 23.62).
Model non primipara, faktor-faktor yang berpengaruh meliputi: (1) jarak kelahiran <24 bulan (OR=4,03 CI 95% : 6.14 – 14.42) dan jarak kelahiran 24-36 bulan (OR= 6.14 CI 95% : 1.65 – 9.84). (2) komplikasi persalinan pada non primipara (OR=0.55 CI 95% : 0.20 – 1.50). (3) tingkat pendidikan ibu nonprimipara yang rendah (OR=2.00 CI 95% : 1.13 – 3.54). (4) BBLR pada nonprimipara (OR=1.92 Ci 95% : 0.87 – 4.23). (5) tenaga penolong persalinan nonkesehatan pada non primapara (OR=0.55 CI 95% : 0.20 – 1.50 ). (6) tempat persalinan non faskes pada nonprimipara (OR=0.47 CI 95% : 0.25 – 0.89). (7) riwayat kunjungan ANC yang buruk pada nonprimipara (OR=0.93 CI 95% : 0.37 – 2.33). (8) wilyah tempat tinggal pada nonprimipara di daerah urban/rural dengan tingkat GRDP rendah secara berturut-turut (OR=1.43 CI 95% : 0.09 – 2.98) dan (OR=2.40 CI 95% : 1.17 – 4.92).
c.       Analisis Dampak
Prevalensi variabel independen didapatkan nilai PAR % terendah adalah jarak kelahiran (-5.2) dan tertinggi adalah tempat persalinan (-37.48) sedangkan nilai PAR % BBLR dan persalinan non nakes masing-masing adalah 14.90 dan –14.58

Pembahasan

  1. faktor ibu
penelitian ini menemukan bahwa semakin lebar jarak kelahiran maka semakin kecil kematian perinatal. Hal tersebut memperlihatkan hubungan dose response yang merupakan salah satu kriteria hubungan kausal yang kuat. Berdasarkan model akhir untuk keompok nonprimipara terlihat bahwa variabel jarak kelahiran <24 bulan dan 24 – 36 bulan berhubungan positif dengan kematian perinatal (OR=6.14) dan (OR=4.03). temuan ini konsisten dengan penelitian USAID dan John hopskin (2002) bahwa anak-anak yang lahir terlalu cepat setelah kelahiran sebelumnya mempunyai resiko kematian lebih besar, terutama apabila selang kelahiran terdekat < 36 bulan.
Tingkat pendidikan ibu yang rendah meningkatkan resiko kematian perinatal 2 kali lebih besar, temuan ini sejalan dengan Luo, Zhong-Cheng et.al (2006) menunjukkan hubungan antara pendidikan ibu yang rendah dengan penigkatan resiko bayi kelahiran prematur, kelahiran mati, kematian neonatal dan post natal.
  1. Faktor bayi
Pada kelompok nonprimipara BBLR ditemukan merupakan faktor resiko kematian perinatal dengan nilai Or 1.92, namun hubungan tersebut secara statistik tidak bermakna. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh jumlah sampel BBLR yang terlalu kecil. Pada model akhir kelompok primipara ditemukan bahwa BBLR juga menjadi faktor resiko terhadap kematian perinatal dengan peningkatan resiko menjadi 7 kali lebih besar.
  1. Faktor Pelayanan Kesehatan
Tenaga penolong kesehatan dan non kesehatan pada model nonprimipara menjadi faktor protektif terhadap kematian perinatal OR=0.55 sebaliknya pada model primipara ditemukan hasil yang berbeda, tenaga penolong persalinan nonkesehatan justru menjadi faktor resiko terhadap kematian perinatal OR=4.00. berdasarkan tempat persaalinan pada kedua model ditemukan hasil yang sama yakni persalinan difasilitas kesehatan menjadi faktor protektif terhadap kematian perinatal. Sedangkan kunjungan ANC buruk pada non primipara OR=0.95 menjadi faktor protektif terhadap kematian perinatal yang pada model primipara ibu yang memiliki kunjungan ANC kurang baik meningkatkan resiko bayinya mengalami kematian perinatal 4 -5 kali lebih besar daripada ibu yang memiliki riwayat kunjungan ANC yang baik. Pada model primipara, persalinan dengan tenaga non kesehatan meningkatkan resiko untuk mengalami kematian.
  1. Faktor lingkungan
Dari dua variabel faktor lingkungan hanya satu yang berhasil bertahan pada model multivariat yaitu variabel wilayah tempat tinggal. Ibu yang tinggal diwilayah rural memiliki GRBP rendah berisiko 1.5 – 2.5 kali lebih besar untuk mengalami kematian bayi perinatal daripada yuang tinggal di wilayah urban dengan GRBP tinggi.
F.     KELEMAHAN DAN KELEBIHAN

Kelebihan

Penelitian ini juga dapat digunakan untuk menilai program prioritas yang paling efisien dan efektif yang dapat digunakan dalam menurunkan kejadian perinatal di indonesia.

Kelemahan

Penelitian ini hanya dapat menangkap ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan saja. Tidak ada data ibu dengan jarak kelahiran lebh dari 5 tahun.
G.    KESIMPULAN DAN SARAN
a.       Kesimpulan
1.      Jarak kelahiran < 24 bulan dan 24-36 bulan, pada ibu non primipara beresiko kematian perinatal lebih tinggi daripada jarak kelahiran 36 bulan.
2.      Komplikasi persalinan pada ibu primipara, beresiko kematian perinatal hampir sama dengan ibu yang tanpa komplikasi persalinan tetapi pada ibu non primipara justru beresiko kematian perinatal lebih rendah daripada ibu primipara.
3.      Tingkat pendidikan yang rendah, pada ibu non primipara beresiko kematian bayi perinatal lebih tinggi daripada ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi.
4.      Bayi BBLR, pada ibu primipara dan non primipara beresiko kematian bayi perinatal lebih besar daripada bayi BBLN.
5.      Persalinan non tenaga kesehatan, pada ibu primipara beresiko kematian bayi perinatal lebih tinggi tetapi pada ibu non primipara beresiko kematian perinatal lebih rendah daripada persalinan tenaga kesehatan.
6.      Persalinan di non fasilitas kesehatan, pada ibu primipara dan non primipara beresiko kematian perinatal lebih rendah daripada persalinan di fasilitas kesehatan.
7.      Kunjungan anc yang buruk, pada ibu primipara beresiko kematian perinatal lebih tinggi tetapi pada ibu non primipara beresiko kematian bayi perinatal lebih rendah daripada yang dengan riwayat anc baik.
8.      Variabel yang dapat dimodifikasi dapat dijadikan dasar perbaikan program intervensi adalah jarak kelahiran kunjungan anc, berat badan bayi penolong persalinan dan tempat persalinan. Konstribusi terbesar diberikan oleh tempat persalinan (par % = 37,48) dan terkecil diberikan oleh jarak kelahiran (par % = 5,2). Penolong persalinan & bblr berkonstribusi sedang (14,58 dan 14,90%).
b.      Saran
1.      Upaya KIE pada ibu hamil hendaknya diarahkan pada upaya memperbesar jarak kelahiran menjadi lebih besar daripada 36 bulan dengan cara memperpanjang periode pemberian ASI dan menggunakan alat kontrasepsi.
2.      Pemeriksaan kehamilan ibu primipara yang pendidikan rendah perlu lebih ditingkatkan untuk menyampaikan informasi tentang asupan gizi, persiapan persalinan, persalinan tenaga kesehatan dan lain-lain.
3.      Melaksanakan program pemberian makanan suplementasi kepda ibu hamil yang beresiko tinggi melahirkan BBLR.
4.      Memberikan perawatan skin to skin (metode kangguru) kepada bayi BBLR sehungga dapat menjaga kehangatan bayinya agar organ-organ tubuh bayi menjadi cepat matang.
5.      Menganjurkan persalinan pada tenaga kesehatan yang terampil  merawat bayi BBLR sehingga terhindar dari kematian perinatal.
6.      Melakukan studi lanjutan dengan desain studi kohort terhadap variabel-variabel yang berpengaruh secara controversial terhadap kematian perinatal. Studi ini dapat dilakukan didaerah penelitian yang sudah memeiliki sistem pencatatan kohort ibu dan kohort anak yang baik dan lengkap seperti kabupaten Subang, Jawa Barat.
H.    IMPLIKASI KEPERAWATAN
Peran perawat dalam hal ini yaitu melakukan promosi kesehatan tentang pengaturan jarak kelahiran, melakukan kunjungan ANC secara rutin, memonitor berat badan bayi, menganjurkan untuk memilih penolong persalinan dan tempat persalinan yang tepat (pelayanan kesehatan).
I.       DAFTAR PUSTAKA
Promoting quality maternal and newborn dare : a reference manual for program managers, Care : USAID, 1998
Kraner, michael S, et.al., analysis of perinatal mortality and its components : time for a change, american journal of epidemiology, volume 156, number 6 (493-497), 2002
Child health research project spesial report : reducing perinnatal and neonatal mortality, USAID, 1999
Neonatal and perinatal mortality, country, reginal, and global estimates, WHO, 2006a
Survey demografi kesehatan indonesia 2002-2003, BPS. BKKBN. Depkes RI & macro international Inc. (IMI). Jakarta, 2003
Actual versus preffered birth intervals, USAID & john Hopkins University. 2002. population information program, volume XXX no.3
Gap between preffered and actual birth intervals in sub saharan africa : implications for fertility and child health, DHS analytical studies, rafalimanana, 2001
Birth spacing : three to five saves lives, population reports, series L., no. 13. baltimore, johns hopkins blomberg school of publick health., population information program., setty-vanugopal, V dan upadhyay, U.D. 2002

Tidak ada komentar: